Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setahun Berlalu ( End)

Setahun Berlalu ( End)

Tantangan Hari ke-56

Sabtu pagi yang sendu, tadi malam tidak ada satupun yang mau memulai untuk tidur. Keluarga berkumpul, membaca Al Qur'an, dan tiap sebentar memandangi lagi Uni yang sudah tidur panjang. Akhirnya Mama memanggil Arsyad, "Syad, tidur Nak.. Besok Arsyad akan jadi Imam sholat untuk Mama." Awalnya Arsyad diam saja, "Arsyad sanggup?" Mama memandang dengan sayang ke cucu laki-laki satu-satunya di keluarga kami. "Iya Neni, InsyaAllah Arsyad sanggup." Suara yang lemah namun penuh keyakinan.

Arsyad mengambil bantal dan tidur tidak jauh dari Mama, Annisa dan Savarra pun membaringkan badan tidak jauh dari sana. Penulis pandangi wajah mereka yang sedang tidur. Annisa si sulung, selama setahun Mamanya sakit, telah berubah menjadi Kakak yang kuat. Mengurus Mama di Jakarta seperti merawat bayi. Uni tidak boleh bergerak banyak, akan berpengaruh ke HB dan trombosit. Varrapun begitu, kadang di Jakarta menggantikan Uninya kadang ke Batu Sangkar menemani Arsyad jika ada waktu senggang kuliah, memasak yang akan dikirim buat Arsyad.

Allah mentakdirkan, waktu anak-anak bersama menemani perjuangan Mamanya lebih kurang setahun. Nampaklah hasil didikan Uni dan Uda terhadap anak selama ini. Saat Uni terbaring sakit, hilang semua kemanjaan, berganti dengan ketangguhan ketangguhan menghadapi situasi sulit. "Terbayang bagaimana lucu-lucunya kalian dulu Nak." Arsyad yang waktu kecil belum mau tidur kalau Mama tidak tidur di sampingnya, Annisa dan Varra yang dulunya tidak mau kemana-mana acara keluarga kalau Mamanya tidak ikut. Saat ini harus berpisah dengan Mama Untuk selamanya.

Saat memandikan, tiap sebentar tisu menyentuh mata-mata kami yang berair. Mama yang paling kuat, tiap sebentar mengingatkan, "Jangan sampai air mata mengenai Pipit." Memandang Uni terakhir kalinya. Setahun sudah perjalanan melawan leukemia, hari ini akhir dari semua perjuangan.

Ruang mesjid Darul Jami' penuh sesak, begitu ramai yang menyolatkan Uni. Anak bujang kami Arsyad menjadi imam sholat. Setiap takbir dibaca dengan suara yang menahan tangis. Tentunya sangat berat menjadi imam hari ini, tapi Arsyad harus kuat dan ikhlas.

Iringan panjang menuju pemakaman di Tunggul Hitam. Begitu banyak yang mengantarkan Uni ke sini. Lantunan doa yang begitu banyak diAamiinkan para pelayat, semoga menjadi meringankan perjalanan menuju sang Khalik. Uni meninggal di hari Jumat, hari yang mulia bagi kita umat Islam.

Satu persatu pelayat meninggalkan pusara, tinggallah kami keluarga inti. Semua diam seolah tak mau pergi, memandangi pusara yang dipenuhi taburan mawar. Varra jatuh pingsan, tak kuasa melawan kesedihan yang mendalam. Ni Adek memeluk Varra dan Mama. "Nak..kalian masih punya Bunda Nak.." bisik Ni Adek. Akhirnya Mama mengajak kita semua untuk pulang, serasa kaki begitu berat untuk melangkah. Pada akhirnya kita harus berpisah juga Uni, kami juga akan menemui takdir yang sama. Semoga kelak Allah mempertemukan kita di JannahNYA.

------

Setahun kemudian... Tante, si Uni mau bicara," Uncu yang sedang memegang stir memberikan HP ke penulis. "Assalamualaikum Nak...," terdengar jawaban di seberang sana, "Waalaikumsalam Tan." "Tan uni besok kompre, doakan Uni ya Tan..". Berita yang langsung membuat penulis berucap, "Alhamdulillah," sederet kalimat motivasipun keluar dari mulut penulis kepada si sulung ini, saat Annisa bilang,"Uni takut Tan, grogi."

Sesampainya di rumah, penulis menelpon Mama. "Ma.. Uni besok kompre ya Ma?" Mama menjawab, "Iya nak, tepat setahun kepergian Pipit." Penulis terdiam, besok tanggal 17 April kompre Annisa dan 2 hari lagi 19 April tepat setahun kepergian mamanya. "Hadiah terindah dari Annisa untuk kita semua Ma." Balas penulis ke Mama. Pembicaraan kami berlanjut bagaimana sabar dan kuatnya Annisa menemani dan merawat ni Pit di Dharmais. Bolak-balik Jakarta-Padang untuk kuliah dan bergantian dengan Varra. Akhirnya selesai juga tepat waktu kuliah nak gadis kami.

Setahun telah berlalu, kembali penulis teringat kesedihan yang tidak bisa terlukiskan saat kami kehilangan Uni. Setahun yang lalu, ketika Annisa dan Savarra kembali membenahi kuliahnya di saat air mata tak kunjung kering. Arsyad yang akhirnya menghadapi UN SMP tanpa mama yang menemani. "Uni ikhlas Tan....," kalimat Annisa di depan nisan Uni berurai air mata dan Varra yang tiba-tiba pingsan tidak kuasa melawan duka di hati.

Tentunya jauh lebih sedih Mama yang kehilangan anak tertua. Tapi mama memperlihatkan ketegaran dan selalu menguatkan cucu-cucunya. Annisa dan Savarra di Padang bersama Neni. Dua sepupu kompak Alya dan Rani anak Ni Adek jadi penyemangat kebersamaan, diayomi Om Yosef dan Tante Poo. Arsyad dan Papa di Batu Sangkar. Bunda Adek dan Papa Zal bolak-balik Medan Padang demi kehangatan keluarga besar kita. Mak dang dan mama Ya dari Pasaman dan Uncu bersama bersama penulis dari Payakumbuh. Bersama kita menguatkan kembali ketegaran yang merapuh saat kita semua sama-sama kehilangan.

Dan hari ini tepat setahun kepergian Uni Fitria Ananda, si Sulung memberikan hadiah untuk kami semua dan kembali berurai air mata. Bunda Adek mengejar pulang dari Medan di tengah badai Corona demi ucapan bahagia untuk Annisa. Anak-anak tangguh kami, jika saat ini Mamamu bersama kita, tentunya kita akan melihat senyum bahagianya untuk momen ini. Tetaplah bertemu dengan mama dalam doa lima waktumu Nak. Doa dari anak soleh dan soleha, yang tidak terhalang apapun untuk Ibunya.

19 April 2020 di depan pusara kembali bersama, Semoga kelak Allah mengumpulkan kita semua di Jannah. Aamiin..

Kesayangan kami Uni Fitria Ananda... Goresan ini dipersembahkan untuk Mama tangguh kami Murni.S, Papa hebat "Uda Andi" dan kesayangan kami Annisa, Savarra & Arsyad serta keluarga besar alm Papa Yusmar Oemar (Da Yung & Ni Vera, Ni Adek & Bang Zal, Da Yosef & Uni Poo, Uncu)

***Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

• Sanak saudara, karib kerabat dan sahabat-sahabat yang telah ikut menyelenggarakan jenazah atas semua support dan doa-doanya.

• Para Dokter dan tim medis yang merawat uni di RS M. Jamil Padang

• Dokter Dodi & tim medis yang merawat uni di RS Dharmais

• Da Os dan Ni Wawa yang banyak membantu kami menghadapi situasi sulit

• Teman-teman Uni yang telah mendonorkan trombosit dan para pendonor darah.

• Dinas kesehatan Kabupaten Tanah Datar

• Keluarga besar kami di Puskesmas Limo Kaum, Puskesmas Pariangan, Puskesmas Rambatan dan Puskesmas Kubu Karambia

• Akper PBH Batu Sangkar

• Angkatan 89 di FK UNAND

• Sahabat-sahabat Uni & Uda yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kesedihan dimasa yg lalu menjadi motivator terkuat utk masa mendatang

29 Apr
Balas

Aamiin...

29 Apr

Semoga Beliau Husnul khatimah lisa...Salut untuk kebersamaan keluarga besar, dan Lisa hebat jadi penulis, pembaca jadi larut seolah didepan mata kejadiannya... menyentuh sekali,ditunggu tulisan lainnya..

29 Apr
Balas

Aamiin...Yrima kasih cik gu Eli. Belajar dari Eli dan Ola kan..

29 Apr

Semoga almh di tempatkan di syurga Nya Allah.. Aamiin... Keren dan menyentuh sekali, semoga anak-anak uni pipit tetap kuat dan semangat... Salam

29 Apr
Balas

Aamiin..Terima kasih ibuk..

29 Apr



search

New Post