Lukman Nur Hakim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
LUPA PADA YANG SUKA MEMBERI

LUPA PADA YANG SUKA MEMBERI

DIKASIH SEKALI, LUPA YANG NGASIH SETIAP HARI Dalam diskusi diri dikesunyian malam, diiringi nada rintik-rintik air hujan yang menerpa seng air atap rumah, terlontar kalimat indah dari istri. "Mental dibayar". Prilaku yang melupakan pemberian kasih sayang yang tulus. Namun mengabdi pada yang memberi sekali, demi kepentingan perut dan kepuasan mulut. Ku tangkap kalimat tersebut dengan ketukan nada cinta. Karena keluar dari istri setia. Ku urai "mental dibayar", dalam susunan tangga nanda dan keharmonian instrumen alat musik keluarga dari rintihan para orang tua. Yang hanya salah ucap, dan mungkin hanya sekali tidak bisa memberi, dari rizki titipan yang di beri Ialhi, tuk kebutuhan keluarga yang sudah menanti. Air susu yang diminum dua tahun, sepertinya hanya menghasilkan lisan dan sikap yang selalu menggoreslan luka pada orang tua. Sepertinya ia tidak merasakan, bahwa darah yang mengalir dalam tubuhnya, ada ruh kehidupan dari kedua orang tuanya. Suapan nasi makan, pagi, siang bahkan malam. Orang tua berharap anaknya berahklak mulia. Namun kadang yang didapat nada-nada tinggi yang keluar dari mulut, yang saat kecil tersentuh oleh jari-jari mungil kedua orang tuanya. Orangtua tempat beteduh, terlindung dari ganasnya virus dan zat kimia dalam rahim yang penuh asupan gizi. Mengenal lebih lama sembilan bulan daripada orang lain. Memiliki rasa cinta tulus ikhlas tanpa berharap balasan. Terlupakan hanya oleh bisikan teman dan tawaran jabatan yang menentang restu orang tua. Mungkin ini, dapat di katakan benih awal mental dibayar. Apakah mereka tidak ingat, tatkala orang tua selalu memaafkan anaknya yang melakukan kesalahan. Bahkan tanpa anak sadar melakukan kesalahan. Namun kadang yang terjadi orang tua, tidak ada yang benar dihadapan anak. Bahkan selalu disalahkan, bahkan seperti tidak dimaafkan atas kesalahan yang tidak disengaja. Sakit yang diderita anak, orang tua setia menunggui tanpa melihat dirinya capai ataupun sakit. Namun tat kala orang tua sakit, anak sibuk mengurusi pekerjaan dan kadang hobinya, yang tidak bisa ditinggalkan. Menunggui orang tua sakitpun masih berfikir bayaran, dari warisan yang akan dibagikan. Logika para penunggu mental bayaran. Lupa akan masa kasih sayang dari orang tua, yang ada hanya bayaran dan bayaran. Masih belum mengerti, ketika orang tua kita, tidak akan tidur nyenyak, sebelum anak-anaknya tertidur lelap. Bahkan orang tua, masih mengawasi tidur kita, dari gigitan serangga yang menyerang setiap saat. Sepertinya orang tua tidak mau, anak yang dilahirkanya, tersakiti oleh siapapun, bahkan sekecil binatanh tinggi maupun nyamuk, dihukumi haram menggigitnya. Pembelajaran dari orang tua, mulai mengeja, melangkah untuk berjalan bahkan mengayun sepeda. Sepertinya hanya kenangan, yang tidak bermakna, terhadap prestasi yang di raih anaknya sekarang. Lancarnya berbicara tak bisa lepas dari didikan mengeja orang tua. Lari kencangnya dari meraup rupih juga tidak bisa lepas dari, pendidikan berjalan dari orang tuanya. Apakah usaha bertahun-bertahan tanpa meminta sepeserpun bayaran. Akan dilupakan dengan prilaku "Mental bayaran"?. yang hanya mengabdi pada yang memberi sesaat. Mental bayaran, dapat dikatakan perilaku yang hanya maunya diberi, setelah tidak diberi, Ia pun akan lari. Mencari majikan yang baru, yang belum mengerti tentang prilaku dirinya. Waspadalah, ketika memiliki teman, sauadara, yang memiliki mental bayaran. Bukan persahabatan, persaudaraan, keimanan, kemanusiaan yang dicari. Namun hanya sesuap nasi, harga diri sendiri yang keliru, melihat hidup hanya dengan materi. Mental bayaran yang maunya dibayar. Lupa yang memberi setiap waktu dengan pemberian yang hanya sekali waktu. Dapat dikatakan penyakit yang terus menggerogoti manusia, menjauhkan diri dari penghambaan diri pada Tuhan dan kebermanfaatan hidup sesama manusia. Manusia hanya terus berusaha dan usaha untuk menjadi hidup bermanfaat, usaha dan doa tak bisa berhenti setiap saat. Kita pun hanya berharap semoga yang ada dalam diri kita digolongkan manusia, "Mental membayar dari pada dibayar." Amin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cinta orang tua adalah cinta tanpa syarat. Sukses selalu dan barakallahu fiik

09 Jan
Balas

Amin.. matursuwun bu.

09 Jan



search

New Post