Hari Panjang Pak Nu (3)
"Sudah jam segini, kok belum pulang, Pak? Aku tak duluan ya, sama Queen sudah berangkat, jam dua sudah dimulai acaranya, Astha mau sama Bapak" begitu bunyi pesan istrinya terbaca di notifikasi. Tepat ketika unggahan dan sharing tulisan telah selesai.
Tanpa membalas pesannya, dilipatnya gadget pinjaman yang jadi andalannya dan dimasukkan ke dalam tas dengan mantap. Mantap bahwa dengan niat ingsun menjalankan kewajiban memenuhi harapan keluarga, insya Allah duapertiga perjalanan pulang sisanya akan dapat ditempuhnya dengan lebih cepat dan selamat.
Bismillahirohmanirrohim.... brumm...
Momok yang tadi dihindarinya sudah tak nampak lagi, markasnya yang tak jauh dari lokasi penjaringan sumber penyakit telinga dan hati di jalan raya, tampak tak seperti biasanya, agak lebih penuh kendaraan dan beberapa orang yang sedang menunggu.
Tikungan dan tanjakan maut yang cukup terkenal di Temanggung, yakni tanjakan Rujak Asem, terlewati dengan selamat, selanjutnya kombinasi tikungan dan tanjakan kecil berselang seling yang sangat disukai Pak Nu membentang sepanjang kurang lebih limabelas kilometer.
"Alhamdulillah, baru Adzan Ashar" batin Pak Nu saat memasuki Ngadirejo, ibu kota kecamatan yang jaraknya dua kilometer dari rumah. Berarti pengajian belum dimulai, biasanya bakda Ashar pelaksanaan acara intinya, pikir Pak Nu yakin.
"Assalamu'alaikum... " seru Pak Nu di depan pintu sambil melepas sepatu dan terus berjalan masuk rumah. "Astha, yuk pengajian sama mbak Uin" serunya ketika dilihatnya si kecil tertidur dengan baju kok lengkap dengan pecinya. Yang diseru seketika bangkit dengan wajah penuh kelegaan.
Sambil berjalan menuju lokasi, batin Pak Nu semakin yakin bahwa banyak hikmah dari perjalanan hari itu yang awalnya seperti terhambat, tetapi ternyata tidak. Saat memasuki tarub atau tratak di depan panggung, yang tertangkap di matanya sosok yang sejak pagi menghiasi pelupuk mata sedang duduk berdua menghadap ke arah Jama'ah, di depannya tampak ada Kitab di atas meja yang sedang dibacanya.
Suaranya yang sejak pagi terngiang kini lebih keras lagi memasuki telinganya, meski sudah agak berkurang fungsinya, tetapi masih nisa mengenali warna suara itu, suara yang tentu saja tak asing lagi. Alhamdulillah....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen ulasannya mas gagah. Tak lupa mengucapkan Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Karena sebentar lagi akan memasuki bulan Suci Ramadhan.. Semoga puasa Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terindah dan terbaik dari tahun aebelumnya. Aamiin. Sukses selalu
Alhmdulillah, sama-sama Mas Bagus Burhan, mohon maaf juga atas segala khilaf, selamat menyambut Ramadhan, semoga makin banyak berkah yang diraih. Sukses juga selalu
Kalau semua dijalani dengan ikhlas, jadi terasa nikmat ya pak.
Begitulah, Bu. Komentar dan baca artikel di sini juga begitu, kalau banyak bersilaturahmi dengan ikhlas, ramai juga yang membalas dan mendoakan kita. Terima kasih hadirmya Bu Maryati, semoga sehat selalu.
Waduhh...seneng tikungan, dik? Hati2 lho ya.. he he
Begitulah mbakyu, salah satu hobby yang mengasyikkan saat pergi dan pulang kerja.
Alhamdulillah lancar dan sampai dengan selamat.
Aamiin, terima kasih Pak Rochadi. Semoga sehat selalu
Memang mantap tanjakan dan tikungan temanggung sampai degdegan waktu lewat, malam hari pula. Semoga sehat selalu Pak Nu.
Aamiin...Alhamdulillah, terima kasih untuk doa dan hadirnyam Bu Nanik. Tanjakan dan tikungan itu sudah jadi bagian kehidupanku, jadi asyik saja sekarang melewatinya.
Aamiin...Alhamdulillah, terima kasih untuk doa dan hadirnyam Bu Nanik. Tanjakan dan tikungan itu sudah jadi bagian kehidupanku, jadi asyik saja sekarang melewatinya.