Ludiazzuhri

Guru di SDIT Al Fatih Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Seorang guru yang mulai kecanduan dengan dunia tulis menulis, ketika di amanahi sebagai PJ Litera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Harapan Untuk Raras#2

Harapan Untuk Raras#2

Harapan Untuk Raras #2

Oleh : ludiazzuhri

Dengan berbekal BPJS kubawa Raras ke dokter. BPJS ini memang baru kuurus kembali. Karena masih ada trauma yang mendalam saat kumembuat BPJS sebelumnya. Ketika mau digunakan untuk berobat ternyata BPJS yang kumliki selama ini adalah palsu. Padahal bentuknya sama persis. Sejak saat itu aku enggan untuk mengurus kembali BPJS. Terlebih lagi untuk pembayaran bulanan aku juga merasa berat. Karena aku sudah tidak bekerja. Dan penghasilan suami juga hanya cukup untuk makan.

“ Mama…mama…” Seru Raras memanggil mamanya. Untuk kata mama, Raras memang lumayan jelas, dibanding kosakata lainnya yang terdengar seperti mengerang. “ Sabar ya sayang…mama sedang ngurus surat – surat agar Raras bisa berobat, dan cepat sembuh. “ Seru tantenya yang siang itu menemani Raras. Ketika aku pulang aku dipeluk dan diciumnya dengan erat. “ Mama…mama..”. Seru Raras dengan menunjukan jempolnya padaku. Wajahnya kelihatan senang dan bahagia sekali. Melihat ekspresinya memujiku membuat mataku memanas dan basah. Namun Raras dengan lembut mengusap air mataku yang mulai berjatuhan. “ Enggh…engghh…” Seru Raras sambil menggerakan jari – jarinya. Seolah – olah menyuruhku untuk tidak bersedih.

Kubawa Raras ke rumah sakit. Namun di rumah sakit terdekat menyarankan agar Raras dirujuk ke ke rumah sakit besar yang peralatannya lebih lengkap. Setelah membereskan berkas – berkas kelengkapan rujukan, aku dan suami membawa ke rumah sakit yang sudah disarankan. Alhamdulillah sampai di rumah sakit Raras langsung mendapatkan kamar. Dokter menyarankan untuk USG, dan cek darah. Untuk mengetahui penyakit apa yang bersarang di tubuh Raras. “ Kira – kira berapa hari dok, hasil lab keluar?.” Tanyaku pada dokter yang sedang mengambil sample darah. “ In sya Allah hari senin ya bu, setelah itu baru akan USG.” Jelas dokter menerangkan. “ Baik dok…makasih ya dokter.”

Malam ini Raras terlihat riang dan gembira sekali. Makannya pun sudah agak banyak dari beberapa hari lalu. Banyak saudara yang menjenguknya. Raras terlihat tertawa dan bercanda dengan tante, encang, encing yang mala mini pada datang. Aku bahagia melihatnya. Karena beberapa minggu ia sakit, tak pernah kulihat lagi keriangannya. Dalam lubuk hati aku berharap ada secercah harapan untuk Raras sembuh, dan bisa pulang.

Setelah saudara – saudara pulang, entah mengapa aku begitu terasa mengantuk yang amat sangat. Rasa lelah fisik dan fikiran beberapa minggu ini untuk merawat anakku tak bisa kutahan lagi. “ Pah…aku tidur dulu ya sebentar.” Pintaku pada suamiku, agar bergantian unjtuk menjaga Raras. “ Ya nggak papa mah, tidur saja dulu, biar aku yang jagain Raras”.Jawab suamiku pelan. Aku rebahkan tubuhku di samping Raras. Namun melihat Raras yang tiba – tiba sesak nafas, seketika rasa kantukku menghilang. Aku mendadak cemas. Tidak tega aku melihat nafasnya yang tersengal – sengal. Pukul 23.00 tepat, tiba – tiba Raras menarik selang oksigen di hidungnya. Suamiku mencoba menahan Raras. Air mataku tak bisa kutahan. Namun setelah beberapa saat kulihat nafasnya begitu tenang, dan tiba – tiba tidak ada hembusan nafas lagi dari hidungnya. Ku cek nadinya juga sudah tidak berdenyut. Suamiku memanggil dokter. Dokter mengecek kondisi Raras.Aku Menunggu dengan rasa cemas. Air mata sudah tak bisa kutahan dan terus berhamburan membasahi pipi.

“ Maaf pak, bu..kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi sepertinya Raras tidak bisa tertolong. Kami mohon maaf .” Seru Dokter itu menjelaskan. Aku langsung memeluk Raras. Bagaimana mungkin beberapa jam lalu Raras masih tertawa riang bercanda dengan saudara yang datang menjenguk. Ia pun sudah mau makan, dan porsinya juga lebih banyak dari biasanya. “ Maafkan mama nak..maafkan mama Raras..mama belum maksimal merawatmu”. Ku tepuk – tepuk pipinya, berusaha untuk membangunkannya. Tapi usahaku sia – sia, Raras tetap tertidur, diam dan kaku. “ Sudah ma..ikhlaskan, Allah sudah menyiapkan Raras di tempat yang indah. “ Seru suamiku untuk menenangkanku.

Aku tidak menyangka, begitu cepat Raras pergi. Aku merasa belum puas untuk merawatnya. Belum puas untuk menemaninya. Aku masih belum tahu apa sebenarnya penyakitnya. Karena hari senin baru akan keluar hasil lab. Tapi malam senin ini ia sudah meninggalkan kami semua. Maafkan mama Raras, meski kau lahir tak sempurna, tapi kehadiranmu sudah menyempurnakan hidup mama. Bahagialah kau di syurga nak…bisiku dalam hati dengan perih. Mama ikhlas, mama yakin Allah sudah menyiapkan tempat terindah untukmu. Love you Raras..

Tamat

#28032018#

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Allah memang sudah menyiapkan tempat terindah untuk Raras. Love you Raras. Baarokallah...Bunda.

28 Mar
Balas

Terima kasih bunda

28 Mar



search

New Post