Oleh: Luluk Maslukhah, S.Si., M.Pd.

(Guru SMK Negeri 3 Bondowoso)

Menjadi narasumber webinar 1 internet pendidikan MediaGuru Indonesia bekerjasama dengan Indosat pada hari Kamis, 23 April 2020 merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tak terlupakan. Berkat bimbingan CEO MediaGuru, Bapak Mohammad Ihsan dan beberapa trainer MediaGuru Indonesia, saya dapat berbagi tentang praktik blended learning berbasis inkuiri terbimbing kepada guru-guru hebat di Indonesia. Alhamdulillah kegiatan tersebut berjalan dengan lancar.

Selepas acara webinar, ada seorang peserta yang menghubungi saya melalui facebook. Namanya Bapak Suprapto. Beliau berminat membeli buku pertama saya yang berjudul Serpihan Kenangan dari Negeri Panda. Buku itu secara khusus mengupas tentang pengalaman saya saat belajar di Nanjing Agricultural University China. Juga tentang cara saya beradaptasi dengan budaya, bahasa dan cuaca musim panas saat itu.

Saya merasa heran mengapa beliau memesan buku itu. Padahal saya tidak menyampaikan tentang buku tersebut di acara webinar 1. Nampaknya beliau mengetahuinya dari dinding facebook saya. Singkat cerita, ternyata beliau juga alumni Shortcourse di Nanjing Agricultural University tetapi beda angkatan dengan saya. Saya berangkat di tahun 2014 dan belajar di sana di selama 2 bulan, sedang beliau berangkat pada tahun 2016 dan belajar selama 32 hari. Saya dari jurusan Kimia sedang beliau dari jurusan Biologi.

Kami berdua adalah penerima beasiswa S2 Pemprov Jawa Timur yang belajar di Universitas Negeri Malang. Shortcourse di Nanjing Agricultural University tersebut merupakan bagian integral program beasiswa S2 Pemprov Jawa Timur itu.

Yang menarik dari perkenalan ini ternyata kami berdua alumni kelas menulis MediaGuru dan sama-sama menulis kisah tentang pengalaman belajar di Nanjing Agricultural University. Kemudian kami saling bertukar buku. Buku saya berjudul Serpihan Kenangan dari Negeri Panda sedangkan buku Bapak Suprapto berjudul Belajar Set-Set Wet dari Negeri Tirai Bambu. Kedua buku itu saling melengkapi. Ada beberapa topik bahasan yang sama tapi ditulis dengan sudut pandang berbeda. Ada pula topik-topik yang tidak saya bahas ternyata ada di buku bapak Suprapto. Begitu sebaliknya.

Ngomong-ngomong, masalah nama Suprapto sangat familiar dengan saya. Pasalnya, pada nama mertua (alm) dan suami saya tersemat kata itu walau berbeda kata depan. Mertua saya bernama Bambang Suprapto, sedangkan suami saya bernama Febry Suprapto. He he he.