#TantanganGurusiana

Hari ke-100

ADA CINTA DI MATANYA ( Bagian ke-13)

Lima hari sudah Tio dirawat di klinik itu. Hari ini dia sudah diperbolehkan pulang. Satrio membawa mobil untuk menjemput sahabatnya itu. Sambil sebelumnya menjemput Nenek , Kakek Tio dan Hani.

" Terima kasih, Satrio maaf merepotkan", ujar Tio yang sedang duduk di tempat tidurnya.

" Nggak apa- apa. Dari pada nanti kamu naik kendaraan umum", jawab Satrio sambil tersenyum. Senang rasanya dapat membantu sahabatnya itu.

" Selamat siang", Dokter Hari bersama seorang perawat menghampiri Tio.

Dokter Hari melakukan pemeriksaan medis. Tampak dia tersenyum.

" Bagus, kondisinya sudah bagus. Tuan Tio bisa pilang sekarang. Selamat ya", Dokter Hari menyalami Tio dan juga Kakaek Nenek dan Satrio.

Setelah perawat membuka jarum infus, perawat itu pun. berpamitan dan meninggalkan Tio.

Sementara Kakek dan Satrio menuju ke kasir, Hani membantu Nenek membereskan pakaian Tio.

Setelah menyelesaikan administrasi, mereka pun meninggalkan Klinik tersebut.

" Nak Satrio, terimakasih banyak, sudah menjemput Tio dan mengantarkan pulang", ujar Kakek Tio

" Nak silakan diminum tehnya", Nenek Tio menyuguhkan segelas teh manis.

" Terim kasih Nek. Sudah sewajarnya saya membantu sahabat saya. Tio juga sering membantu saya.", ujar Satrio sambil menyeruput minuman yang Nenek siapkan

Seteah beberapa lama, Satriopun berpamitan demikian juga dengan Hani.

" Terima kasih sekali lagi Nak Satrio, Hani. Padahal nanti saja pulangnya", ujar Nenek

" Sudah sore Nek, Nenek dan Kakek juga harus beristirahat", ujar Satrio

" Iya Nenek, Nenek dan Kakek beristirahatlah. Kebetulan Tio sedang tidur", tambah Hani

Hani dan Satrio pun meninggalkam rumah Nenek dan Kakek Tio.

Dua hari kemudian, Tio menjemput Hani, karena hari ini mereka masuk kuliah di jam yang sama.

Hani berpamitan kepada Ibunya, saat melihat Tio datang.

" Nak Tio, masuk dulu", ujar Ibu Hani.

" Terima kasih, Bibi. Lain kali, sudah hampir kesiangan", Tio tersenyum Ibu Hani pun balas tersenyum.

Tio memang memiliki wajah yang tampan dan senyum yang manis. Siapapun akan tertarik untuk membalas senyumnya, melihat senyum pemuda itu.

Tio mudah bergaul, selain itu semua orang yang mengenal Tio, akan menyayangi pemuda itu karena sifatnya yang ramah dan suka menolong. Mungkin Tio memang dilahirkan untuk dicintai semua orang.

Ibu Hqni tersenyum melihat Hani berangkat bersama To. Entah mengapa dia merasa tenang jika laki- laki yang dekat dengan anak gadisnya adalah laki- laki seperti Tio. Lagi pula Tio adalah anak dari sahabat kecilnya, tentu akan menyenangkan jika sahabatnya itu menjadi besan.

Ibu Hani tersenyum kecil mengingat hal itu. Semua tergantung kepada kedua anak itu. Mereka juga adalah sahabat sejak kecil, mungkin perasaan itu tak bisa dipaksakan, tetapi jika memang berjodoh, itu lebih baik.

Yang penting, suami Hani kelak adalah laki- laki yang mencintai dan melindungi Hani, jika disuruh memilih, Tio adalah pilihan pertama. Namun jika bukan, semoga kriterianya seperri yang diharapkan.

Ibu Hani menarik nafas panjang. Di dalam hatinya, dia merasa berfikir terlalu jauh. Tio dan Hani adalah sahabat sejak kecil. Jika mereka berjodoh akan lebih baik, tetapi bila tidak, IbuHani berharap persahabatan Hani dan Tio, sepertipersahabatannya dengan Ibu Tio, bersahabat sepanjang masa.