Lola arinoverizal

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru kecil ku

Guru kecil ku

#tantanganharike-4

Guru kecilku

Bismillah

Belajar.

Tak mesti dari yang lebih tua.

Tak juga harus dari guru atau dosen.

Sumber belajar satu ini luarbiasa.

Tanpa titel dan embel- embel jabatan lainnya.

Mungil menggoda.

Kalau tak diluruskan niat menghadapi mereka,

bisa keluar semua level amarah.

🥰🥰🥰🥰

Anak- anak

🥰🥰🥰🥰

Makhluk yang jujur.

Lugu.

Inginnya dimengerti....aja selalu.

Paling bisa mengemukakan maunya.

Ceplas ceplos.

No jaim.

No mikir.

Yang penting die suka.

Jalan....

Kisah singkat kali ini dengan uda Hamzah ( anak no 2).

Alhamdulillah, dirumah sudah mulai ada agenda rutin untuk anak- anak. Salah satunya adalah mengaji.

Biasanya kegiatan ini kami handel berdua dengan sidoi. Tapi kali ini beda, sidoi lagi ada tugas keluar kota. Mau tak mau, diriku menghandel sendiri agenda rutin ini.

Dengan dua orang peserta dan satu pengawas.

Keadaan harus disiasati.

Kalu ditanya siapa yang mau duluan, pasti bakalan berebut dan heboh. Jatuhlah pilihan dengan suitan.

Suitan penentu siapa yang duluan.

And tara.....

Hasilnya abang Faruq (anak pertama) yang menang.

Dimulailah agenda rutin itu dengan mengatur posisi duduk. Duduk bersampingan dengan si abang sambil memegang Qur'an masing- masing.

Umi bertugas menyimakkan/ mendengarkan dan memperbaiki kalau ada yang salah.

Agenda baru berjalan beberapa menit, tau- tau ada yang gak sabar dan uring- uringan sendiri.

Bolak- balik bahkan sampai jungkir balik.

Dengan maksud dan tujuan agar dapat perhatian.

Tapi kami ( umi dan abag) tetap fokus dengan agenda yang sedang berjalan.

Merasa tak berhasil, siuda ganti strategi.

Kali ini dimulai dengan mendekat.

Duduk rapi disamping umi.

Bawa Iqro' dan mulai membacanya sendiri.

Membacanya dengan volume full....

Terbayang kan, bagaimana situasinya....

Terjadi siaran dobel...

Himpit- berhimpit frekwensinya.

Membuat telinga sakit, adrenalin memuncak, naik sampai ke ubun- ubun.

Kalau tidak ditahan akan menghasilkan luapan emosi berupa "teriakan".

Kalu teriakan keluar, akan panjang ceritanya.

Tiga frekwensi sekaligus jalan, saling himpit- himpitan, berpacu tuk jadi pemenang. Akan susah tuk dinormalkan. Bisa- bisa pecah berantakan.

Diriku berusaha tenang.

Tarik nafas dalam- dalam. Hembuskan pelan- pelan sambil istifar ( dilakuka agak 5x).

Tarik bibir ke kiri dan kekanan alias senyum.

Agar hati terjaga dan ucapan tertata.

Lalu bicara dengan si uda

Umi: " Uda ngajinya dipelankan ya nak.

Nanti umi dengarkan.

Sekarang umi fokus ke abang dulu.

"Ok"

Uda: senyum mempesona dan langsung memelankan suaranya.

Agenda dengan siabang berlanjut walau diriku masih mendengar sedikit suara dari posisi uda Hamzah duduk.

Alhamdulillah, agenda dengan abang Faruq selesai.

Mulailah umi bergeser lebih dekat ke uda Hamzah.

Uda langsung gass poll.

Umi kaget.

Coba nak, tunjuk, mana yang dibaca.

Tau- tau siuda nunjuk dibaris seperempat dari bawah.

Umi: kok dimulai dari sana nak?

Uda: kan Hamzah dah ngaji dari tadi mi.

Umi: kan Hamzah ngaji sendiri, umi belum dengar

Uda: nde......umi.....

Umi: Kita ulang dari awal lagi ya, biar umi tau

kalau ada salah kita perbaiki, kalau betul umi puji

Uda: umi......Hamzah dah capek ngaji

Be..tulmi ...

.......

........

.......... ( wajah memelas dan mata berkaca- kaca)

Umi: ( tarik nafas...., mikir sendiri. Jadi ini makna senyum manis mu tadi nak.

Kalau ku ikuti mau ku, bisa pecah perang dunia 1 ni, akan ada bunyi bom disana sini/ tangisan dan teriakan, kalau kuikuti maunya dia, ngajinya jadi tak berarti menurut ku, karna tak ada koreksi........bisa seenak dia nantinya ......

......

.......mikir dan menimbang- nimbang beberapa saat. Sembari mikir...... banyak bisikan yang datang ke kepala ku, Alhamdulillah bisikan datang dari ilmu- ilmu yang selama ini dipelajari.

Katanya,

Sabar......

Belajar menghargai uda.

Toh mengajinya bisa diulang lagi.

Yang penting besarkan hati siuda dulu.

Mencoba mempercayainya.

Disini gak ada kalah dan menang.

Hargadiri mu gak bakalan berkurang dengan menuruti maunya siuda.

Mengalah bukan kalah.

Dengan menghargai uda, kamu membangun hargadiri nya.

Akhirnya kami lanjut dengan maunya si uda.

Disambut senyum ceria dan pelukan mesra.

Amboi.......

Pandai kali kau nak....

Jadi guru tuk kesabaran umi

#ceritaFHAD

#makpembelajar

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

anak2 yg hebat... Keren parentingnya memotivasi

07 Jul
Balas

Alhamdulillah, makasih pak.

08 Jul



search

New Post