Lisa Lazwardi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Setahun Berlalu (Part 6)

Setahun Berlalu (Part 6)

Tantangan hari ke-53

Sudah memasuki bulan April, jadwal UN SMP semakin dekat. Tapi penulis harus masuk diklat di BPSDM selama 12 hari. Waktu yang cukup lama untuk tidak bisa menjenguk Arsyad ke Batu Sangkar di persiapan akhir menuju UN. Saat Uncu mengantar penulis ke Balai Diklat, penulis mengingatkan Uncu agar jangan sampai lupa dua kali seminggu menemani Arsyad. Annisa dan Vara juga sedang padat jadwal kuliahnya tidak bisa pulang ke kampung menemani Adik mereka.

Rindu dan risau membuat penulis ingin berada di Jakarta, tapi menurut Uncu kita berangkat setelah Arsyad UN saja. Sekalian bisa mengantar Arsyad ketemu Mama, tentunya akan panjang waktu libur Arsyad sebelum PPDB SMA dimulai. Uni akan senang tentunya bisa bersama si Bungsu yang selalu di hatinya.

Pagi Minggu ini pembelajaran diklat kami di lapangan, kesepakatan bersama widyaiswara materi komunikasi publik disampaikan di pantai Gondoriah. Panitia menyiapkan semua keperluan dalam kegiatan, sarapan dan makan siangpun sudah dikotakkan. Ada satu mobil panitia berangkat duluan, sedang peserta dan beberapa panitia berangkat ke pariaman dengan kereta api.

Saat menunggu kereta datang di stasiun Simpang Haru, penulis menelpon Mama. Dalam minggu ini setiap menelpon ke Jakarta selalu saja tidak bisa bicara dengan Uni. Kadang mama bilang Uni sedang tidur, kadang sedang makan atau sedang kemo yang sudah pasti harus dijauhkan dari radiasi HP.

"Assalamualaikum Ma... Bagaimana kabar Mama, Uda dan Uni?" Sapa penulis mengawali pembicaraan kami. "Waalaikumsalam, Alhamdulillah kami sehat Nak," dari suara Mama sepertinya jawaban yang dipaksakan. Nada bicara yang berbeda dari biasanya, " Uni bagaimana Ma? Ada kemajuan Ma?". Mama menjawab, " Uni lagi malas makan, kurang semangat nampaknya." "Ma, tolong kasih telpon ke Uni dong Ma... Lisa kangen cerita sama Uni.." permintaan penulis dijawab mama dengan pelan, "Nanti ya Nak.. Lagi siap-siap visite dokter Dodi." Dengan lirih penulis menyampaikan,"salam sayang buat Uni ya Ma.." Pembicaraan pagi ini berakhir karena kereta sudah datang dan kami segera berangkat.

Sepanjang perjalanan hati penulis bertanya-tanya,"Ada apa dengan Uni?" Biasanya penulis akan dengar kalimat, " Uni sehat," atau "Semangat dong..." setiap penulis bilang, "Yang semangat ya Un.." Melirik jam tangan ternyata jam 9 pagi, satu jam lagi biasanya mama keluar dari kamar untuk sholat Dhuha di mushalla. Di setiap lantai di RS Dharmais tersedia Mushalla di ujung kanan, tempat yang nyaman buat para keluarga pasien untuk sejenak meninggalkan kepenatan untuk beribadah. Biasanya dokter dan perawat juga sholat di mushalla itu. Penulis akan menelpon mama lagi di jam sholat Dhuha.

Tautan hati itu selalu ada, Mamapun merasakan hal yang sama dengan penulis nampaknya, sejam kemudian ternyata Mama yang menelpon duluan. Mama bercerita kondisi Uni sedang menurun, trombosit Uni hanya 4000. Padahal jumlah trombosit pada kondisi normal berkisar antara 150.000-450.000 keping per mikroliter darah. Angka yang sangat jauh di bawah standar, "Bukannya kemaren tuh ni Adek datang untuk Donor trombosit Ma," kata penulis. " Iya Nak.. naik sebentar tapi turun lagi."

Donor trombosit ini paling cepat bisanya 15 hari setelah donor pertama. Berarti walaupun ni Adek ke Jakarta lagi tidak bisa donor. Penulis menawarkan bagaimana kalau Uncu ke Jakarta. Mama melarang, "Seminggu lagi Arsyad UN, dia butuh pendamping yang memotivasi untuk menghadapi ujian. Lisa sama Uncu fokus saja di sana dan doakan Uni" Menurut Mama saat ini nampaknya Uni enggan untuk menjawab telpon. Tadi mama tidak bisa cerita banyak saat penulis menelpon karena Uni menyandarkan punggungnya ke badan Mama dan sudah seminggu seperti itu sehingga setiap ditelpon Mama tidak menjawab atau menjawab singkat saja.

Penulis memahami perasaan Uni, berarti saat ini Uni sedang merasakan sakit. Dan tidak ingin keluarga di kampung risau, kalau kita berbicara di telpon tentu penulis tidak akan bisa mendengar nada semangat dan keriangan dari suara Uni seperti biasanya. Mama juga mengingatkan untuk merahasiakan kondisi Uni dari Arsyad, takut konsentrasi Arsyad akan terganggu karena kecemasan akan kondisi mamanya.

Siang itu ni Adek juga menelpon mengatakan bahwa kondisi Ni Pit makin lemah, kemungkinan naiknya trombosit kecil. Walaupun tetap ada transfusi trombosit tapi belum memberikan kenaikan yang signifikan. Senada dengan Mama dan Da Andi, hal ini jangan disampaikan ke Arsyad kata Ni Adek.

Penulis juga bercerita ke ni Adek tentang penutupan diklat hari Rabu dan Minggu kegiatan Rakor di Bukittinggi selama 3 hari. Karena Arsyad UN hari Senin sampai Rabu, penulis tidak menginap di Bukittinggi tapi bolak balik dari Batu Sangkar saja. Mintak tolong sampaikan ke Ni Pit dan da Andi jangan merisaukan keadaan Arsyad. Setelah selesai UN kami akan mengantar Arsyad ke Jakarta.

(...)

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

kisah yang mengharukan...

26 Apr
Balas

Perjalanan kehidupan yang Allah takdirkan Ola

26 Apr



search

New Post