Linggawati

Seorang Guru Ekonomi di SMA N 4 Prabumulih, Sumatera Selatan. Kelahiran Pangkalpinang, 24 Juli 1985. Riwayat pendidikan SD sampai SMA di PangkalPinang, melanjut...

Selengkapnya
Navigasi Web
HATI YANG MENDUA

HATI YANG MENDUA

Part 6

Kehidupan rumah tanggaku kembali berjalan normal. Aku selalu berusaha melupakan kesalahan Bryan dan kami kembali menjalani kehidupan seperti biasanya. Sudah beberapa bulan sejak kejadian menyakitkan itu, aku tak pernah lagi melihat atau merasakan kejanggalan. Bryan tetap suami yang perhatian. Walaupun waktu kami bersama-sama hanya dapat dilakukan dalam dua minggu sekali, tapi saat berkumpul kami mengutamakan kualitas dari pertemuan kami. Orang yang paling bahagia atas kerukunan rumah tangga kami tentunya Manda. Aku tak akan pernah lupa bagaimana sedihnya wajah Manda ketika mengetahui ayah dan Bunda nya menghadapi masalah yang membuat aku sakit. Tapi kini ia sudah ceria kembali.

Sebentar lagi lebaran Idul Fitri. Sekolah sudah meliburkan siswanya. Ada waktu satu minggu sebelum lebaran di mana Manda sudah libur sekolah. Ia merengek ingin libur ke tempat ayahnya. Demi Manda aku mengambil cuti tahunan yang nanti akan aku sambung dengan cuti bersama lebaran. Rencananya seminggu sebelum lebaran kami akan ke tempat Bryan, baru kemudian akan mudik bersama-sama lebaran di rumah Nenek Manda. Lagipula beberapa hari lagi adalah ulang tahunku. Kami biasa merayakan nya bersama.

Keesokan hari kami berangkat ke tempat Bryan. Kami memilih naik travel langganan. Aku belum berani membawa mobil sendirian ke tempat Bryan. Selain karena jauh, medan perjalanannya cukup berliku. Manda sangat ceria, ia menikmati perjalanan menuju ke kos Ayahnya. Bryan memang kos di sana. Tetapi lebih bisa dibilang kamar kosnya lebih mirip kamar hotel. Kos ini juga menyatu dengan cafetaria dan Kolam pemandian umum yang dimiliki seorang pengusaha kaya. Kos ini salah satu fasilitas yang didapatkan Bryan sebagai seorang kepala cabang. Selain ukuran kamar yang luas, dan ada petugas kebersihan dan laundry, adanya cafetaria dan kolam renang membuat Manda sangat betah jika berada di kos Ayahnya.

Kami sampai di kos Bryan menjelang magrib. Sopir travel sudah tahu ke mana harus mengantar kami. Sampai di Kos Bryan, Manda langusng berlari menuju kamar ayahnya. Kebetulan kamar Bryan ada di lantai 2. Bryan senang kami sudah berkumpul. Tidak lama kemudian, tak terasa waktunya berbuka puasa. Bryan mengajak kami berbuka di cafetaria. Senang rasanya bisa menikmati berbuka puasa bersama.

Keesokan harinya selepas sahur dan sholat subuh berjamaah, kami masih mengobrol mendengarkan cerita Manda tentang sekolahnya. Bryan beranjak ke kamar mandi ia berkata akan mandi dan bersiap berangkat kerja. Ku pikir karena faktor puasa ia memilih berangkat kerja lebih pagi dari biasanya. Setahu ku kalau hari biasa ia baru berangkat kerja pukul setengah delapan. Tak lama ketika Bryan mandi, handphonenya berbunyi. Kulihat nama yang muncul di layar, Pak Andre. Pak Andre ini Supervisor di tempat suamiku bekerja. Ku angkat teleponnya coba memberi tahu kalau Bryan sedang mandi, tapi ketika aku baru mengucap salam telepon itu sudah mati. Ku lihat ada pesan masuk.

“Aku ingin bicara,” demikian bunyi pesan itu. Aku merasa heran, kenapa Pak Andre sampai harus menelepon untuk bicara dengan Bryan. Bukannya sebentar lagi juga mereka bertemu di kantor. aku mencoba mengalihkan pikiranku, mungkin memang sedang ada keperluan yang penting. Ketika Bryan keluar dari kamar mandi, aku langsung menyampaikan bahwa Pak Andre menelepon. Raut wajahnya terkejut, jadi aku sedikit heran dan bertanya

“Kenapa kaget, Yah. Bunda belum sempat ngomong sudah dimatikan teleponnya, tapi Pak Andre kirim pesan dia ingin bicara. Memangnya mau bicara apa sih Yah. Kan bentar lagi juga ketemu di kantor,” responku atas reaksi Bryan.

“Tidak apa-apa, biar ku telepon dulu. Mungkin penting,” Bryan segera berganti pakaian dan kemudian dia ke teras kos. Ku dengar Ia menghubungi seseorang lewat teleponnya. Tapi tidak terlalu terdengar apa yang dibicarakan. Aku pun tak terlalu tertarik mengetahui pembicaraan suami Ku.

“Bun, hari ini ayah akan ke luar kota. Mungkin pulangnya malam. Ada yang harus diperiksa di kantor cabang tetangga. Bunda nanti sama Manda pesan saja buat buka nya ke Cafe ya. Nggak apa-apa ya Manda, Ayah kerja dulu. Insya Allah nanti cepat pulang kalau urusan sudah selesai,” Bryan berpamitan akan ke luar kota. Memang rutinitasnya sebagai kepala cabang yang membawahi beberapa cabang lagi di bawahnya membuatnya sering pergi ke luar kota. Aku sudah mafhum dengan kondisi ini.

“Iya nggak apa-apa, Yah. Hati-hati saja di perjalanan. Jangan lupa ngasih kabar ke Bunda ya kalau sudah sampai,” Aku mengizinkan, sambil ku rapikan kerah baju kaosnya. Bryan sekarang mulai suka pakai baju kaos kerah, dan badannya semakin bersih dan berisi. Akhir-akhir ini katanya lebih suka fitnes untuk mengusir sepi. Tentunya aku senang ia mengambil kegiatan positif seperti itu. Setiap hari pasti ia kesepian karena harus berpisah dengan Aku dan Manda. Bryan juga tipe laki-laki pendiam yang tidak punya banyak teman. Aktifitasnya pulang dari kantor biasanya hanya di rumah saja menyelesaikan pekerjaan, atau lebih banyak bermain game online.

Jam setengah tujuh Bryan berangkat ke kantornya. Rencananya dari kantor ia langsung berangkat ke luar kota bersama pegawainya. Aku memilih menemani Manda berenang. Anak ini sangat suka berlama-lama berenang. karena tak banyak pilihan yang dapat kami lakukan, akhirnya kami kembali ke kamar dan menghabiskan waktu dengan bersantai menonton tv. Kami memilih berbuka puasa di kamar. Makanan dari cafe sengaja kami minta antar ke kamar. Selepas berbuka aku coba menghubungi suami ku. Tetapi Hp nya tidak aktif. Ku pikir mungkin sedang dimatikan karena ada pekerjaan penting. Sampai menjelang tidur, masih tidak bisa dihubungi. Aku mulai cemas. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan suami ku. Tapi ke mana aku harus mencari tahu. Aku tak punya nomor pegawainya, kecuali nomor istri Pak Andre. Itupun kebetulan karena istri Pak Andre punya butik, jadi sering menawarkan pakaiannya kepada ku.

Akhirnya aku menghubungi istri Pak Andre. Istri Pak Andre bernama Nia bertanya ke suaminya tentang keberadaan suamiku. Tapi menurut Pak Andre, Suamiku dari pagi tadi tidak datang ke kantor, malah orang di kantor mengira Bryan sedang pulang ke rumahku. Aku tambah bingung, akhirnya aku teringat kalau pagi tadi Pak Andre telepon ingin bicara. Jadi kutanyakan hal tersebutu ke Pak Andre. Ternyata Pak Andre lebih bingung lagi karena ia tidak merasa menelepon Bryan.

“Ya Allah, ada apa ini. Ke mana Suamiku,” batinku dalam kebingungan berharap ketenangan dari Allah.

“Semoga tidak terjadi apa-apa dan suamiku selalu dalam lindunganMu”

Bersambung

#TantanganMenulis Gurusiana Hari ke-7

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Penasaran bu.. Keren..

01 Jun
Balas

terima kasih bu leni

02 Jun

Keren

31 May
Balas

wah masternya sudah keluar. terima kasih ya pak

02 Jun

keren. tulisan yang inspiratif dan bermakna

01 Jun
Balas

terima kasih pak

02 Jun



search

New Post