Memilih adalah hal yang amat sulit bagiku, apalagi memilih dalam hal yang sifatnya serba penting dan serba istimewa. Hal yang aku maksud adalah memiih dua kegiatan penting antara mengikuti kegiatan Pelatihan Menulis Buku dan Pelepasan Guru Purna Bakti dan Mutasi Kepala Sekolah. Kegiatan Pelatihan Menulis yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, 21 dan 22 Januari 2017 berbarengan dengan kegitan Pelepasan Guru Purna Bakti, itulah sebabnya mengapa sulit buatku untuk memilih.

Tangisku pun pecah saat kegiatan Pelepasan Guru Pensiun dan Mutasi dinyatakan dilaksanakan pada hari yang sama dengan kegiatan hari pertama Pelatihan Guru Menulis, 21 Januari 2017 kegiatan yang sudah aku tunggu-unggu sejak 1 bulan yang lalu, apalagi kegiatan tersebut dimotori oleh Bapak Ihsan Mohammad dan tentunya provokator menulis yang merupakan Pemred Media Guru Bapak Eko Prasetyo.

Masuknya aku ke dalam grup IGI DKI Jakarta membuatku “menggila” dengan kegatan-kegiatanya yang membuat guru-guru makin hebat dalam kompetensinya, dan kegilaanku pun makin menggila manakala aku “dipanas-panasi” oleh Media Guru yang aku kenal lewat sosial media Facebook yang “menantang” guru-guru untuk menulis. Disinilah aku merasa menemukan “rumah” untuk menulis, hobi yang sudah lama aku tekuni sejak masa SMA dulu, walau hanya sekedar puisi atau pun cerpen.

Berat memang, tapi aku tetap harus mengikuti aturan yang berlaku, aku harus mengikuti kegiatan sekolah, sehingga harapanku untuk bertemu sang maestro guru menulis pupus sudah, dunia serasa berputar tanpa arah, apalagi suami yang selalu memberikan dukungan dengan semua kegiatan menulis, kali ini harus “berlawanan arah” dengan ku. Lunglai, lemas dan sedih berkepanjangan harus ku rasakan, sepanjang perjalanan bukan kegembiraan yang seharusnya aku dapatkan, tapi kesedihan yang teramat sangat.

Perjalanan Jakarta menuju Bogor seperti “neraka” buatku, untuk menghapus semua kesedihanku yang teramat sangat ku gunakan waktuku untuk menulis. Menuliskan semua rasa yang terbendung di dalam hati, berusaha menghapus “luka hati”. Perjalanan yang seharusnya ku nikmati dengan semua teman-teman, baik teman baru maupun teman lama terasa hambar dan tak bermakna. Butir-butir tetesan air mata terus membanjiri gawai media menulisku.

Menulis, menurutku bukan hanya milik guru bahasa saja, latar belakang ku yang sangat bertentangan dengan kegiatan menulis tidak membuatku surut untuk menulis. Menurutku, menulis hanya untuk orang yang mau, bukan masalah bisa atau tidak bisa, bukan masalah berbakat atau tidak berbakat. Dalam menulis tetap harus memperhatikan kaidah yang berlaku dalam penulisan bahasa Indonesia. Belajar menulispun aku lakukan secara otodidak.

Belajar menulis, aku jalani melalui membaca berbagai tulisan, baik melalui media elektronik, sosial media maupun buku-buku bacaan. Dengan adanya Media Guru, aku merasa memiliki “rumah” yang mau mendengarkan dan menerima tulisan ku yang selama ini hanya tersimpan dalam notebook ku. Aku merasa teruji dan keinginanku mengasah pena menulisku sebaik mungkin. Tulisan ku masih sederhana, untuk itu aku berupaya meningkatkan kemampuan menulisku melalui Pelatihan Menulis bersama Media Guru.

Semoga ke depan, bersama Media Guru aku mampu menulis lebih baik lagi, berbagi ke teman-teman guru lainnya yang memiliki hobi menulis. Menulislah agar pengalaman, ilmu yang kita miliki dapat menjadi contoh dan bermanfaat buat anak, cucu, anak didik, dan teman-teman guru lainnya.