Linggawati

Seorang Guru Ekonomi di SMA N 4 Prabumulih, Sumatera Selatan. Kelahiran Pangkalpinang, 24 Juli 1985. Riwayat pendidikan SD sampai SMA di PangkalPinang, melanjut...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG MENDUA

HATI YANG MENDUA

#Part 3

Part 3

Bryan masuk ke rumah dengan rasa khawatir. ia langsung menuju ke kamar. Melihat kedatangan Bryan, Ida merasa tenang dan berpamitan dengan ku dan Bryan.

“Syukurlah kamu sudah pulang, nggak tahu Sarah kenapa. Sudah ku ajak ke rumah sakit, tapi Ia tidak mau”, Kata Ida.

“Terima kasih banyak ya, Da. Tidak tahu bagaimana jadinya kalau tidak ada kamu.” Bryan mengucapkan terima kasih pada Ida.

“Iya nggak apa-apa. Ya sudah, aku pamit pulang ya. Bujuk saja Sarah biar mau dibawa berobat”, pamit Ida.

“Iya nanti aku coba ajak ke dokter. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Da”, ujar Bryan.

Ida pulang ke rumahnya. Bryan langsung memeluk ku.

“Kamu kenapa sayang? Kita ke dokter, ya”, bujuk Bryan lembut.

Aku menggeleng. Air mata tidak lagi dapat ku bendung. Aku menangis sejadi-jadinya melampiaskan kesal ku merasa dibohongi.

“Dimana kamu semalam Yah, kenapa membohongi bunda. Kalau Ayah memang di kos, tidak mungkin secepat ini sampai di rumah”, aku mencecar pertanyaan yang sudah membuat pikiranku kacau hingga tak mampu berbuat apa-apa.

Bryan terdiam dengan pertanyaanku. Ia menunduk seakan-akan tidak tahu harus memberi jawaban apa kepada ku.

“Ayah, jujurlah sama Bunda. Kita sudah 13 tahun menikah. Rasanya Ayah belum pernah bohong sama Bunda. Kenapa sekarang ayah tidak mau jujur di mana ayah semalam. Bunda tahu sekali itu bukan kamar di kos Ayah”, tangis ku semakin menjadi melihat kediaman suami ku.

Bryan tiba-tiba memeluk ku.

“Maafkan Ayah, Bun. Ayah sudah khilaf. Tapi tidak ada niat ayah ingin menyakiti Bunda” Bryan berbisik pelan ke telinga ku. Ada rasa penyesalan dalam kalimat yang ia ucapkan.

“Demi Allah Bun, ayah niatnya hanya ingin membantu. Tapi tidak tahu kenapa jadi begini?” Bryan kembali mencoba menjelaskan suatu hal kepada ku.

“Apa yang ayah bicarakan, Bunda sama sekali tidak mengerti”, ujarku dengan tangis yang mulai mereda.

“Ayah mengkhianati Bunda. Tapi ini bukan kesengajaan”, kata Bryan. ia beranjak dari tempat tidur kemudian mengunci pintu kamar. Seperti nya ada hal yang ingin disampaikannya yang tak ingin didengar oleh Manda.

“Bunda jangan marah dulu ya, Ayah akan cerita semuanya”,

Aku mengangguk pelan. Tangisku sudah reda berganti dengan rasa penasaran akan apa yang hendak disampaikan suamiku.

“Bun, cerita nya sore kemarin ayah selesai memeriksa stok barang di Gudang cabang. Pulang dari sana ayah rencananya mau pulang ke kos. Karena sudah kemalaman, ayah mampir untuk sholat Magrib sekalian makan malam di rumah makan. Selesai Sholat dan makan, tiba-tiba ada gadis muda menghampiri ayah dan mengajak ngobrol. Ia bercerita panjang lebar. Tidak tahu kenapa ayah ikut asyik mendengarkan ceritanya, terlebih lagi katanya ia asli Sumedang sama dengan ayah. Ia cerita tentang kehidupannya, bagaimana ia harus menjadi SPG (sales Promotion Girl) untuk menghidupi ibu dan membiayai adik-adiknya sekolah. Ia sendiri cuti kuliahnya karena sudah tidak ada biaya”, Bryan berhenti sejenak. Ditatap nya mata ku seakan mencari cahaya kepercayaan ku akan ceritanya dari mataku.

“Karena kasihan, aku tawarkan dia untuk makan malam. Gadis itu menyambutnya dengan senang. Nama nya Shelly, Bun. Ku tunggu ia menyelesaikan makannya. karena saat itu ayah sudah selesai makan. Selesai Shelly makan dan ayah membayar ke kasir, kemudian ayah berpamitan mau pulang. Tiba-tiba dengan wajah memelas Shelly memohon untuk menumpang pulang. Katanya travel yang biasa ia gunakan untuk pulang mogok dan tidak tahu akan menjemputnya atau tidak. Jadi ayah kasihan, pikir ayah sudah malam seperti ini nanti terjadi apa-apa. Akhirnya Shelly ikut di mobil ayah. Sebenarnya rumah Shelly ini jaraknya 5 jam dari kos ayah. Cukup jauh. Tapi akhirnya pikir ayah sekalian saja nanti melanjutkan perjalanan ke rumah. Ayah sudah kangen sama Manda. Akhirnya ayah mengantar Shelly sampai ke rumahnya.”

Aku mendengus kesal mendengar cerita suamiku. Bryan tahu gelagat ku yang tidak suka mendengar ceritanya. Tapi ia berusaha menenangkan ku sambil mengelus kepala ku.

“Sabar ya sayang, biar ayah selesaikan dulu ceritanya” Bryan menenangkanku. Aku mengangguk terpaksa.

“Sampai di rumahnya ternyata ia tinggal sendirian. Menurut Shelly, Ibu dan adik-adiknya tinggal di tempat neneknya yang bersebelahan Kota. Saat itu sudah tengah malam. Ayah berpamitan mau pulang, mau melanjutkan pulang ke rumah kita. Sekitar 2 jam lagi kalau mau pulang ke rumah. Tapi Shelly menahan ayah. Ia bilang ada yang ingin ia sampaikan. Jadi ayah menurutinya. Ia mengajak ayah masuk dan mulai bercerita. Jadi Shelly ini selain menjadi seorang SPG ia juga menawarkan dirinya sebagai PSK Bun. Biasanya lewat online, bahkan terkadang customer rokok yang ia tawarkan juga menjadi langganannya. Ia mengaku adiknya yang masih SMA dan kuliah sedang butuh SPP dan ibu nya kondisinya lagi tidak punya uang. Jadi Shelly langsung menawarkan dirinya Bun.”

Aku terperanjat mendengar cerita suamiku.

“Dari awal ayah sudah salah, kenapa sih pakai meladeni ngobrol dengan wanita yang tidak kita kenal. Dasar ayah yang genit”, aku tak tahan untuk tidak menimpali.

“Iya sayang, ayah minta maaf. Tapi dengar dulu cerita ayah”, Bryan kembali coba menenangkan ku.

Aku mengangguk sambil bersungut-sungut. Kesal rasanya melihat kebodohan suamiku.

“Aku kasihan Bun. Bunda kan tahu ayah gimana orangnya. ayah kasihan melihat gadis semuda itu harus bergelimang dosa. Dan tidak tahu kenapa ayah langsung mengatakan kepada Shelly untuk berhenti menjadi PSK. Semua biaya kuliah dan sekolah adiknya ayah janji akan ayah tanggung”, ujar Brian.

“Apa-apan sih yah, kayak nggak ada lagi orang lain yang pantas dibantu. Kan masih banyak anak panti atau anak putus sekolah yang bisa kita bantu.” protesku. Suamiku yang seorang kepala cabang di perusahaan bonafit memang berpenghasilan tinggi. Dalam satu bulan ia bisa mengantongi lima puluh juta jika mencapai target penjualan perusahaannya. Jadi kami memang punya kebiasaaan membantu biaya sekolah anak-anak yatim. Aku tahu suamiku memang orangnya mudah simpati dan sangat baik hati. Tapi untuk sekali ini aku merasa yang dilakukannya sangat tidak masuk akal.

“Niat ayah baik Bun, orang yang terjerumus dosa seperti ini sudah sebaiknya dibantu.” Bryan kembali menimpali. Aku masih merasa tidak terima dan kesal.

“Kebodohan ayah yang sudah ayah lakukan adalah menerima tawarannya untuk menginap semalam di rumahnya. Shelly mengatakan sudah terlalu malam. takut terjadi apa-apa. Ayah menerima tawaran itu karena perjalanan tengah malam dan sendirian sangat beresiko. Dan malam itu, Ia menawarkan dirinya. Katanya sebagai ucapan terima kasih atas bantuan ayah. Ayah minta maaf Bun. Tidak tahu setan apa yang merasuki ayah, malam itu ayah dan Shelly melakukannya Bun. Ayah minta maaf Bun”, Bryan memelukku dan langsung bersujud meminta maaf.

“Apa ayah? Tindakan bodoh apa ini ayah? Itu sama saja melacur nama nya, Yah.” Aku tidak terima dengan pengakuan ini. Aku merasa benar-benar terkhianati. Tubuhku kembali seperti kehilangan tenaganya, aku terkulai nyaris pingsan.

“ Bun, bangun bun, jangan begini bun. Ayah sudah minta maaf. Ayah mengaku khilaf, Bun” Bryan menggoyang-goyangkan badanku yang terkulai. Aku mulai kehilangan kesadaranku. benar-benar tidak bisa aku maafkan.

Bersambung ...

#Tantangan_Gurusiana Hari ke-4

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Next

28 May
Balas

Makasih bu

28 May

Mantep, sedikit koreksi seharusnya koma dulu baru tanda petik. "Maafkan," kataku.

28 May
Balas

Wah makasih banyak pak koreksinya

28 May

Makasih bu yuniar..

28 May
Balas

Duh, saya kok merasa de javu, hehehe... Keren, ceritanya bagus.

28 May
Balas

Dasar syetan

31 May
Balas

sabar bu, itu belum sebearapa keluar sifat syetannya

02 Jun



search

New Post