Lusi Nesrika jelita, S.Pd.

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Suami dalam Kertas (Part 63)

Rasa penasaran yang tinggi terasa mendesak di dada Doni. Beribu pertanyaan ingin ia ajukan kepada Hasan. Keberadaan Ayuni di ruangan ini tak mungkin hanya kebetulan. Apalagi hanya karena saudara Ayuni yang kebetulan di rawat di rumah sakit ini juga. Ia ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi diantara Hasan dan perempuan yang telah mengusik tidur hampir di setiap malam.

"Don, apa ada yang ingin kamu tanyakan? Apa ada masalah dengan perusahaan", tanya Hasan yang melihat Doni kebingungan.

"O, tidak ada, Bro. Tenang saja. Perusahaan aman. Selama Bro pemulihan, biar aku yang mengurus semua. Fokus aja untuk kesembuhan dulu ya." dengan wajah meyakinkan, Dini berusaha membuat Hasan lebih tenang.

"Don, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu. Aku ingin minta tolong." pinta Hasan.

"Ok, Bro. Apa itu?"

"Aku ingin kamu membelikan sebuah cincin. Cincin untuk seorang perempuan", sambil mencari sesuatu di sakunya.

Doni mendekat. Ia hendak membantu Hasan. Namun, ia bingung apa yang hendak dicarinya. Ia pun tak berani bertanya karena wajah Hasan tetiba mulai lelah.

Hasan memegang keningnya. Seakan ia mengingat sesuatu sambil berkata, "duh, aku lupa. Gawaiku pasti hancur saat kecelakaan itu."

"O, tenang, Bro. Gawainya memang rusak. Tapi, data yang ada di dalamnya masih bisa diselamatkan dan sekarang masih di counter diperbaiki. Maaf, kalau aku lancang"

"Syukurlah. Terima kasih, ya. Ada sesuatu yang penting berada di gawai tersebut. Kapan kira-kira selesai, Don?", tanya Hasan Berharap.

"Sekitar 2 hari lagi, Bro. Begitu selesai, aku akan kasih ke kamu langsung."

"Don, apa ibuku sudah tahu perihal kecelakaan ini?", tanya Hasan.

"Maaf, Bro. Aku belum berani memberi tahu ibu. Ibu masih kurang sehat. Aku bilang ke ibu kalau Bro berda di luar kota", dengan wajah rasa bersalah ia meminta maaf.

"Lebih baik begitu, Don. Kasihan ibu seandainya ia tahu keadaanku seperti ini. Ibu pasti sedih. Apalagi beliau masih dalam keadaan sakit", jelas Hasan.

"Maaf Bro, kalau boleh tahu, cincin itu untuk siapa?" pertanyaan itu meluncur secara tiba-tiba dari mulut Hasan.

Hasan menatap Doni. Tatapan itu cukup lama hingga membuat Doni merasa tidak enak.

"Sorry, Bro. Aku tak bermaksud ikut campur. Lupakan saja pertanyaan tadi, ya. O, ya aku harus segera berada di kantor. Tadi pihak perusahaan Kencana dari Kalimantan mengirim pesan lewat WA agar aku segera menemuinya. Ia sudah menunggu", kilah Doni agar Hasan tidak curiga padanya.

"Ok. Sampaikan salamku pada mereka ya", ucap Hasan.

Doni berlaku dari hadapan Hasan. Sementara Hasan, memejamkan kembali matanya. Seluruh tubuhnya terasa masih sangat sakit dan lelah. Terutama di bagian kepalanya.

Selang beberapa menit kemudian, Ayuni kembali berada di hadapan Hasan.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Woow bahaya Doni mo melamar Ayuni ya, seruu.Rumit dech tambah keren. lanjuut

25 Feb
Balas

Keren bu Lusi cerpennya, salam SKSS

25 Feb
Balas



search

New Post