Lukman Nur Hakim

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Srisip Produk Masjid Gagal

LEGENDA SRISIP MASJID GAGAL DI RANDUSANGA

Oleh : Lukman Nur Hakim

Berbicara Randusanga sepertinya tidak akan ada habisnya kalau ditulis. Karena, menurut penulis, Randusanga memiliki banyak cerita dan potensi-potensi yang dimiliki serta perlu dikembangkan. Termasuk keunikan-keunikan peristiwa yang pernah terjadi di Randusanga yang harus disampaikan ke khalayak masyarakat umum. Sebagai informasi sedikit tentang Randusanga atau mungkin pengingat peristiwa yang pernah terjadi di Randusanga.

Goresan penulis dalam lembaran layar monitor kecil ini, hanya bermaksud mengungkap kembali sejarah Randusanga yang pernah diceritakan oleh para orang tua terdahulu. Tulisan inipun, hanya sebuah asumsi penulis. Sebagai bagian masyarakat yang lahir di Randusanga. Kalaupun nantinya tidak tercatat dan dibukukan, kemungkinan cerita klasik dan unik Randusanga tidak terdengar lagi. Alhasil, generasi selanjutnya tidak mengetahui usaha-usaha atau jerih payah yang dilakukan oleh para nenek moyangnya dan hanya terhipnotis oleh barang elektronik kecil yang digenggam di tangannya.

Tak dapat dipungkiri, hampir semua daerah di Indonesia, termasuk Randusanga Brebes memiliki cerita rakyat masing-masing.

Seperti cerita Rara Janggrang, di Prambanan Yogyakarta, seorang putri raja yang mau dipersunting oleh kesatria Bandung Bondowoso, dengan syarat membuat seribu candi dan dua sumur. Namun karena kepandaian sang ratu, bagaimana bangunan candi seribu tidak jadi. Dapat dikatakan kurang satu. Sehingga Bondowoso marah dan mengutuk Roro Jonggrang jadi patung yang keseribu.

Ada juga cerita tentang Tangkuban perabu di Jawa Barat. Kisah seorang anak (Sangkuriang) yang mau menikahi ibu kandungnya (Dayang Sumbi). Namun dengan cara tertentu, sang ibu berusaha agar pernikahan tidak jadi. Sangkuriang diminta untuk membuat telaga dan perahu dalam semalam. Namun ketika melihat dua syarat yang diajukan akan jadi, Dayang Sumbi berdoa agar gagal. Maka para dewa di khayangan membantunya dengan menerbangkan selendang merah ke arah Timur, agar terlihat matahari mau terbit. Maka marahlah Sangkuriang dan menjadikan pembuatan perahu dan telaga gagal.

Cerita tentang kegagalan membuat sesuatu dalam waktu semalam, menurut para orang tua. Di Randusanga juga pernah terjadi.

Konon, di daerah Srisip, dan ada juga yang menyebutnya "Pulau Majeti" yang berada di Randusanga Kulon. Menurut para sesepuh desa penulis. Dulunya mau dibuat Masjid oleh para pendakwah saat itu. Sebut saja yang terkenal para pendakwah pada jamannya adalah Wali Sanga.

Menurut beberapa keterangan yang didapatkan dari para orang tua, yang dianggap orang pandai di Desa Randusanga, ada yang mengatakan. Bahwa sebelum membangun Masjid Demak, cikal bakal Masjidnya adalah di Srisip Randusanga atau dapat dikatakan lebih dulu bangunan Masjid Srisip.

Dalam cerita para orang tua dahulu mengatakan. Ketika Para Wali sanga beristirahat di Randusanga tepatnya di Srisip, yang menjadi persinggahan dalam perjalanan dakwahnya. Ditempat tersebut para Walisanga bermaksud membuat Masjid.

Berdasarkan hasil rapat, maka disepakatilah pembangunan masjid tersebut dengan syarat harus dikerjakan dalam waktu semalam.

Ketika proses pembuatan penataan pondasi dari tumpukan batu bata selesai dan akan melanjutkan pada tahap selanjutnya, terdengarlah suara ayam jago berkeluruk. Sehinga pekerjaan tidak dilanjutkan atau dapat dikatakan berhenti. Karena dianggapnya sudah pagi.

Keluruknya ayam jago disini, tentu tidak ada yang melakukan sabotase untuk menggagalkan pembangun masjid. Berbeda dengan legenda yang lain. Namun lengkingan suara ayam jago, tidak tahu datang dari mana?. tiba-tiba saja ada suara tetapi tidak tahu asalnya.

Alhasil, rencana membangun Masjid dalam semalam di Srisip tidak jadi. Dan sampai sekarang yang tertinggal hanya batako-batako saja yang terlihat dan mengelilingi pondasi bangunan yang gagal. Namun tumpukan batakonya, sebagaian sudah rusak dan jatuh masuk ke lahan tambak, milik masyarakat Randusanga.

Srisip menjadi legenda masjid gagal saat itu. Namun Srisip juga punya makna lain di mata para nelayan pada jaman dulu. Seperti ketika mereka tersesat, untuk menentukan arah di laut di daerah tersebut, maka akan terlihatlah gundukan tanah Srisip yang menjadi tanda arah, letak daratan ketika siang. Sedangkan ketika malam, Srisip terkenal sering mengeluarkan cahaya atau sinar ke atas. Sehingga sudah menjadi tradisi atau kepercayaan nelayan di malam hari. Sebutan Srisip sebagai "Petunjuk Arah Daratan."

Kalau boleh penulis katakan disini, tentang kepercaan terhadap Srisip sampai sekarang, yang dikenal oleh sebagian masyarakat Randusanga dan beberapa orang tertentu yang datang di Srisip, baik dari dalam maupun luar kota. Mereka memiliki kepercayaan, bahwa Srisip merupakan gudang senjata perjuangan jaman dahulu, yang tersimpan aman di tempat tersebut. Sehingga dari dulu sampai sekarang, banyak orang yang mau mengambilnya, namun tidak ada yang berhasil. Bahkan ada yang pernah dilempar dari Srisip sampai ke jalan raya jurusan ke Pantai Randusanga Indah (Parin).

Ketika penulis masih duduk di SD, sekitar pada tahun 1980-an, Srisip sering dijadikan tempat untuk sedekah bumi, oleh masyarakat Randusanga. Namun anehnya, Srisip yang berukuran 10 M persegi, mampu menampung ratusan orang yang berdoa di tempat tersebut.

Kalau dilihat dari kaca mata penulis atau mungkin orang awam memang kelihatanya sangat kecil. Namun kalau dilihat oleh orang tertentu, Srisip seperti lapangan yang sangat luas, padepokan dan gudang senjata yang terjaga berlapis-lapis, dengan penjagaan keamanan yang ekstra ketat.

Srisip mungkin tidak terkenal seperti legenda-legenda lainnya yang pembaca kenal. Namun bagi orang-orang tertentu, Srisip sering menjadi tempat pelabuhan hati, bagi kebanyakan orang yang sedang ditimpa musibah dan pencari barang klenik.

Walaupun sebelah barat dan timur tanah srisip adalah tempat makam sebagian masyarakat randusanga yang dimakamkan disitu. Namun di tempat bernama "Srisip" yang berada ditengah-tengah, diyakini oleh masyarakat Randusanga tidak boleh untuk mengubur mayat siapapun disitu, dan terbukti sampai sekarang Srisip tetap bersih dari tempat pemakaman.

Srisip leganda Masjid Wali Sanga yang gagal, masih perlu pengkajian lebih dalam. Tidak hanya sebatas cerita dari mulut ke mulut para orang tua Randusanga dahulu. Semoga dari muqadimah tulisan ini ada yang mau, dan berkenan berbagi informasi untuk saling melengkapi.

Wassalam.

_________

Penulis lahir dan berdomisili di Randusanga. 100 M dari Srisip Randusanga Kulon Brebes

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post