Lukman Ismail

Lukman lahir di Wanio sidrap provinsi Sulawesi selatan. Mengajar di smpn 2 panca lautang sidrap. Hobby menulis apa saja yang penting bermanfaat. Otak encer kala...

Selengkapnya
Navigasi Web

PENYESALAN SEORANG ANAK SEKOLAH

Tersebutlah nama Pak Cekong yang populer di masyarakat yang lahir 50 tahun yang lalu. Dia sehari hari nya bekerja sebagai buruh panggilan. Artinya Dia bekerja apa saja asal ada uangnya, walau pekerjaan itu menggali solongan atau membuang sampah rumah tangga. Selain bekerja sebagai buruh apa saja, Dia juga menjual jasa pijitan untuk pemugaran.

Pak Cekong pribadinya sangat akrab di mata masyarakat sekelilingnya. Di mana mana ada tempat nongkrong di lingkungan sekitarnya tidak akan ramai jika beliau tidak ada karena disamping suka humoris juga tempat meminta bantuan jasa pijatan. 

Dalam kisah hidup beliau, di masa sekolah dahulu Dia termasuk anak yang pandai dan memiliki bakat olah raga sepak takraw yang hebat. Banyak prestasi yang diraih di masanya sehingga sangat populer di kalangan masyarakat maupun di kalangan sebagian pejabat daerah waktu itu. 

Pada saat itu setelah tamat sekolah menengah. Pak Cekong berbalik haluan dengan mencoba mengadu nasib di rantauwan. Akhirnya banyak daerah di luar provinsi yang pernah di tempati bekerja sebagai buruh kasar atau sebagai pelayan rumah makan bahkan pernah menjadi tukang sapu di hotel. 

Lama tinggal di rantauwan namun tak ada perubahan ekonomi yang di rasakan akhirnya pulang kampung di sebuah desa kecil di Sulawesi selatan. Kemudian dalam keberadaan beliau di kampungnya Pak Cekong mempersunting pacarnya dahulu waktu sekolah yang kebetulan juga anak dari Kepala Sekolahnya dahulu. Memang diakui bahwa Pak Cekong dahulu jaman sekolah termasuk pemuda tampan dan gagah apalagi banyak prestasinya kala itu sehingga cewek remaja banyak yang naksir padanya. 

Sekarang di usia senjanya merasa ada rasa menyesal. Disaat usianya sudah mesti pensiun bekerja namun kenyataannya harus tetap bekerja mencari nafkah keluarga. Penyesalan itu semakin bertambah jika melihat teman-temannya dahulu yang sudah pada hidupnya mapan dan sejahtera. Pada hal mereka dahulu adalah orang yang tidak ada apa apa nya di bandingkan dengan Pak Cekong. Tapi itulah taqdir manusia tidak ada yang tahu katanya. 

Dalam kondisi seperti itu, Pak Cekong tetap melangkah menuju perbaikan hidup walau terasa disiksa oleh rasa penyesalannya kenapa dahulu berhenti sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, pada hal waktu itu mencari pekerjaan bagi orang yang berprestasi dianggap agak mudah karena sudah banyak kalangan pejabat daerah mengenalnya dan mengajaknya untuk melanjutkan sekolahnya dan bersedia memberikan pekerjaan yang layak untuknya.

Penyesalan memang selalu berada di akhir cerita,  baru terasa pedihnya penderitaan ketika melihat kondisi saat ini. Dan kalau itu datang, berulah tersadar bahwa ternyata apa yang dahulu dikatakan orang tua semua sudah terbukti yaitu menuntut ilmu itu penting, jika belum dimanfaatkan sekarang maka pasti akan berguna dikemudian hari. Jadi sesal dahulu pendapatan sesal kemudian malah melahirkan penyesalan itu kata pepatah. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang keren Pak

17 May
Balas

Terima kasih bu komentar nya

17 May



search

New Post