Linggawati

Seorang Guru Ekonomi di SMA N 4 Prabumulih, Sumatera Selatan. Kelahiran Pangkalpinang, 24 Juli 1985. Riwayat pendidikan SD sampai SMA di PangkalPinang, melanjut...

Selengkapnya
Navigasi Web
Fenomena Warung Burjo yang Tak Lekang Waktu
sumber gambar: www.tribunjogjatravel.tribunnews.com

Fenomena Warung Burjo yang Tak Lekang Waktu

Warung yang satu ini pastinya familiar di kalangan mahasiswa di Yogyakarta. Warung "Burjo" identik dengan mahasiswa dan biasanya ada di sekitar daerah yang banyak terdapat kos mahasiswa. Tidak ada yang istimewa dari warung ini, namun keberadaannya yang buka sampai tengah malam bahkan ada yang 24 jam membuatnya menjadi tempat makan atau kumpul yang asyik untuk menghabiskan waktu. Menu utama nya sesuai dengan akronim dari penamaan warung ini, yaitu burjo alis bubur kacang ijo. Jangan salah, bukan bearti jualannya hanya bubur kacang ijo, biasanya juga dilegkapi dengan gorengan, mi goreng atau mi rebus bahkan ada yang sudah lengkap dengan nasil beserta lauk pauknya.

Ketika penulis masih tinggal di Yogyakarta sebagai mahasiswa, tentunya burjo juga jadi tempat kesayangan. Tidak perlu repot untuk menyiapkan sarapan, maka burjo adalah pilihan. semangkuk burjo yang ditambah ketan hitam ditambah teh hangat manis sudah menjadi menu sarapan yang biasa di makan. Kadang-kadang diselingi dengan menu mi intel dan minuman yang legend segelas "Sogem", alias soda gembira. Sampai saat ini, kalau masak mi instan pasti tidak pernah bisa menyamai rasa buatan akang-akang warung burjo.

Tapi saat itu penulis hanya senang menikmati sajian menunya tanpa pernah mengulik sejarah kenapa warung burjo di sana penjualnya rata-rata orang Sunda. Bahkan penulis juga baru tahu kalau lebih spesifik hampir semua pemilik warung burjo berasal dari daerah Kuningan. dari sebuah artikel penulis mengetahui bahwa orang pertama yang sukses membuka warung burjo memang orang asli dari Kuningan yang kemudian menarik keluarga atau masyarakat Kuningan untuk mengikuti jejaknya membuka warung serupa.

Sekarang ada pemilik warung burjo yang sudah bertransformasi dari menjual menu bubur kacang ijo menjadi sama sekali tidak menyediakan menu bubur kacang ijo. Tapi penamaan warung burjo tetap menjadi pilihan karena kesan dari nama warung burjo adalah tempat makan yang murah dengan menu selera rakyat, walaupun ada beberapa yang memilih menggunakan nama warkop atau warmindo. Apalagi kalau sudah menjadi langganan, maka warung ini biasanya tempat mahasiswa "ngutang" makan, dan akan dibayar ketika kiriman tiba.

Banyak cerita kebersamaan dengan teman-teman di warung burjo. Teman-teman lintas nusantara bisa bertemu di sini berkumpul dalam cerita yang penuh keceriaan. Semoga keberadaan Warung burjo tetap menjadi teman mahasiswa dan jadi cerita hidupnya di kemudian hari.

#TantanganMenulisGurusiana Hari ke -23

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post