Lina Lihanawati

Guru di SMPN 1 Palimanan Cirebon, suka akan keindahan, membaca dan menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web

Teacher The Hijaber

Matahari pagi bersinar cerah menembus ranting daun alpukat yang berjejer rapih di sepanjang jalan. Langkahku semakin cepat berjalan menyusuri pinggiran aspal. Betapa tidak semangatku begitu besar karena hari ini adalah hari pertama aku menyambangi sekolah tempat mengajarku yang baru.

Selembar SK telah kuterima beberapa hari yang lalu. Aku tak segera datang pada sekolah yang ditunjuk. Entahlah...aku begitu kaget dan mungkin juga syok, ketika mengetahui bahwa aku ditempatkan di sebuah sekolah swasta yang baru berdiri dan berbasis pesantren di kabupaten Kuningan.

Berbeda dengan sekolah tempat mengajarku yang dulu di Bandung. Sebuah sekolah negeri yang cukup favorit dengan beberapa siswanya adalah artis dan anak pejabat. Pokoknya hampir semua siswanya dari kalangan borju. Lah...yang ini?

Memasuki gerbang sekolah tampak terpampang nama pondok dengan tulisan Arab dengan bangunan yang cukup megah dan luas. Tiba-tiba ada seorang tukang bangunan yang menyapaku.

"Asalamu'alaikum, Bu!" Sapanya dengan ramah.

Aku agak sedikit kaget dibuatnya. Seorang bapak- bapak yang kalau kutebak berumur 50 tahunan.

"Wa'alaikumsalam! Jawabku agak sedikit terbata- bata karena kaget.

" Maaf, Pak! Kalau ruang gurunya di sebelah mana yah, Pak? Tanyaku.

"Oh...ruang guru. Silahkan masih lurus saja, Jawabnya.

Segera kulanjutkan langkahku. Sampai akhirnya kutemukan juga ruangan itu. Tampak duduk beberapa orang guru dengan khas penampilan gaya pesantren. Aku disambut oleh bapak kepala sekokah. Segera kuperkenalkan diri. Setelah berbincang- bincang sebentar. Aku akan segera dipetkenalkan dengan ketua yayasan di pondok itu.

Setelah beberapa saat menunggu muncullah seseorang yang membuatku tersentak kaget. Aduh...bukan kepalang rasa maluku. Ternyata bapak-bapak yang kukira kuli bangunan tadi adalah ketua yayasan sekaligus pemilik pondok pesantren ini.

Wow...no profiil! Sederhana tapi bersahaja. Pak Haji Rafik namanya. Lalu beliau menjelaskan tentang filosofi bangunan pondok pesantren ini yang terbuat dari keramik pecah- pecah. Kata-katanya begitu menggema dan merasuk di rongga dan relung- relung hatiku.

Latar belakang pendidikanku firmal. Ilmu aganaku pun dangkal. Bahkan hijabku pun pendek. Hijab gaul yang biasa dipakai banyak orang. Aaahh...sanggupkah aku mengemban amanah ini??

( Penulis adalah Peserta Pelatihan Sagu Sabu Kabupaten Cirebon)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nice story bu,, so dont judge by its cover ya bu,,, he he

09 Nov
Balas

Maaf typo salah ketik seharusnya Teacher..

09 Nov
Balas

Thanks..

10 Jan
Balas



search

New Post