Linda latif

menulis sebagai investasi dunia akhirat...

Selengkapnya
Navigasi Web

Benturan Amal

Day19

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami benturan dalam beraktivitas. Contohnya: dalam waktu yang bersamaan, kita harus melayani suami, juga harus menuntut ilmu keluar rumah. Apa yang kita pilih?. Kita punya uang yang terbatas, kita harus memilih apakah membeli makanan pokok atau harus membayar hutang? Mana yang harus didahulukan? Mana yang harus diprioritaskan?

Jika terjadi benturan aktivitas atau amal sebagaimana hal diatas, maka kita kembalikan kepada status perbuatan tersebut. Apakah tergolong wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram. Jika benturan amal terjadi antara amal yang hukumnya wajib dan sunnah, maka kita dahulukan yang wajib. Contoh ketika kita sholat dhuha (sunnah), anak menangis karena jatuh. Maka bunda wajib segera berlari menolong buah hati, karena mendidik dan menjaga anak adalah kewajiban. Sedangkan sholat dhuha hukumnya sunnah.

Namun prioritas ini menjadi sulit, manakala kita dihadapkan pada amal yang sama-sama status hukumnya wajib. Contoh “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah) dan “Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk menyalurkan hajatnya(kebutuhan biologisnya), maka hendaklah ia mendatangi suaminya, meskipun dia sedang berada ditungku perapian(dapur).” (HR. At-Tirmidzi).

Maka dalam konteks diatas Imam Al-‘Izz bin ‘Abdis Salâm rahimahullah mengatakan, “Kita harus mendahulukan yang wajib daripada yang sunnah, amalan yang waktunya terbatas daripada amalan yang waktunya longgar, amalan yang lebih wajib daripada yang wajib, amalan yang lebih utama daripada yang utama” (Riyâdhish Shâlihîn 321).

Berdasarkan hal diatas maka bunda harus memprioritaskan yang ke dua. Meski ilmu wajib dan utama nilainya di hadapan Allah. Namun melayani suami yang kebutuhan biologisnya sudah tak terbendung lagi menjadi lebih utama kita lakukan. Selain karena menuntut ilmu masih bisa di tunda waktunya, tidak bersedia melayani suami tanpa alasan syar’i bisa mengantarkan pada laknat malaikat.

Hal diatas adalah salah satu contoh bahwa ketika sebuah keluarga telah dibangun dengan pondasi akidah yang kuat, dan memiliki misi hidup yang jelas, maka menentukan prioritas menjadi mudah. Kenapa? Karena prioritas mengikuti pondasinya. Ketika pondasinya keimanan, maka segala hal dilakukan berdasarkan prioritasnya menurut hukum syara’.

Seorang suami tidak akan memaksa istrinya untuk melayani, ketika melihat istrinya sakit atau sedang sibuk mendidik buah hatinya. Seorang istri tidak akan keluar rumah meski itu dalam rangka menuntut ilmu disaat anaknya sakit. Ia akan bertindak berdasarkan prioritas tanpa meninggalkan kewajiban yang lain.

Keluarga seperti inilah yang hari-harinya akan dipenuhi dengan berbagai aktivitas produktif dan penuh dengan fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

MasyaaAllah.. tulisan ibu bagus sekali..

03 Jul
Balas



search

New Post