Ludiazzuhri

Guru di SDIT Al Fatih Cipayung Kota Depok Provinsi Jawa Barat. Seorang guru yang mulai kecanduan dengan dunia tulis menulis, ketika di amanahi sebagai PJ Litera...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mutiara Yang di Rindukan

Mutiara Yang di Rindukan

Mutiara Yang di Rindukan

Oleh : Ludiazzuhri

Kutatap kalender yang terpampang di dinding ruang tamu. Ada sebuah tanggal yang dilingkari di sana. Aku memang mempunyai kebiasaan memberi tanda khusus pada hari - hari yang menurutku istimewa. Hari ulang tahunku, ulang tahun suami, ulang tahun pernikahaku ataupun agenda kegiatan dan pekerjaan, yang memang harus aku ingat. Selain aku timer, melingkari kalender juga termasuk hal suka aku lakukan. Karena dengan melingkari kalender, aku akan selalu mengingatnya. Karena selalu terlihat jelas, ketika aku duduk santai di ruang tamu. Karena sengaja kalender aku pasang di dinding yang menghadap ke sofa. Sehingga saat aku duduk, kalender itu tanpa dilihat sudah pasti bisa kelihatan.

Kutebalkan lingkaran merah di kalender. Perasaan resah menyelimuti jiwaku. Tanggal yang kulingkari dengan tebal adalah hari yang sangat sakral menurutku. Hari pertemuanku dengan suami sepuluh tahun yang lalu. Yang disatukan dalam ikrar pernikahan. Dimana waktu itu kami belumlah akrab. Karena pernikahanku dengan suami melalui jalur ta'aruf. Sehingga aku mengenalnya hanya dari biodata dan informasi dari temanku yang mengenalkanku dengan suamiku. Namun aku bersyukur sekali dengan perjalananku menuju proses pernikahan. Aku merasa dijaga Allah dari segala bentuk kemaksiatan. Meskipun agak canggung untuk pertama kalinya ngobrol dengan orang yang saat itu baru saja menjadi suamiku. Namun sungguh terasa indah. Malu – malu menatap orang asing yang sudah menghalalkanku. Indahnya pacaran setelah menikah seperti yang ditulis di beberapa buku ataupun status di media sosial, dan kini aku telah mengalaminya.

Waktu terus berlalu. Satu bulan, dua bulan hingga mencapai satu tahun, aku merasakan kebahagiaanku bersama suamiku. Namun sebagai pasangan yang sudah menikah sama seperti pasangan yang lain, aku dan suami mengharapkan ada buah hati yang menghiasi keluarga kami. Namun dalam waktu setahun ini masih belum juga memperlihatkan tanda – tanda yang dirasakan oleh kebanyakan perempuan. Aku belum juga hamil.

Saat itu aku sudah merasa khawatir. Karena tidak bisa dipungkiri salah satu tujuan orang dalam pernikahan salah satunya adalah memiliki keturunan. Walaupun tujuan utamanya adalah untuk beribadah. Namun memiliki keturunan adalah dambaan bagi setiap pasangan yang sudah menikah. Begitupun diriku. Setiap aku mendapatlkan tamu bulanan atau menstruasi, aku merasa stres dan gelisah. Bahkan untuk mengatakan pada suami saja aku merasa ketakutan. Aku takut melukai hatinya. Karena aku tahu dia begitu sangat ingin mendapatkan seorang buah hati. Namun aku selalu menghibur diri dengan kata – kata andalan.” Oh mungkin aku dan suami masih suruh pacaran”. Ucapku dalam hati selalu menghibur diri.

“ Mas…” Ucapku pelan dengan hati deg- degan. “ Kenapa de..kamu sakit? “. Jawab suamiku sedikit khawatir. Aku menggeleng – gelngkan kepala tak bersemangat. “ Tapi kok ade kelihatan lemes?”. Tanya suamiku menyelidik. “ Aku dapet lagi mas..”. jawabku dengan suara sedikit parau dan sedikit bergetar. Aku berharap suamiku tidak dapat menangkap suaraku yang bergetar. Kulihat wajahnya tersenyum, Meski aku tahu ada kekecewaan di balik senyum itu. Aku tahu dia menyembunyikan kekecewaan itu dariku. Karena ia tidak ingin membuatku bersedih. Suamiku menarik tanganku dan memelukku. “ Sabar ya de…in sya Allah, semoga aja bulan depan”. Katanya lembut sambil mengusap – usap kepalaku. Tak terasa air mataku pun menetes, menghadapi kesabaran suamiku. “ Husst…jangan cengeng ah..daripada nangis, mendingan nonton film atau video yang lucu – lucu ya, biar nggak sedih”. Seru suamiku pelan, karena mengetahui pipiku sudah mulai basah.

Hingga tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Tidak terasa Pernikahanku bulan depan sudah menginjak tahun kesepuluh. Dengan kegiatanku sehari – hari sebagai pekerja. Sejenak membuatku lupa akan tekanan batin yang aku alami. Keresahan yang kurasakan dan selalu memuncak saat tanda – tanda datang bulan. Terlebih di tahun – tahun pertama pernikahanku. Namun beberapa tahun belakang sudah bisa kutepis. Karena setelah aku dan suami diperiksa kondisi kami berdua baik – baik saja dan sehat. Aku mencoba pasrah - sepasrahnya. Meskipun kadang hati masih merasa sakit dan sedih saat ada teman, atau kerabat yang ketika bertemu dan menanyakan hal ini. “ Gimana sudah berhasil belum?”, “ kapan nih nyusul?”. Dan pertanyaan lainnya yang membuatku merasa menjadi perempuan yang tidak berguna dan tidak ada harganya. Ingin aku segera menyusul mereka. Tapi semua itu bukanlah mauku. Bukanlah kehendaku.

Tidak tahu kenapa kini muncul kembali rasa – rasa yang beberapa tahun belakang sudah bisa kuhilangkan. Aku merasa menjadi lebih mellow saat melihat perempuan hamil. Aku merasa iri ketika melihat bapak – bapak muda, menggendong anaknya dan mengajak bermain di tempat wisata ataupun mall. Aku merasa sedih ketika harus menjenguk teman yang lahiran. Aku merasa takut. Dan kusamapaikan pada suamiku malam itu. “ Mas…”. Seruku pelan sambil menatap suamiku lekat. Suami merasa aneh melihatku menatapnya. “Ehemm…kenapa de?”. Jawab suamiku singkat. “ Bulan depan usia pernikahan kita sudah sepuluh tahun mas, tapi sampai saat ini aku belum juga bisa memberikan seorang anak, untukmu”. Kataku pelan. Suamiku menatapku lekat. “ Emang bisa ade ngasih anak untuk mas?, kan yang bisa ngasih anak hanya Allah Swt”. Jawab suamiku sambil memasang wajah pura – pura serius. Aku jadi keki sendiri.” Ihhh…mas mah diajak ngomong serius malah bercanda, semua juga tau kali mas, kalau yang memberi semua rizqi, anak itu hanya Allah” . Timpalku dengan sedikit kesal. “ Lah…itu ade tahu, kalau yang berhak memberikan rizqi seorang anak hanya Allah Swt, kita sebagai hambanya hanya bisa berikhtiar dan berdoa. Jadi kita harus banyakin usaha dan doa”. Terang suamiku sambil mencubit hidungku. “ Tapi mas…aku terkadang takut, apakah mas akan tetap bisa bertahan denganku, kalau aku belum juga kunjung hamil?”. Seruku pelan.” Ssstt…istighfar de..tidak boleh ngomong begitu, ntar kejadian beneran ade nangis..nangis …”. Seru suamiku menggoda. Kucubit pinggangnya dengan kesal. Suamiku pura – pura meringis kesakitan.” Ampun – ampun ndoro, mana mungkin aku berani meninggalkanmu, bisa – bisa aku disate nanti”. Ledeknya sambil memegang tanganku erat dan pandangan mesra.

Begitulah suamiku, selalu bisa membuatku tertawa. Meski hatinya kecewa dan terluka, namun dia selalu menyembunyikannya. Dia selalu ingin membuatku bahagia. Meski buah hati yang diharapkan belum juga hadir. Ia selalu membuat suasana rumah kami penuh dengan kebahagiaan. Buah hati ibarat mutiara yang selalu dirindukan oleh setiap pasangan yang sudah menikah. Namun saat ia belum hadir janganlah terlalu larut kita dalam kesedihan dan keputusasaan. Ingatlah kisah Zakaria yang dikaruniai seorang buah hati ketika usianya sudah senja. Bagi Allah tidak ada yang tak mungkin. “ Tetap semangat berikhtiar de..”. Bisik suamiku pelan dan ini membuatku yakin.

Rumahku, 06032018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Insyaallah indah pada waktunya bunda..saya pernah merasakan yang bunda rasakan dan alhamdulilah sekarang buah hati yg kami nantikan selama 8 tahun telah hadir

06 Mar
Balas

Aamiin.. terima kasih bunda.. bighug

06 Mar

Tugas kita hanya berusaha dan berdo'a ...ya kan Bunda. Shabar dan tawakkal. Insyaa Allah , akan ada yang terbaik buat Bunda dan keluarga. Aamiin Yaa Robbal 'alaamiin. Baarokallah...Bunda.

06 Mar
Balas

Aamiin.. terima kasih bunda... bigghug

06 Mar

Semoga dalam waktu dekat ya mbak (eh mbak apa teteh) .... aamiin .. kalau saya lagi nunggu cucu yang kedua ...

06 Mar
Balas

Subhanallah senangnya... makasih pak, salam literasi...

06 Mar



search

New Post