Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-10)

#TantanganGurusiana

Hari ke-97

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-10)

Tio baru saja pulang kuliah, saat dilihatnya Ratna duduk di beranda bersama Neneknya.

" Nah itu Tio, pulang. Tio ini ada temanmu menunggumu dari tadi. Nenek masuk dulu ya? ", ujar Nenek

Kemudian Nenek meninggalkan mereka berdua. Tio sedikit terkejut melihat Ratna datang ke rumahnya.

" Sudah lama menunggu? ", tanyanya tersendat

" Lumayan. Maksud kedatanganku ke sini adalah untuk mengembalikan ini ", Ratna mengeluarkan boneka beruang dan buku Diary yang menjadi kado tempo hari. Dia menyimpannya di atas meja.

" Mulai saat ini, kita tidak ada hubungan apa- apa lagi", tambahnya

Tio terdiam, hatinya terasa panas saat Ratna menyimpan boneka beruang dan buku Diary dengan kasar bahkan hampir dilemparkan.

" O ya, asalkan kamu tahu, bahwa aku menjadi kekasihmu karena taruhan, dan aku menang. Maaf ya sebenarnya kamu bukan tipe aku. Sudah tahu kan calon suamiku, Mas Ferry. Tak sebanding denganmu, yang cuma anak petani bukan? ", Ratna berdiri dan meninggalkan Tio yang masih berdiri mematung dengan wajah merah.

Dengan perasaan tak menentu, Tio memasukkan kembali boneka beruang dan buku Diary ke dalam tas yang Ratna tinggalkan. Kemudian Tio pun membawa gelas yang disuguhkan Nenek untuk Ratna yang belum disentuhnya.

" Lho, temanmu sudah pulang?, cepat sekali", tanya Nenek keheranan melihat tamunya sudah tidak ada.

" Dia sedang terburu- buru. O ya tadi dia nitip salam untuk Nenek sebelum pergi.

" Ah... Sampaikan salam Nenek juga nanti ya", Nenek tersenyum

Tio kemudian masuk ke dalam kamarnya. Disimpannya tas yang dibawanya di kolong tempat tidur. Kemudian dibaringkannya tubuhnya di tempat tidur. Tubuhnya terasa letih dan kepalanya sedikit pusing.

Tak terasa Tio tertidur hingga Nenek membangunkannya karena sudah magrib. Tio bangun dengan kepala pusing. Benar kata Nenek, kalau tidur menjelang magrib itu menyebabkan fakir fikiran.

Usai sholat Isya dan makan malam, Tio kembali ke kamarnya. Banyak tugas yang harus dikerjakannya.

Kesokan harinya, kebetulan hari itu Tio berangkat bersama dengan Hani. Di sepanjang perjalanan Tio hanya diam saja, pun saat tiba di parkiran dan memarkirkan motornya.

Hani merasa heran melihat Tio sangat pendiam dan terlihat tak bersemangat. Padahal di kesehariannya Tio adalah teman yang ceria.

" Ada apa Tio, hari ini kamu tampak sangat aneh? ", Hani memberanikan untuk membuka percakapan.

" Nggak ada apa- apa, aku cuma lemes semalam kurang tidur, jadinya ngantuk. ", jawab Tio mengelak dan Hani tahu bahwa sahabatnya itu berbohong.

Hani kembali teringat kejadian kemarin malam di pesta ulang tahun Ratna. Sungguh peristiwa yang menyakitkan bagi Tio, yang dapat juga dia rasakan.

Sebenarnya Hani sangat mengkhawatirkan Tio menjadi terguncang karena masalah ini. Karena sepengetahuannya Ratna adalah cinta pertama Tio. Pasti hal ini sangat menyakitkan bagi Tio.

Melihat Tio bersikap lebih pendiam dari biasanya, maka Hani memutuskan untuk diam saja dan membiarkan waktu dapat membuat Tio dapat melupakan segalanya.

Sore harinya, Tio datang ke rumah Hani. Ibu Hani menyambutnya.

" Nak Tio, sudah lama tidak berkunjung. Bagaimana kabar Kakek dan Nenekmu, sehat? "

" Alhamdulillah, mereka sehat, Tante"

"Syukurlah kalau begitu. Sebentar Tante panggil Hani ya", Ibu Hani kemudian meninggalkan Tio.

Tak lama kemudian Hani datang sambil membawa segelah teh manis.

" Silakan diminum", Hani menyimpan teh itu di hadapan Tio.

" Terimankasih, Han. ", Tio mengambil teh itu dan meminumnya.

" Begini Han, maksud kedatanganku adalah untuk memberikan ini", Tio mengambil tas yang berisi boneka beruang dan buku Diary.

Hani menerimanya dan memeriksa isinya.

" Ini kan, kado untuk Ratna, kenapa ada pada kamu? ",

" Ratna mengembalikannya", jawab Tio lesu.

Hani sangat terkejut. Ratna ternyata telah melakukan halbsetega itu. Apa salahnya kalau tidak suka dibuang atau diberikan kepada orang lain, bukan malah dikembalikan.

" Baiklah aku terima buku Diary ini. ", ujar Hani sambil mengambil buku Diarynya.

" Bonekanya juga.. Baealah.. Akutak mau melihatnya", ujarTio sambil menyerahkan boneka beruang itu ke tangan Hani.

" Ukurannya pas untuk dipeluk kan? ", tambahnya sambil tersenyum.

Hani menerima boneka itu dengan perasaan tak menentu. Sedih, senang terharu juga kecewa berduk menjadi sati.

Jika menerima boneka ini membuat Tio lega, Hani akan melakukannya dan menyimpannya sebagai pemberian dari Tio untuknya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

07 Apr
Balas

Terima kasih Pak. Salam Literasi

08 Apr



search

New Post