Lusy Novarianti

Lusy Novarianti, lahir di Bandung, 23 November 1969. Selepas SMA melanjutkan kuliah di IKIP Bandung jurusan Pendidikan Fisika, program Diploma 3. Pada tahun 199...

Selengkapnya
Navigasi Web

ADA CINTA DI MATANYA (Bagian ke-18)

#TantanganGurusiana

Hari ke-105

ADA CINTA DI MATANYA (Bagian ke-18)

Pagi itu, Hani bersiap- siap untuk pergi kuliah. Dilihatnya Tio menunggunya di halaman. Hari itu mereka kuliah di jam yang sama., seperti biasanya mereka pergi bersama.

Hani menghampiri sahabatnya itu.

" Yuk.. Akusudah siap", ujarnya

Tanpa berkata apa-apa, Tio menyalakan motornya. Hani duduk menyamping di belakangnya. Mereka pun pergi ke kampus. Sepanjang jalan, Tio diam saja, membuat Hani merasa kebingungan untuk memulai perbincangan.

Tiba di kampus, Tio pun tetap diam membuat Hani semakin tidak nyaman. Mereka berjalan beriringan, tiba di fakultas tempat Hani kuliah, mereka berpisah. Tio melanjutkan ke fakutas tekhnik tempat kuliahnya.

Hani berjalan memasuki kelasnya, tiba- tiba dipanggil Vina. Vina berlari mendrkatinya.

" Han, tadi kamu bareng sama Tio ya? ", tanya Vina setengah berbisik

Hani mengangguk, tersenyum.

" Tadi dia tidak bicara apa- apa? ", tanya Vina kemudian

" Kami tidak bicara apa-apa. Sepertinya dia tidak ingin bicara apapun", Hani berbicara perlahan, takut menyinggung perasaan Vina.

" Duh, aku makin tidak nyaman. Tio memang bukan type orang yang mengumbar permasalahan, tetapi dia tidak bicara apapun kepadamu, sahabatnya. Aku jadi tidak enak", tampak Vina tertegun, matanya sedikit berkaca- kaca.

Hani diam. Tampaknya Vina sudah mulai memahami Tio. Memang benar, Tio bukan type orang yang mengumbar masalah, tapi tidak kepadanya, suatu saat Tio pasti berbicara kepadanya. Kini Tio memang benar- benar berbeda, rasanya Hani tak dapat dengan mudah memahami sahabatnya itu.

" Iya, benar katamu, Tio biasnya terbuka kepadaku, hampir tak ada rahasia di antara kami. Mungkin karena kami tumbuh bersama. Tapi mungkin dia perlu waktu. Jangan khawatir, Tio pasti baik- baik saja" , Hani menggenggam tangan Vina, meyakinkannya.

Vina mengangguk walaupun wajahnya masih terlihat sendu.

Keesokan harinya, pada sore hari, saat Hani menyapu halaman, tampak Kakek Tio lewat memboncengkan dokter Puskesmas yang kebetulan rumahnya berada beberapa petak dari rumah Hani. Hani sempat menganggukkan kepala saat mereka lewat.

" Kakek Tio menjemput dokter Dani. Siapa yang sakit ya, Bu? ", Hani menyimpanbsapu di belakang rumahnya.

" O ya, apakah Nenek sakit?, kenapa bukan Tio yang menjemput dokter Dani. Atau Tio yang sakit. Akhir- akhir ini dia lebih pendiam, kamu athu kenapa? ", Ibu Hani malah balik bertanya.

Hani menggelengkan kepalanya. Tadi waktu pulang kuliah dia tampak biasa saja.

" Nanti setelah mandi kita ke rumah Nenek Tio, melihat keadaan mereka",

Hani mengangguk, kemudian dia bersiap untuk mandi sore.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi!

16 Apr
Balas



search

New Post