LITA SULISTYANINGTYAS

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PENTINGNYA LATIHAN MENULIS SOAL

PENTINGNYA LATIHAN MENULIS SOAL

Menulis soal itu memang tidak mudah, bukan hanya sekedar menulisnya tapi juga karena harus memahami isi atau maksud dari kisi-kisi yang disusun. Menulis soal tidak hanya sekedar copy paste. Tapi juga harus memperhatikan tingkat kesukaran dari soal yang akan diujikan. Jangan sampai soal yang dibuat menyimpang dari tujuan pembuatan soal. Melakukan tes akhir dalam bentuk ulangan harian disetiap akhir pembalajaran memang perlu dilakukan. Hal ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima materi yang sudah dipelajari. Bukan semata-mata untuk membedakan mana siswa “pintar” mana siswa yang “bodoh”

Delapan kecerdasan menurut Howard Gardner, pastinya sudah sangat dikenal dikalangan para guru. Menurut Gardner ada delapan lingkup kecerdasan manusia yaitu, kecerdasan linguistik, matematik-logic, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Berdasarkan delapan kecerdasan tersebut, siswa yang tidak mampu mengerjakan soal matematika harusnya bukan berarti siswa tersebut “bodoh”, tapi memang bukan kemampuannya dalam bidang tersebut. Tidak ada aturan yang berlaku secara baku bahwa siswa harus menguasai semua mata pelajaran yang diterimanya selama mengikuti pembelajaran di sekolah. Jika ada yang mampu menguasai seluruh mata pelajaran yang diterimanya, bisa dikategorikan sebagai siswa yang cerdas.

Kisi-kisi soal yang digunakan sebagai acuan penyusunan soal haruslah dipahami sebaik-baiknya. Soal yang dibuat juga perlu diperhatikan tingkat kesukaran seperti tingkat yang dibuat oleh Bloom. Tingkat kesukaran Taksonomi Bloom yang dituangkan dalam ranah kognitif adalah sebagai berikut, C1: pengetahuan, C2: pemahaman, C3: penerapan, C4: analisis, C5:sintesis, C6: evaluasi. Ketika soal dibuat “asal jadi” karena deadline yang mepet atau kepepet, maka tujuan diadakannya evaluasi menjadi tidak sesuai. Soal asal jadi, pedoman penulisan soal tidak lagi berlaku.

Menurut Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Tujuan dari diadakannya evaluasi pembelajaran adalah untuk:

1. Mengukur perkembangan siswa.

2. Mengetahui seberapa efektif metode pembelajaran yang dipakai di dalam kelas.

3. Merangsang siswa untuk berkompetisi.

4. Menemukan faktor penyebab kegagalan atau keberhasilan siswa dalam menjalani

suatu proses pembelajaran.

(http://www.duniapelajar.com/2014/07/20/pengertian-evaluasi-pembelajaran-menurut-para-ahli/). Tapi kenyataan di lapangan, hal tersebut tidak lagi diindahkan. Kemampuan guru dalam menerjemahkan indikator yang tertuang dalam kisi-kisi soal sangat penting. Kemampuan guru dalam menulis soal pun juga sangatlah penting.

Membaca beberapa soal yang pernah dibuat oleh teman-teman guru sebagai hasil copypaste dari beberapa sumber, menunjukan masih kurangnya kemampuan guru dalam menulis soal. Memang tidak ada larangan dalam meng copy paste soal. Tapi apakah sebelum menyusunnya, soal tersebut sudah dibaca dulu dengan baik dan benar. Atau apakah soal tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan indikator soal? Tingkat kesulitan soal tidak dipikirkan lagi. Ranah pun terabaikan. Keterampilan guru dalam menulis soal masih minim, selain itu rasa malas ingin membuat soal sendiri pun lebih mendominasi guru.

Pelatihan menulis soal berbasis computer yang pernah saya ikuti dari suatu lembaga pendidikan, belum efektif seperti yang diharapkan. Waktu lima hari pelatihan hanya digunakan untuk kegiatan pembukaan secara ceremonial. Hari kedua dan ketiga pelatihan hanya digunakan untuk menginstall aplikasi CBT (Computer Base Test). Ujung-ujungnya kegiatan ini hanya sebagai bahan pelaporan saja tanpa ada kelanjutan dari proses pembuatan soal. Pelatihan menulis soal itu perlu. Tujuannya agar guru tahu bagaimana cara menyusun soal dengan baik dengan tetap memperhatikan kaidah penulisan soal.

Mulailah mengenalkan soal-soal Ujian Nasional pada siswa kelas tujuh dan delapan atau siswa kelas di bawahnya untuk yang SMA atau SMK. Tujuannya adalah selain untuk mengenalkan soal-soal yang bertaraf nasional juga untuk melatih sejauh mana siswa dapat memahami dan menyelesaikan soal yang memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi. Soal-soal yang dimaksud adalah soal yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkannya hari itu. Contoh, jika hari ini seoerang guru sedang mengajarkan materi gelombang pada siswanya. Maka pada saat penyusunan soal ulangan harian sebagai tes akhir, sisipkanlah dua atau tiga soal Ujian Nasional yang berkaitan dengan materi gelombang. Ada kebanggan tersendiri pada diri siswa pada saat dirinya mengetahui telah mampu menyelesaikan soal tersebut. Dan timbul rasa percaya diri pada siswa bahwa dia mampu mengerjakan soal tersebut. Bagaimana dengan siswa yang belum mampu mengerjakan soal tersebut? Tidak masalah. Untuk sebagian siswa yang belum mampu mengerjakan soal tersebut menjadi motivasi tersendiri, karena rasa ingin tahu siswa itu tinggi. Akhirnya terjadi pemetaan mana siswa yang sudah mampu dengan soal jenis HOT, dan mana yang belum mampu. Dan pemetaan itu terjadi secara alami. Tidak ada rekayasa dalam hal ini.

Awalnya ide untuk mengenalkan soal Ujian Nasional kepada siswa di kelas yang lebih rendah dianggap hal yang tidak masuk akal. Bahkan beberapa teman guru mengatakan bahwa siswa tidak akan mampu mengerjakan soal tersebut. Menurut teman-teman guru siswa “cukup” diberi soal-soal yang standar saja. Sesuai tingkatan kelasnya. Padahal kemampuan siswa itu bisa dieksplor seluas-luasnya. Masalahnya adalah apakah kita mau “bersusah payah” mengajarkannya kepada siswa. Jadi kalau bapak ibu gurunya saja sudah “menyerah” sebelum mencoba, bagaimana kita bisa memajukan pendidikan di Negara kita sendiri. Guru sudah “posisi uenak” dengan ke standarannya. Sehingga enggan memulai dengan sesuatu yang baru, sekalipun itu penting untuk keberhasilan siswanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih mas Yudha Kurniawan.. Kalau kita saja sudah "takluk" dengan soal, bagaimana kita bisa menyakinkan siswa kita..

08 May
Balas

Saya tertarik dengan kalimat, "Mau bersusah payah. Benar Bu Lita, bahwa untuk menggali kemampuan siswa, guru perlu berusaha maksimal.

03 May
Balas



search

New Post