Lina

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
IRI, JULID, NYINYIR APA DENGKI?
Gambar dari Google (Tantangan Menulis Hari Ke-6)

IRI, JULID, NYINYIR APA DENGKI?

Pandangan eksistensialisme melihat dunia ini datar, di mana manusia berusaha mengada di antara yang ada. Sosial media menjadi sarana untuk menunjukkan eksistensialme di dunia virtual di mana kita kerap melihat apapun dari berbagai aplikasi yang ada. Sederhananya adalah seperti kehidupan tak lagi jadi privasi, sebab dorongan dalam diri manusia ingin 'menunjukkan apa yang ada di dalam diri'.

'Show up' sederhananya demikian eksistensialme yang ada. Sisi positifnya, dapat menunjukkan bahwa rasa percaya diri bisa dipupuk melalui eksistensialisme di sosial media dengan menunjukkan seluruh aktivitas yang dilakukan untuk memotivasi serta pembuktian realitas tentang ada. Melalui eksistensialisme, manusia memiliki rasa optimis dan yakin akan dirinya sendiri mampu mencapai sesuatu dan tak jarang menjadi motivasi bagi pemirsa yang melihat.

Eksistensialisme memang mengusung 'humanity'--kemanusiaan yang tinggi satu sama lain. Positifnya, melalui postingan media kita dapat mengetahui 'humanity' tersebut terwujud dalam realitas macam apa. Sebuah postingan dapat membuat seseorang merasa terbantu karena dagangannya diiklankan, hingga sebuah postingan mampu membuat motivasi pemirsanya. Pemirsa memiliki pengetahuan baru tentang sesuatu karena postingan--esensinya adalah eksistensialisme yang sejati.

Negatifnya ialah sebuah postingan mampu membuat seseorang menangis, terluka, tersiksa, iri, dengaki, dendam, julid, nyinyir hingga lainnya. Di dunia yang eksistensialisme ini, pemirsa begitu banyak sehingga kita tidak akan tahu postingan tersebut untuk apa dan kepada siapa--butuh analisis lebih lanjut oleh disiplin ilmu tertentu jika sebuah postingan ditujukan untuk menyakiti Anda.

Kasusnya seperti ini, tetangga Anda dan suaminya baru saja membeli mobil baru. Anda berteman di sosial media dengannya, lalu Anda membaca postingan tersebut lantas Anda membandingkan diri sendiri atas ketidakmampuan Anda dan suami untuk membeli mobil baru. Hal yang Anda lakukan adalah dengan cara mengatakan pada suami atau tetangga Anda itu jangan pamer mobil baru di sosial media--filsafat etika dan estetika hingga logika mungkin bisa menjelaskan lebih lanjut soal ini atas tindakan Anda itu seperti apa dalam prespektif filsafat. Apakah postingan itu untuk menghinakan Anda? Apakah Anda merasa terhina? Pilihannya banyak, di antaranya bagi kesehatan Anda, sebaiknya tak usah main sosial media atau blokir saja nomor tetangga itu atau Anda tak perlu menyimpannya agar Anda tak menciptakan diri Anda sebagai manusia yang mati oleh eksistensialisme itu sendiri--malah hidup dengan rasa iri dan dengki, lantas 'humanity' tak ada dalam diri Anda.

Kasus kedua seorang yang memiliki hubungan bungan, di mana Anda masih menyimpan nomor mantan Anda bahkan nomor pasangannya. Lantas Anda merasa tersakiti atas postingan mereka. Hal lainnya Anda pura-pura pakai nomor baru karena telah telepon dan SMS berkali-kali, yang ternyata disave oleh mereka tanpa mereka tahu itu Anda, hingga saat diklarifikasi pun ditanyakan itu Anda atau bukan ternyata Anda meyakini itu bukan Anda. Dunia eksistensialisme menunjukkan mantan dan pasangan posting keseruan mereka dalam menjalani hubungan, lantas Anda merasa tersakiti, gila, depresi hingga tak bisa tidur dan makan. Sintesisnya adalah Anda tak siap hidup di dunia ekistensialisme. Pemilik akun memposting untuk dirinya dan pemirsa dengan berbagi kebahagiaan, tapi Anda merasa tersakiti karena postingan. Pilihannya Anda bisa blokir dan hapus, terlebih tanpa perlu koleksi SS status tersebut dan apalagi melaporkan pada mantan Anda agar pasangannya tak perlu menyakiti Anda seperti itu. Apakah dia tahu itu nomor Anda? Hal itu tak baik bagi diri Anda, di mana Anda belum memahami esensi dari eksistensialisme yang sesungguhnya.

Esensinya eksistensialisme tak melulu negatif untuk menyakiti pemirsanya. Hal merasa sakit disakiti itu adalah karena pilihan Anda, disebabkan oleh tahu dengan cara 'stalking' atau 'kepo' kehidupan orang lain sekalipun Anda tahu baiknya tak perlu lebih jauh tahu sebab seperti memupuk ketidakberdayaan diri atas eksistensialisme itu. Eksistensialisme pun tak serta merta menjadikan manusia eksis sepenuhnya atas kehidupan mereka, artinya manusia pun memiliki batas privasi apa yang perlu dibagikan kepada pemirsanya dan tidak dibagikan.

Konsekuensi dari eksistensialisme adalah 'tahu' semakin Anda tahu maka belajarlah untuk bijak dalam menyikapi, bermertamorfosa secara perlahan tanpa mengklaim dengan menghakimi bahwa pemilik akun menyakiti Anda karena postingannya--ini semacam racun yang dibuat sendiri oleh cara kerja otak karena minimnya bacaan untuk memicu hingga mengantarkan pada manusia yang literat.

Sejatinya eksistensialisme adalah untuk kebaikkan bukan keburukkan, jika eksistensialisme dilihat sebagai keburukan karena memberikan efek 'butterfly' mungkin itu karena Anda yang bermasalah dengan diri Anda bukan dengan dunia.

Bagi beberapa orang yang menganggap eksistensialisme memberikan 'butterfly' negatif mungkin dimaksudkan untuk menyelaraskan kehidupan agar kedamaian pada semesta tercipta, tapi sebaiknya Anda mengubah cara berpikir tentang eksistensialisme tersebut sebab eksistensialisme mampu pula menekan 'hoaks' karena konsep dari 'ada' tersebut.

Bandung, 15 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, paparan keren dari sisi sosiologi. Sejatinya bersikap sesuai aturan Allah merupakan jalan terbaik. Sukses selalu dan barakallahu fiik

15 Apr
Balas

Amin, ya Allah. Sehat dan sukses juga, Bunda.

16 Apr

iya ya Bu...kadang mah orang suka begitu..

15 Apr
Balas

Iya, aneh kadang dengan manusia seperti itu.

16 Apr
Balas



search

New Post