Pilpres Tanpa Wapres, Mungkinkah?
Viral berita pemilu dalam dua hari ini memang tak seramai viral hal-hal lain yang bersifat hiburan atau peristiwa aneh. lutju, dan istimewa. Di media mainstream bahkan tidak ada berita yang membahas terjadinya demonstrasi besar di Jakarta terkait hasil pemilu, khususnya pilpres.
Demonstrasi besar yang banyak didukung oleh tokoh-tokoh nasional sekarang ini gaungnya baru terasa di media berita online dan media sosial seperti twitter (X) dan youtube, sementara masyarakat umum yang awam tentang politik dan yang apatis nyaris tidak mengetahui bahwa ada kejadian penting di pusat.
Demonstrasi kali ini intinya menyuarakan tentang pelaksanaan pemilu yang menurut para pemerhati politik, akademisi, masyarakat umum yang peduli kondisi bangsa, disebut sebagai pemilu yang paling brutal sepanjang sejarah.
Disebut paling brutal karena dalam pelaksanaannya sejak dari tahap awal hingga proses penghitungan dan penetapan hasilnya mengindikasikan adanya praktik-praktik yang tidak sehat dan kurang demokratis. Indikasi yang tampak begitu menonjol dan sudah mendapat reaksi dari banyak elemen masyarakat hanya ditanggapi dengan ara yang terkesan sekedarnya.
Keterlibatan unsur-unsur pemerintahan di berbagai lapisan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah dan aparaturnya begitu menonjol, kasat mata, dan sangat bertentangan dengan azas pemilu yang luber dan jurdil, tidak mendapat penanganan sebagaimana seharusnya. Indikasi yang disebut sebagai keurangan tersebut bahkan sudah menyentuh unsur lembaga tinggi negara, yang mana seara struktural tampak dipengaruhi oleh kekuasaan untuk mendukung dan mempengaruhi hasil akhir salah satu paslon.
Paslon yang seara tersirat didukung penguasa dengan berbagai tjara tersebut makin kasat mata terlihat ketika diketahui adanya hubungan keluarga dengan penguasa. Dari situlah kemudian masyarakat luas mengasumsikan keterlibatan penguasa dan penyelenggara pemilu dalam pemilu kali ini begitu vulgar.
Para Akademisi bahkan sudah mengeluarkan pernyataan dan rekomendasi serta petisi untuk perbaikan kondisi bangsa, namun penyelenggara pemilu dan pemerintah seolah tidak mempedulikannya.
Dari kondisi tersebut, demonstrasi kali ini tegas menyuarakan agar dilakukan pilpres ulang tanpa mengikut sertakan calon wapres yang secara nyata merupakan anak dari presiden. Selain itu mereka juga menuntut presiden untuk mundur atau dimakzulkan karena telah melanggar etika berdemokrasi dengan upayanya mewujudkan politik dinasti demi melanggengkan kekuasaannya.
Banyak analisis yang berkembang terhadap situasi terkini yang begitu menarik lika-likunya. Banyak kemungkinan-kemungkinan yang terus berkembang tak tentu arah, namun ada satu benang merah dari semuanya, yaitu penentangan terhadap politik dinasti.
Semoga Indonesia baik-baik saja
Konoha dan Wakanda No more
No Absence and Respet
Indonesa Forever
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aamiin aamiin aamiin yaa Robbal'alamiinTerima kasih Ustadzah. Memprihatinkan kondisi perpolitikan kita
Mantap ulasannya Ustadz, Yaa Allah, ampunilah dosa kami, dosa orang tua kami, dosa para pemimpin kami. semoga Indonesia menjadi negara yang aman, damai, sejahtera. Baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur.
Aamiin aamiin aamiin yaa Robbal'alamiinTerima kasih Ustadzah. Memprihatinkan kondisi perpolitikan kita
Mantap
Beribu-ribu Terima kasih Pak Samah, setia membaca tulisan receh saya.
Lanjutkan