Lucyana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Koneksi Antar Materi Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid
Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid

Koneksi Antar Materi Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid

A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

Dalam modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Positif Pada Murid saya memperlajari banyak hal bagaimana menumbuhkan kepemimpinan murid dan berpihak pada peserta didik. Peran guru agar menjadikan peserta didik sebagai pemimpin pembelajaran adalah mendampingi peserta didik agar pengembangan potensi sesuai kodrat, konteks dan kebutuhan. Saya baru menyadari pentingnya peran guru dalam menciptakan program yang melibatkan murid, baik dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Murid memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai pengawas dan pendamping. Ketika murid mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka, hubungan antara guru dan murid berubah menjadi kemitraan. Kepemimpinan/Agency merupakan kapasitas untuk mempengaruhi fungsi diri dan arah tindakan. Sifat inti dari Human Agency (IVAR) adalah:

a. Intensi/keseganjaan bukan hanya sekedar memiliki niat namun harus menyusun rencana tindakan dan strategi

b. Visi/berfikir ke depan merupakan respresentasi kognitif dari visualisasi masa depan sebagai motivasi tindakan

c. Aksi/kerektifan diri yaitu Menyusun tindakan yang tepat untuk memotivasi dan mengatur tindakan

d. Refleksi merupakan kegiatan menilai apa yang telah dilakukan apakah sesuai dengan nilai/norma yang ada

Cara mendorong kepemimpinan murid adalah dengan mendengarkan suara murid, mengakomodasi pilihan murid dan mendorong kepemilikan murid. Suara murid yang berupa pandangan maupun gagasan yang dapat ditumbuhkan dengan diskusi. Kepemimpinan murid dan Profil Pelajar Pancasila sebagai berikut:

a. Beriman bertakwa dan beraklak mulia dimana murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat akan beraklak mulia karena murid merdeka yang tidak seperti robot yang diperintah namun menegakkan diri yang menjunjung nilai kebajikan universal

b. Bergotong royong dimana kepemimpinan murid membuat murid aktif terlibat dan berinteraksi dengan lingkungan

c. Mandiri dimana kepemimpinan murid mendorong murid mengambil control dan bertanggung jawab pada proses belajarnya sendiri

d. Bernalar Kritis dimana kepemimpinan murid mendorong belajar untuk membuat pilihan dan keputusan yang bertanggung jawab

e. Kreatif dimana kepemimpinan murid mendorong untuk bersuara dan membuka ruang dalam mengambil resiko

Karakteristik lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah:

a. Lingkungan yang memberi kesempatan menggunakan pola piker positif dan merasakan energi positif

b. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi social positif, arif bijaksana, menjunjung nilai kebajikan

c. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan

d. Lingkungan yang melatih murid menerima dan memahami kekuatan diri

e. Lingkungan yang membuka wawasan murid untuk menentukan, menindaklanjuti tujuan

f. Lingkungan yang memberi kesempatan murid aktif

g. Lingkungan yang menempa murid untuk Tangguh

Saya merasa memperoleh pencerahan dan ilmu baru dalam menumbuhkan karakter peserta didik terutama dalam kepemimpinan. Sebelum saya mempelajari modul ini saya berfikir bahwa kepemimpinan murid dapat dibentuk hanya dengan meminta mereka berani mengemukakan pendapat ataupun berani tampil misalnya sebagai seorang petugas upacara.

Setelah mengikuti modul ini, saya mengidentifikasi beberapa aspek positif dalam keterlibatan guru dalam proses belajar. Pertama, saya menyadari bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, mentoring, dan evaluasi program sangat penting. Ini memberikan landasan yang kuat untuk program-program yang efektif. Selanjutnya, saya memahami betapa pentingnya seorang guru dalam menyusun program yang memberi murid suara, pilihan, dan kepemilikan. Ini menciptakan rasa keterlibatan yang lebih dalam dan membuat pembelajaran menjadi lebih berarti bagi murid. Dengan demikian, saya telah mengidentifikasi aspek-aspek positif dalam peran saya sebagai pemimpin pembelajaran dan menyusun program yang mengutamakan partisipasi aktif murid.

Hal yang perlu saya lakukan untuk mendorong kepemimpinan murid adalah sesuatu yang dapat kita dorong bukan sesuatu yang dapat diberikan/diambil, murid harus mengambil kepemilikan tanggung jawab pembelajaran sendiri bukan bebas sepenuhnya tanpa ada bimbingan guru, murid memiliki pilihan atas apa yang akan dipelajari bukan murid harus menunjukkan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan. Murid harus memiliki arah dan cara dalam mencapai sebuah tujuan bukan berarti murid menganti peran guru.

Setelah memahami modul ini, saya merasa perlu untuk lebih mendengarkan suara peseta didik dan memberi mereka kesempatan untuk memilih dan berpartisipasi dalam program-program yang kami susun. Ini akan meningkatkan rasa memiliki mereka terhadap program-program tersebut. Selain itu, saya menyadari nilai dan peran penting guru penggerak dalam mengelola program yang berdampak pada murid. Semangat inovasi dan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi murid-murid mendorong saya untuk terus belajar dan mengajak mereka menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran, sehingga menciptakan keadaan yang lebih baik bagi mereka. Ini berimplikasi pada perkembangan kompetensi dan kematangan pribadi saya sebagai pemimpin pembelajaran.

B. Analisis untuk implement asi dalam konteks CGP

Sebagai seorang guru yang berpihak kepada peserta didik, apakah peran seorang guru untuk menjadikan murid sebagai pemimpin pembelajaran? Selama ini yang kita pahami untuk mendidik murid menjadi seorang pemimpin adalah memaksa murid untuk tampil di depan namun kita lupa bahwa potensi kepemimpinan murid harus berkembang sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhan. Seorang guru dalam menyusun program yang memberi murid suara, pilihan, dan kepemilikan. Ini menciptakan rasa keterlibatan yang lebih dalam dan membuat pembelajaran menjadi lebih berarti bagi murid. Dengan demikian, saya telah mengidentifikasi aspek-aspek positif dalam peran saya sebagai pemimpin pembelajaran dan menyusun program yang mengutamakan partisipasi aktif murid.

Ketika murid menjadi pemimpin dalam pembelajaran mereka (agency), mereka memperoleh suara, pilihan, dan kepemilikan dalam proses pembelajaran mereka. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Dalam peran ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan yang mendorong murid untuk mengambil inisiatif, membuat keputusan, dan merasa memiliki proses belajar mereka. Tugas guru adalah menciptakan budaya di mana murid merasa memiliki suara dalam apa yang mereka pelajari, memiliki pilihan dalam bagaimana mereka belajar, dan merasa memiliki tanggung jawab penuh terhadap pembelajaran mereka. Dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif, karena melibatkan partisipasi aktif murid dalam mengelola dan mendalami pembelajaran mereka sendiri.

Dalam mewujudkan murid sebagai pemimpin pembelajaran banyak sekali tantangan yang ada antara lain:

a. Pola pikir dari guru yang sulit mengurangi control terhadap peserta didik

b. Kurangnya konsistensi dalam mendorong kepemimpinan murid dengan sering mendengarkan suara murid, pilihan murid maupun kepemilikan murid

c. Murid cenderung pasif dan tidak berani dalam menyampaikan suara, pilihan maupun kepemilikan

Untuk mengatasi berbagai tantangan dalam mewujudkan murid sebagai pemimpin pembelajaran sebaiknya kita memahami sifat dari IVAR yaitu Intensi/keseganjaan bukan hanya sekedar memiliki niat namun harus menyusun rencana tindakan dan strategi Visi/berfikir ke depan merupakan respresentasi kognitif dari visualisasi masa depan sebagai motivasi tindakan, Aksi/kerektifan diri yaitu Menyusun tindakan yang tepat untuk memotivasi dan mengatur tindakan, Refleksi merupakan kegiatan menilai apa yang telah dilakukan apakah sesuai dengan nilai/norma yang ada.

Untuk mewujudkan murid sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mengurangi control terhadap peserta didik yang tidak mendengar suara, pilihan dan kepemilikan murid namun harus mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhan.

C. Membuat keterhubungan

Sebelum mempelajari modul tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid sebagai seorang guru saya selalu mengontrol atau terlalu mendominasi kegiatan tanpa memperhatikan gagasan, pilihan dan kepemilikan murid. Selama ini saya juga berfikir menumbuhkan kepemimpinan murid hanya cukup dengan menjadikan murid sebagai pemimpin upacara atau siswa berani mengemukakan pendapat di depan umum.

Setelah mempelajari modul tentang pengelolaan program yang berdampak positif pada murid sebagai seorang guru saya berusaha untuk mendampingi peserta didik agar berkembang potensi kepemimpinannya sesuai kodrat, konteks dan kebutuhan dengan selalu memperhatikan suara, pilihan dan kepemilikan murid.

Keterkaitan Antar Materi

1. Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.1

Filosofi dan metafora "Menumbuhkan padi" yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara memiliki makna mendalam dalam konteks pembelajaran berpusat pada murid. Kita diajak untuk memahami bahwa dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang efektif, kita perlu merancang ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan murid, seperti proses pertumbuhan padi sesuai dengan kodratnya. Dalam merancang program pembelajaran, baik itu yang terintegrasi dalam kurikulum (intrakurikuler), kegiatan di luar kurikulum (kokurikuler), atau kegiatan ekstrakurikuler, murid harus selalu menjadi fokus utama. Dengan demikian, pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya memahami dan memenuhi kebutuhan serta potensi unik setiap murid dalam proses pembelajaran.

2. Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.2

Dalam upaya menyusun dan mengelola program yang berdampak pada murid, penting bagi guru untuk menjunjung nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai ini harus menjadi landasan bagi guru dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sehingga dapat memberikan pengaruh positif pada murid. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini, guru dapat memberikan ruang bagi murid untuk mengembangkan kapasitas mereka dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri. Hal ini memungkinkan potensi kepemimpinan murid untuk berkembang dengan optimal. Guru memiliki peran sebagai pendamping yang membimbing murid dalam proses ini, sehingga pengembangan potensi kepemimpinan mereka sesuai dengan karakteristik, konteks, dan kebutuhan individu tetap terjaga, sambil tetap menjaga kontrol yang diperlukan.

3. Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.3

Visi seorang guru penggerak sangat berkaitan dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang berfokus pada kesejahteraan murid dan menjalankan program sekolah dengan dukungan berbagai pemangku kepentingan dalam mendukung ekosistem pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan memanfaatkan pendekatan Inquiri Apresiatif (IA) dan model 5D cycle (BAGJA) dalam perencanaan, guru penggerak dapat mengapresiasi kekuatan dan potensi murid serta menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mereka. Model 5D cycle (BAGJA) memberikan panduan komprehensif untuk perencanaan yang melibatkan berbagai pihak dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mencapai visi lingkungan pembelajaran yang berpihak pada murid dan berdampak positif bagi semua pemangku kepentingan sekolah.

4. Keterkaitan modul 3.3 dengan 1.4

Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid diharapkan akan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya positif ini melibatkan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa, terutama dalam menghormati dan memahami kodrat individu anak-anak. Dalam lingkungan belajar yang penuh dengan budaya positif, siswa diajak untuk berkomunikasi dua arah dengan guru, dan nilai-nilai pendidikan karakter ditanamkan dalam upaya mendukung pelaksanaan program sekolah yang berdampak positif pada murid. Dengan demikian, diharapkan budaya positif ini akan memengaruhi perilaku siswa secara positif dan membantu mencapai tujuan program pendidikan yang lebih luas.

5. Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.1

Merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid tidak terlepas dari pemahaman terhadap kebutuhan individu murid, seperti tingkat kesiapan belajar mereka, minat belajar, dan profil belajar masing-masing siswa. Seorang guru penggerak diberi bekal untuk memahami betapa pentingnya fokus pada kebutuhan murid, karena setiap murid memiliki kebutuhan unik. Kepahaman akan keragaman ini menjadi landasan untuk merancang program yang akan memberikan dampak positif pada murid. Keragaman ini, justru menjadi aset yang berharga karena memungkinkan guru untuk merancang program-program yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu murid, sehingga memastikan bahwa program tersebut dapat berdampak positif sesuai dengan keunikan masing-masing murid.

6. Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.2

Dalam perencanaan program yang berdampak pada murid, sangat penting bagi guru untuk mengintegrasikan pembelajaran social emosional. Ini diperlukan agar memfasilitasi kesadaran penuh (mindfulness) pada murid. Saat program berjalan, murid dapat merasakan ketenangan, fokus, empati, motivasi, dan tanggung jawab terhadap pilihan-pilihan mereka. Teknik mindfulness menjadi strategi yang efektif dalam mengembangkan lima kompetensi sosial yang didasarkan pada orientasi yang berpihak pada murid dan berdampak positif pada perkembangan anak.

7. Keterkaitan modul 3.3 dengan 2.3

Coaching memiliki peran penting dalam menggali potensi dan meningkatkan kinerja murid, terutama ketika mereka harus mencari solusi untuk permasalahan yang timbul saat menjalankan program yang berdampak pada murid. Dalam hal ini, sikap kreatif, inovatif, dan berpikir kritis dari murid sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan mereka menjadi pelajar yang mandiri. Coaching memberikan kesempatan kepada murid untuk berkembang dan mengembangkan kemampuan berpikir pribadi mereka. Oleh karena itu, dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat menjadi strategi efektif dalam mengembangkan potensi murid.

8. Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.1

Seorang pemimpin pembelajaran adalah individu yang bertanggung jawab untuk menciptakan perubahan yang positif dan bekerja sama dengan orang lain. Untuk memastikan keputusan yang diambil dalam perencanaan program adalah efektif dan efisien, ada tiga prinsip berpikir, empat paradigma pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan yang perlu diperhatikan oleh pemimpin pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa percaya diri, keamanan, dan kebahagiaan bagi murid dan semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid.

9. Keterkaitan modul 3.3 dengan 3.2

Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, sangat penting untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan aset atau sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Ini akan membantu dalam penggunaan yang efektif dari sumber daya tersebut. Dengan berfokus pada kekuatan yang ada, perencanaan dan pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Hal ini harus menjadi perhatian bersama bagi semua pihak yang terlibat dalam pendidikan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post