MA'ARIF SETYO NUGROHO

Nama kecilnya Nu atau Enu, dilahirkan dan dibesarkan di tempat yang berbeda. Sumpiuh di kabupaten Banyumas dan Bobotsari di Kabupaten Purbalingga dari leluhur y...

Selengkapnya
Navigasi Web
PMM dan SGPC di Table Manner, Apa Bedanya?
Sumber gambar : Googlesearch

PMM dan SGPC di Table Manner, Apa Bedanya?

Anda alumni Jogja? Atau mngkin sudah pernah blusukan di kawasan kos-kosan di seputaran Kampus? Pasti Anda paham apa itu SGPC, nggak hanya tahu.

Atau kalau Anda bukan alumni dan belum paham ataupun belum tahu SGPC, mungkin Anda tahu yang viral beberapa waktu yang lalu, tentang cuitan Si mbak yang ikonik dengan wong cilik sedang maem sego pecel sama balonpres 2024. SCnya sungguh ramai dan jadi meme.

Kalau PMM sudah pasti, tidak perlu saya tanyakan lagi, dan tentunya juga tak perlu saya jelaskan, nanti malah jadi menggarami lautan. Wong saya sendiri malah belum paham sama sekali dengan PMM itu. Oleh karena itulah saya beropini.

Oya, sebelum saya lanjutkan lebih jauh, saya ingin menyampaikan permohonan maaf saya dulu, karena mungkin nanti ada yang tersentuh oleh opini saya ini. Mohon jangan diambil hati, karena sungguh saya tidak bermaksud menyakiti, saya hanya ingin mengekuarkan uneg-uneg saya. Bisa dipahami, ya? Ok, semoga kita sepakat, meskipun nanti mungkin anda tidak sependapat.

Sebenarnya ini hanya soal metode mengajar, bukan soal pendidikan, apa lagi kalau pengertiannya mengambil konsep pendidikan menurut empu pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sama sekali jauh panggang dari api.

Konsep pendidikan menurut beliau tak hanya soal mengajar, tetapi juga soal mendidik. Di dalamnya ada tuntunan, ada pengajaran, ada juga konsep penguatan, kodrat, kepribadian, dan sebagainya dan seterusnya, yang ternyata kalau saya ikuti paparannya melalui video malah mumet, karena saya lebih mudah paham dengan membaca.

Nah, di situlah saya merasa dibagongkan, kalau pinjam istilah prokem kekinian. Bagaimana tidak bagong kalau di awal-awal penerapan kurikulum baru era K13 sering sekali saya merasa diledek dengan jargon, "Hari gini masih ngajar dengan model ceramah?"

Itulah euforia mereka yang saat itu begitu fasih bermain dengan perangkat digital, meski mungkin hanya baru menguasai aplikasi office-nya, tetapi seolah sudah mantap bahwa dengan media itu akan membuat para siswa jadi pinter dan sukses, alias pendidikan Indonesia semakin maju, meroket.

Dan, di masa kini terbukti sudah bagaimana kemajuan pendidikan kita, sampai-sampai pernah terlontar ujaran Si mbak bendahara negeri soal biaya yang sudah keluar, khususnya buat para guru yang sangat besar, namun....ah, sudahlah...

Ada apa dengan metode ceramah, adakah yang salah?

Sebagian besar guru masa kini agak minder kalau di dalam RPPnya masih menuliskan metode ceramah, benar? Semoga saja tidak. Karena kalau guru kok minder, bagaimana mau menuntut muridnya maju?

Hasil doktrinasi bahwa metode pembelajaran ala barat dengan segala variasinya, yang kalau kemudian kita terapkan akan menghasilkan siswa yang qualified sudah merasuki alam bawah sadar kita. Sudah berhasil mengubah mindset kita, eh, saya terhadap metode ceramah. Jadilah asumsi bahwa Ceramah adalah metode tradisional alias kuno.

Kebetulan siang sampai sore tadi saya ikuti SE soal PMM, setelah beberapa jam melihat video, ternyata hasil post test saya nggak sampai 50%, hebat kan? Itulah, salah satu poin saya atas konsep baru ini. Di dalamnya diuraikan begitu masif soal konsep pendidikan menurut KHD, aneka metode pengajaran, dan model pembelajaran ala barat, yang kesemuanya berpusat pada murid.

Tapi, untuk memahamkan saya (tidak saya gunakan "kami" atau "kita"), mereka menggunakan metode kuno, saya dicocok hidungnya untuk menonton video ceramah yang tidak saya suka dan "dipaksa" paham materi yang disampaikan.

Maaf, segini saja, takutnya malah jadi nggak terkendali dan nggak karuan jadinya, hehe... Tapi Anda paham maksud saya, kan? Alhamdulillah, kalau begitu. Salam sehat dan sukses selalu.

Klimbungan, 202212012340

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Paham, Bapak. Pemikiran yang hampir sama. Hehe... Salam sukses.

02 Dec
Balas

Naahh.... terima kasih, Bu Cicik, metodenya bertele-tele ya Bu ??? Hehe...

03 Dec

Keren..Yang berteori belum tentu bisa mempraktekkan. Semoga sukses selalu Pak.

02 Dec
Balas

Konseptornya gagal mentransfer? A..mbuhh Buu...hehe

02 Dec



search

New Post