Dalam keseharian kami sebagai anak kampung yang hidup dengan berbagai kesederhanaan dan kebersahajaan, tidak sedap rasanya jika ada pertemuan tetangga dan sesama anak kampung jika tidak dibarengi dengan canda, senda gurau dan tertawa lepas. Seolah-olah tak ada beban hidup.

Senda gurau itu bertema bebas, kadang cerita sawahnya, ladangnya, atau hal hal lain yang bisa digosif,.yang penting pembicaraan itu bisa jadi hangat dan mengundang tawa.

Ciri khas orang kampung memang senang bercerita atau bercengkrama. Asal yang ditemani bercerita itu sesamanya yang sudah dikenal sejak dahulu. Walaupun kesenangan itu di sukai akan tetapi merek Memiliki kepedulian sosial yang mendalam .

Sikap gotong royong merupakan sikap yang terpelihara dari jaman dahulu. Mereka berprinsip jika kamu mau dibantu orang pandaikanlah dirimu membantu juga orang lain.

Selain dari itu masyarakat yang di kampung senantiasa lugu dan sederhana .Jujur itu adalah pola hidup yang senantiasa dijaga dalam bertindak. Nilai nilai agama menjadi tolok ukur dalam bersikap dan berbuat. Ada rasa malu yang menjadi ciri dalam berkepribadian .

Hal hal itu yang kami rasakan sebagai anak kampung .situasi itu berlangsung lama hingga lahir jaman politik politikan. Sejak adanya pemilihan yang bernuansa politik, maka nilai itu mulai luntur. Sudah ada istilah sekat sekat antar warga, akhirnya mempengaruhi sikap sosial yang dijalankan dahulu.

Sekarang sisa sisa itu masih ada di kampung tetapi tidak sekental dulu sebelum datangnya persaingan politik. Aku rindu dengan Suasana itu tapi rasanya susah untuk kembali .hal itu akan kembali jika persaingan politik di masyarakat kampung di tiadakan.

Cara berpolitik masyarakat yang ada di kampung itu adalah semua persoalan diselesaikan dengan musyawarah mupakat .Andaikan itu diterapkan maka suasana di kampung akan kembali seperti dahulu.