Lukman Nur Hakim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
KECIPRATAN AIR HUJAN

KECIPRATAN AIR HUJAN

KECIPRATAN AIR HUJAN Oleh : Lukman Nur Hakim Ngaji kali ini, rabu ( 28-5-2019) dapat menjadi obat kekhawatiran saya dalam keseharian penuh. Hal ini disebabkan pada hari selasa kemarin (27-5-2019) KH. Subhan Ma'mun berhalangan mengisi pengajian pasanan seperti biasanya. Tepatnya selasa pagi (27-5-2019), saya mendapat berita bahwa KH. Subhan dirawat di RSU Brebes. Selang beberapa saat kemudian, ada informasi dari pengurus Pondok Asalafiyah Luwungragi bahwa, hari Selasa ngaji pasanan libur sementara, dan pada hari tetap Rabu ngaji seperti biasanya. Mendengar kedua informasi saya kaget dan sedikit lega. Dengan adanya kabar bahwa hari Rabu ngaji seperti biasanya, dimungkin menurut logika saya, KH. Subhan Ma'mun sakit biasa saja, karena hanya sehari dirawat di rumah sakit. Kedua informasi ini juga, yang membuat saya, untuk kegiatan ngaji pada hari rabu, saya harus berangkat lebih cepat dari hari-hari sebelumnya. Rabu (28-5-2019) setelah sholat Ashar berjamaah di Mushola dekat rumah, saya bergegas berangkat ngaji di pondok As-salafiyah Luwungragi. Waktu jarak yang ditempuh dari rumah menuju tempat ngaji sekitar 30-45 menit. Membuat saya harus berangkat lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang rumahnya lebih dekat dengan pondok. Sehingga ngaji yang biasa dimulai jam 16.00 WIB. Supaya saya bisa datang tidak terlambat dan dapat duduk di depan. Dalam benak saya, ingin rasanya melihat KH. Subhan lebih dekat, untuk dapat mengobati kekhawatiran saya keseharian penuh dan menjawab teka-teka "sakit apa yang diderita kang kaji", panggilan akrab KH. Subhan Ma'mun. Setelah sampai di pondok. Alhamdulillah saya tidak terlambat dan dapat duduk dibarisan depan. Tanpa menunggu lama sambil membaca dzikir yang dipandu oleh pengurus pondok. KH.Subhan Ma'mun keluar dari rumahnya menuju halaman pondok, yang dijadikan pusat ngaji pasaran setelah sholat Ashar. Kedatangan KH.Subhan Ma'mun sepertinya dibarengi datangnya awan mendung yang menyelimuti kawasan pondok pesantren, membuat saya samakin khawatir, apakah jadi ngaji atau tidak jadi ngaji, alias libur lagi seperti kemarin. "Sudahlah nggak usah dipikirkan," celetukku dalam hati, bicara dan dijawab sendiri. Setelah sampai di tempat biasa beliau duduk, untuk ngaji. Dibarengi pula dengan turunnya hujan. Namun beliau tetap saja memulai pengajian. Sepertinya hujan tidak menjadi pengahalang untuk ngaji bagi beliau. Setelah membaca surat Al-Fatihah, KH. Subhan langsung membuka kitab Bidayatul Hidayah dan membacayakanya untuk para jamaah. Seolah-olah pada hari selasa kemarin tidak ada masalah apa-apa. Namun selang beberapa saat kemudian karena hujan semakin deras, sambil ngaji sesekali beliau juga mengingatkan kepada para jamaah untuk mencari tempat yang tidak kena hujan, seperti masuk ke aula, pondok maupun mencari tempat duduk yang nyaman untuk ngaji. Karena hujannya semakin deras dan membuat suara KH. Subhan terdengar kurang jelas, sehingga beliau berhenti sesaat. Namun saya tidak menyangka, bahwa berhentinya beliau karena sedang berdoa. Melihat KH. Subhan mengadahkan kedua tanganya keatas, jamaah yang hadirpun ikut mengakat tangannya ke atas, sambil memgucapkan "amin.. amin.. ya Allah". Setelah membaca doa, KH. Subhan menjelasakan, bahwa doa yang dipanjatkan tadi, adalah doa memohon kepada Allah, agar setelah ngaji hujannya berhenti". Subhanallah, kataku dalam hati. Ternyata KH. Subhan sangat memperhatikan dan menyayangi para jamaahnya yang ikut ngaji. Beliau sepertinya tidak tega, melihat peserta ngaji pasanan pulang kedinginan, karena kehujanan sepanjang jalan. Setelah para jamaah ngaji tenang kembali, dan mendapatkan tempat duduk yang tidak terkena air hujan. KH. Subhan bertanya kepada para jamaah. "maaf, bapak ibu kemarin enggak ngaji, apa ada yang kemarin datang kepondok?. Ibu-ibu menjawab "ada!", mendengar jawaban ibu-ibu, saya senyum-senyum sendiri. Wajarlah mungkin karena mereka tidak membaca penguman lewat media sosial atau dapat info dari pengurus pondok. KH. Subhanpun mengatakan kepada para peserta pasanan, bahwa kemarin saya hanya kecapaian saja, dan perlu istirahat. Bapak Ibu enggak usah khawatir. Mendengar jawaban langsung dari KH. Subhan, saya semakin yakin bahwa beliau tidak apa-apa, hanya perlu istirahat saja. Tak terasa waktu menunjukan jam 17.15 WIB. dan ternyata hujan sudah berhenti. KH. Subhan kembali mengatakan "Al-hamdulillah doa Bapak Ibu dikobul oleh Allah SWT. Hujan sudah berhenti dan isnyaAllah pulang tidak kehujanan", para jamaahpun langsung menjawab " amin." Tidak ketinggalan sayapun ikut menjawab amin. Setelah ngaji selesai, saya tidak langsung pulang, tetapi ikut baris bersama jamaah lain yang mau salaman dengan KH. Subhan. Dalam benak hati kecil saya mengatakan, "mumpung ada kesempatan menayakan kabar langsung pada beliau." Karena saya duduk dibarisan depan, sehingga saya tidak terlalu lama antri salaman dengan beliau. Karena kalau salaman yang terakhir biasanya antrinya nyampai 15 menit. Sesampainya didepan beliau, saya salaman dan menanyakan kabar beliau. KH. Subhan menjawab, "Alhamdulillah, tidak apa-apa, hanya perlu istirahat saja." Saya bertambah semakin yakin beliau hanya perlu istirahat saja. Setelah salaman, sayapun menuju motor yang di parkirkan dijalan menuju areal pondok. Motor saya diparkirkan berjejer dengan motor para jamaah lain. Alhamdulillah parkiran motor jamaah ngaji pasaran tertata dengan rapi, karena dibantu oleh teman-teman Banser setiap harinya. "Makasih kang Banser," ucap saya setelah membantu dan mengeluarkan motor saya. Sehingga saya pulang bisa cepat. Antrian motor pulang menuju kerumah masih-masih menjadi pemandangan tersendiri setelah selesai ngaji di pondok pesantren As-salafiyah Luwungragi. Maklumlah karena jumlah motor yang diparkir berjumlah nyampai ratusan. Diparkiran motor dalam setiap hari, ada juga peristiwa yang membuat saya kadang senyum-senyum sendiri. Seperti ada bapak-bapak yang bolak-balik mencari motornya, mungkin ia lupa saat memparkirkan motor. Ibu-ibu yang sudah tua naik mobil bak terbuka dengan sangat lincah lewat samping bukan lewat belakang. dan ada juga rombangan orang tua yang duduk di bak terbuka mengahadap kebelakang. Pemandangan ini kadang masih membuat saya senyum-senyum sendiri menamani perjalan pulang ngaji. Antrian panjang dua lagi terlihat, ketika saat ada kereta lewat dan terkena lampu merah dijalan pantura. "Terasa seperti Jakarta saja yang sering terkna macet." Celotek saya dalam hati. Alhamdulillah, perjalanan pulang kerumah dari pondok, terasa bahagia karena hujan sudah berhenti. Namun bekas hujan dan genangan air hujan jumlahnya banyak dan sangat terlihat jelas dijalan raya pantura. Hal ini membuat saya harus ekstra hati-hati dalam perjalan pulang, ketika melewati genangan air tersebut. "Pyaarr". tiba-tiba air genangan yang dijalan raya mengenai saya, karena terlewati mobil-mobil besar dan kecipratan genangan air hujan itu tidak hanya sekali. Bahkan ketika melewati genangan air yang besar saya harus berjalan perlahan-lahan sekali, mencoba menghindari dari cipratan air. Alhamdulillah, karena terkena cipratan air hujan terus menerus, baju dan sarung sayapun basah. perjalanan kerumahpun tetap saja kedingan. Peristiwa ini membuat saya berpikir dan merenungi kembali tentang diri saya, dan doa yang diamini saat ngaji. "Terkobulnya doa pulang ngaji tidak kehujanan namun belum dibarengi dengan selamat dari terkena cipratan genangan air hujan sepanjang jalan pantura." Wallahu 'alam Bishowab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisannya sangat rinci dan seolah membawa pembaca turut serta dengan penulis menghadiri acara tersebut. Perjuangan yang luat biasa adalah perjuangan mengaji kepada sosok Kyai Besar KH. Subhan Makmun. Tulisan yang sangat menginspirasi. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

30 May
Balas



search

New Post