Kalimat "alhamdulillah " adalah kalimat yang mewakili ucapan rasa syukur yang dipanjatkan kepada Allah swt tuhan yang maha pemberi segalanya. Begitu besar anugrahnya kepada kita sehingga mampu kita jalani hidup ini dengan penuh rasa bahagia.

Jika kita merenungi diri, maka akan kita temukan nikmat Allah swt itu tanpa batas . Coba kita pilih satu nikmat untuk dijadikan bahan renungan. Misalnya saja nikmat kesehatan yang setiap denyut jantung kita nikmati. Cobalah berjalan jalan ke rumah sakit, lihat semua orang yang terbaring di atas tempat tidur kecil itu. Berbagai penyakit yang mereka derita mulai dari yang ringan sampai kronis, lalu amati dan pikirkan, kira kira bagaimana perasaan mereka yang sakit itu! Yang pasti orang sakit pasti tidak merasa tenang. Semua akan merasa cemas dan gelisa.

Bagi orang yang berfikir positif dan mengambil pelajaran dari itu, maka rasa syukurnya atas nikmat kesehatan yang diberikan Allah kepadanya pasti bertambah, dan berusaha mewujudkan rasa syukur itu dengan senantiasa lebih dekat dengan penciptanya.

Lain halnya dengan orang yang tidak mengambil pelajaran dari nikmat kesehatan itu, maka cara berfikirnya hanya biasa biasa saja. Tidak melihat nilai kesehatan itu sebagai sebuah anugrah. Mereka menilai bahwa apapun yang terjadi pada dirinya merupakan kewajaran dan hasil dari segala usaha dan ilmunya, tidak ada campur tangan Tuhan pada dirinya.

Kalau cara berfikir orang seperti itu, maka dapatlah di jawab bahwa kalau karena ilmu, maka semua dokter tidak ada yang sakit dan meninggal. Ternyata Dokterpun mengalami seperti apa yang kita alami sebagai orang biasa.

Kita persempit lagi cara pandang kita kepada saudara saudara kita yang ditaqdirkan hidup dalam kemiskinan. Yang sehari-harinya makan seadanya dengan lauk yang apa adanya. Dari kehidupan mereka ternyata bisa juga tidur dengan nyenyak. Lalu kita bandingkan dengan diri sendiri yang biasa makan dengan lahapnya yang disertai dengan lauk yang serba ada. Kira kira masihkah kita tidak bersukur?.

Semua fasilitas hidup ada yang dimiliki, simpanan uang dan aset bernilai tinggi dengan nilai rupiah, lalu kita bandingkan dengan mereka yang hidup serba kekurangan, apalagi jika mereka memiliki masalah yang sulit di atasi sementara kita dengan santainya berjalan ke mana mana tanpa ada beban hidup!.seolah-olah dunia ini dalam genggamannya. Tidakkah kita bersyukur?.

Kalau keadaan kita sudah betul betul senang dan bahagia, lalu kita belum bersukur?. Mungkin ada cara lain yang diberikan Allah swt kepada kita berupa mencabut segala nikmat itu baru kita tersadar bahwa apa yang dimiliki, semua adalah titipan dan sewaktu waktu akan tiada.

Ayo kita buka hati dan pikiran kita, renungi betapa besar anugrah Allah swt yang diturunkan kepada kita hambanya. Masihkah kita mau kufuri dan mendustakannya. Ingat, seandainya segala kenikmatan hidup itu manusia yang menentukan, sudah pasti tidak ada seorangpun yang berkeinginan memiliki taqdir buruk, semua ingin hidup dengan kesenangan dan kecukupan harta.

Satu hal lagi yang tidak bisa kita dustakan, yaitu adanya nikmat hidup yang kita rasakan sampai saat ini. Dengan senangnya kita pergi kemana saja tanpa ada beban masalah yang dihadapi serta kesehatan yang prima tak kurang sedikitpun. Kita makan dengan lahapnya, tidurpun dengan pulasnya, nikmat apalagi yang kita dustakan.