MA PP Nurul Falah Borongganjeng

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Menikmati Duka dan Ibadah di Rumah

Menikmati Duka dan Ibadah di Rumah

Duka tak dapat terselimuti, raungan jiwa kesedihan mendarat pada semua golongan. Sebuah realita yang tidak pernah sekalipun muncul di sanubari akan terjadi, namun inilah yang terpampang sekarang. Wabah mematikan muncul menjadi mimpi buruk yang tak pandang bulu penyerangan. Orang berpangkat, orang miskin, bahkan orang yang terlihat begitu beriman sekalipun dapat dihinggapinya jika salah mengambil tindakan. Sebuah sayatan yang begitu mendalam bagi seluruh penganut islam di dunia, bahwasanya pandemi ini tidak suruh ketika bulan kemuliaan kembali menyapa. Benar-benar keluar dari ekspektasi tahun lalu.

Tarawih pertama yang biasanya menjadi puncak jumlah jamaah, kini tak lagi demikian. Riuh yang biasanya mendarati telinga, kini berganti menjadi hening malam yang menyedihkan. Untuk pertama kalinya, hati digerogoti kesakitan yang nyata tatkala memandang Masjid. Rumah Allah itu kali ini tidak lagi menjadi saksi bagaimana orang-orang menyikapi Ramadhan, bagaimana rindu tidak menjadi tamu? Sementara tahun lalu kebahagiaan-kebahagiaan masih bersemayam pada tiap-tiap jiwa penyambut Ramadhan. Kemudian muncullah penyesalan bagi sebagian orang, mengapa tahun lalu pernah menjadikan Tarawih sebagai alasan Isya tidak terlaksana di masjid? Tidak dapat berdiri lamalah, merasa ngantuk, lelah, dan berbagai alasan yang lainnya agar tidak melaksanakan Tarawih. Sekarang? Kenapa? Rindukan Tarawih di Masjid? Nah penyesalan memang selalu memposisikan diri di belakang. Tapi tak apa, untuk berbenah masih ada rumah masing-masing yang siap menjadi saksi dan sekarang memang menjadi tempat teraman.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy r.a, Rasulullah SAW bersabda,

الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ

“Bumi ini semuanya merupakan masjid (tempat sujud untuk sholat) kecuali kuburan dan kamar mandi.”

Lalu mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan pahalanya? Apakah beribadah di rumah sama besar pahalanya ketika beribadah di Masjid?

Nah pada situasi kegetiran seperti saat sekarang ini, justru ketika beribadah di rumah akan menghasilkan pahala yang lebih besar di mata Allah Swt. Seperti penjelasan KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi, beliau menjelaskan bahwa amal ibadah seseorang di mata Allah Swt bergantung pada bagaimana tingkat kesulitannya. Semakin berat ibadah dilakukan karena sebuah ujian, maka semakin besar pula pahala yang akan didapatkan. Sangat sesuai dengan hadis dari Siti Aisyah yang berbunyi :

"Walakinnaha 'ala Qodri Nashobiki,"

Artinya: pahala amal itu tergantung tingkat kesulitannya.

(HR. Imam Muslim)

Selain itu, dalam kaidah ilmu fikih berbunyi :

دَرْءُ الْمَفَاسِدِ أَوْلَى مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ

“Menghilangkan kemudharatan itu lebih didahulukan daripada Mengambil sebuah kemaslahatan.”

Sholat berjamaah itu memiliki potensi besar dalam penyebaran wabah, jadi akan lebih baik jika dicegah dengan cara beribadah di rumah. Nah, jadi jangan menumbuhkan kekhawatiran atau malah terperosok dalam lubang kesedihan hanya karena takut tak memperoleh pahala, ingat! Setiap kebaikan yang terlaksana di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan oleh Allah Swt. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”

(HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

Darinya itu, mari bersama-sama berupaya mensucikan diri dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Semoga sehat selalu berkawan baik dengan raga masing-masing agar dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk kepada-Nya. Mari merenungi segala langkah yang pernah merujuk pada kebatilan dan menggantinya pada langkah yang lebih baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post