Seperti pagi-pagi sebelumnya, Ibu datang dan membuka semua pintu serta jendela. Saat terbuka terasa betul ruangan kantor berukuran 4x5 meter ini menjadi segar. Tak lupa beliau juga membersihkan meja, kursi dan memeriksa kebersihan lantai. Tanaman di atas meja juga tak luput dari perhatiannya. Saat seperti itu, biasanya aku hanya melihat saja.

Semua barang telah rapi, Ibu mulai menghamparkan sajadah Turkey sebagai tempat nyaman dalam bersujud. Istiqomah empat rakaat ditegakkannya di pangkal dhuha yang sedikit naik dari ujung tombak. Seusai doa, biasanya beliau akan menghampiriku. Menyapaku sebelum menyapa Al Qur’an. Sembari menebar kesukaanku. Namun, harapan ini tertunda. Karena kulihat ada beberapa tamu yang telah datang menemui beliau. Ada yang serius dibicarakan. Terlihat dari raut wajah Ibu yang seksama mendengarkan. Aku sudah mulai lapar. Nah… tamunya sudah keluar ruangan. Ibu melangkah ke arahku, eh ternyata ada tamu lagi. Kudengar sayup-sayup orang tersebut berbasa basi. Hingga lima belas menit berlalu, tak juga to the point. Haduh, ini orang gak perasaan benar ya. Hanya ngalor ngidul saja. Ibu, Pinky lapar…

Akhirnya Mr. Basa Basi pergi juga. Ibu melangkah menghampiriku. Tersenyum dan mohon maaf karena membuatku menunggu. Ibu segera membuka tutup botol makananku. Menebarkan di dalam aquascape. Aku pun bergembira melahapnya. Kini aku berenang dan berputar-putar sembari mendengarkan lantunan tilawah Ibu. I love you, Ibu.

Memory of corona