Madya putri utami

Madya Putri Utami atau biasa dipanggil Kak Tami. Saat ini sebagai guru TK, pendongeng dan suka menulis cerita anak. Kecintaanku terhadap dunia anak membuatku un...

Selengkapnya
Navigasi Web
KOTAK KOSONG

KOTAK KOSONG

KOTAK KOSONG

Oleh : Madya Putri Utami

“Teng.... teng.... teng... teng...” bel tanda masuk berbunyi, anak-anak segera berbaris di depan kelas. Hari ini sepuluh hari sudah murid-murid masuk ke sekolah, mereka sepertinya sudah mulai akrab dengan lingkungan sekolah, bapak dan ibu guru serta teman barunya.

“Siap gerak!... Siap!..”Suara ku memberikan komando kepada murid-murid melalui pengeras suara. Murid-murid berbaris rapi dan bersiap untuk melakukan gerak dan lagu. Tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna silver datang dan berhenti tepat di depan Masjid Ali Wal Asri.

“Ah, pasti tamu untuk bapak kepala sekolah!” pikirku. Tak lama kemudian, turunlah seorang pemuda berbaju putih menyeberang sambil membawa anak perempuan. Kami pun terkejut ketika ada anak perempuan datang sambil berlari dan berteriak sambil membawa tas ransel berwarna pink. Ternyata anak perempuan ceria itu adalah Dora panggilan akrab dari Dorami.

“Ha,, huh,, ha ,,huh.. Selamat pagi semua! Maaf ya aku terlambat, aku dianter om ku. bu guru dan pak guru maaf ya!” Dora sambil tersenyum dan meminta maaf kepada semuanya.

Aku pun tersenyum lucu dan bahagia, karena muridku sangatlah sopan ketika ia datang terlambat. Baru kali ini aku mendengar ada murid yang sesopan itu, meskipun masih berusia 4 tahun. Karena sudah terlambat, akhirnya tas ransel yang dibawa Dora diambil oleh bunda Ning. Dora langsung masuk ke dalam barisan, ia sangat bersemangat namun sekali-sekali tingkah lucu dan menggemaskan muncul manakala ia bermain dengan temannya ketika berbaris. Tepat pukul 08. 10 WIB, anak-anak selesai melakukan gerak dan lagu. Setelah itu mereka mengambil wudu untuk melaksanakan salat duha berjamaah.

“Bu guru, aku tidak mau pakai mukena, aku maunya pakai seperti itu sajalah!” Kata Dora dengan logat bahasa Jawanya yang lucu sambil menunjuk kearah anak laki-laki yang memakai sarung dan peci.

“Loh, kamukan perempuan, kalau mau shalat pakai mukena bukan pakai peci, Dora!” Jawabku.

Akupun memberi pengertian kepadanya tentang perbedaan pakaian laki-laki dan perempuan ketika sedang salat. Sepertinya Dora mulai memahami perbedaan pakaian laki-laki dan perempuan ketika shalat. Murid-murid dengan khusyuk dan tertib melaksanakan salat duha, begitu juga dengan Dora. Setelah selesai salat duha, Dora lebih dulu untuk bersalaman kepada teman-temannya dengan hati riang gembira.

Salat duha pun selesai, saatnya murid-murid kembali ke kelas masing-masing untuk belajar. Hari ini pembagian kelas, masing-masing anak dikelompokkan berdasarkan usia. Kelompok A usia 4-5 tahun dan kelompok B 5-6 tahun. Mereka kaget karena awalnya mereka bersama tetapi mulai hari ini anak-anak berpisah.

“Murid-murid hari ini kita belajar masih di tema diri sendiri dan sub tema mainan kesukaanku. Sekarang kita mulai bercerita ya, tentang mainan kesukaan kalian!” Kataku kepada murid-murid kelompok A.

Murid-murid terdiam, namun diamnya mereka hanya beberapa menit saja selebihnya berlarian dan berceloteh. Itulah yang membuatku betah dan bersemangat sebagai guru TK.

“Dora dan Dinda kita belajar dulu ya nak, bermainnya berhenti dulu ya!” Pintaku kepada mereka.

“Oh..maaf ibu guru. Ibu guru marah ya sama Dora? Dora salah, minta maaf ya bu guru?” Pinta Dora kepadaku karena Dora tahu dia bersalah. Sejak saat itu, Dora belajar dengan tertib dan mengerjakan tugas sampai selesai.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 09.35 WIB saatnya murid-murid istirahat bermain. Ada yang bermain bola, jungkat-jungkit, bermain putaran, membaca buku, serta ada murid yang bermain jual beli. Betapa bahagianya aku melihat mereka dapat bermain ceria dan damai. Tepat pukul 10.00 WIB bunyi bel kembali berbunyi, anak-anak berlarian untuk segera mencuci tangannya.

“Asyik,, kita cuci tangan dan makan .. “ kata Rara.

Koko sebagai ketua kelas memimpin bernyanyi dan doa sebelum makan. Ketika teman-teman semua berdoa, seorang anak perempuan berambut sebahu menghampiriku sambil membawa kotak bekalnya.

“Bu guru, kotak bekal ku kosong. Aku tidak bisa makan bu guru.. Bagaimana ini?” Kata Dora dengan cemas menghampiri aku.

“Wah, mengapa bisa kosong Dora? Coba periksa tas mu siapa tahu ada yang lain?” Tanyaku kepadanya untuk menenangkan hatinya yang cemas.

Lalu ia periksa tasnya ternyata memang tidak ada dan kotak bekalnya kosong. Masih dengan logat Jawanya ia kembali menemuiku.

“Bu guru, ayah lupa sepertinya membeli ayam crispy. Tadi aku kan diantar sama om, Aku lapar bu guru.. aku ingin makan ayam seperti Key! Pinta Dora.

“Dora, jika kamu lapar ini ada rotiku. Ambillah untukmu Dora!” Keken pun menawarkan diri untuk memberi rotinya kepada Dora.

“Terima kasih, tapi aku mau ayam teman. Ayahku lupa membelikan bekal ku. Aku mau ayam seperti itu!” sambil menunjuk ke arah Key.

Keken yang baik hati tetap ingin menawarkan rotinya untuk Dora, tetapi Dora tetap tidak mau. Akhirnya Keken membujuk Key untuk memberikan sedikit ayamnya kepada Dora. Karena Key lapar ia berbagi kulit ayam crispy kepada Dora. Dora sangat senang sekali, lalu dengan lahapnya ia makan sampai habis.

“Aku masih lapar,,! Bu guru maaf aku ingin melepon ibuku, boleh tidak? Aku lapar sekali.” Pinta Nana kepadaku.

“Boleh, tunggu ya nak bunda telepon ibu mu dulu.” Kataku

Ku ambil handphone ku dan mencari nomor telepon ibunya Dora. “ngung.... ngung...” tanda panggilan berbunyi.

“Ibu guru,, boleh tidak ibu guru menelepon ibuku lewat whatsapp video call ? Biar ibuku tahu kalau aku lapar karena kotak bekalku yang kosong ini!” Pinta Dora kembali.

Tak lama kemudian tersambung, Dora dan ibunya segera melakukan percakapan.

“Ibu, kok kotak bekal ku kosong! Ayah pasti lupa beli ayam crispy bu! Aku lapar ibu, perutku keroncongan! Kata Dora kepada ibunya.

“Dora, maaf ya ayah lupa membelikan Dora ayam. Soalnya tadi pagi Dora sudah sarapan roti dan susu. Kenapa masih lapar lagi nak? Iya sudah nanti ibu jam 11 ke sekolah ya. Ibu mau goreng ayam dulu. Bye bye sampai nanti ya.” Kata ibu Dora menenangkan hati Dora.

Tiba-tiba air mata jatuh di pipi Dora. Dora menangis karena kelaparan sedangkan teman-temannya asyik makan. Aku langsung saja memberikan tawaran buah apel kepadanya namun ia tidak mau.

“Hik.. hik.. ibu guru aku lapar sekali ibu guru. Ibuku lama datang kesini, bagaimana ya bu guru? Tanya Dora sambil menangis sedih.

Dora langsung memelukku sambil menangis bahwa ia mau makan ayam crispy. Karena iba, akhirnya aku memutuskan untuk membelikannya ayam crispy di depan gang sekolah.

“Dora, maunya apa sekarang?” kataku.

“Aku mau makan ayam crispy bu guru. Aku lapar sekali. Tadi pagi memang aku sudah sarapan tapi sekarang lapar lagi bu guru.” Kata Dora sambil mengelap air matanya.

“Ya sudah, bunda sekarang mau pergi ke depan dulu mau membeli ayam crispy untuk mu. Tetapi bunda lama karena bunda jalan kaki sebab bunda tidak ada kendaraan.” Jelasku kepadanya.

“Maaf ya bu guru, Dora merepotkan ibu guru. Dora ikut ya bu guru, boleh tidak? “ pintanya.

“Tapi jauh kita berjalan Dora, apa mau ikut? “ kataku

“Dora sudah terbiasa jalan kaki bu guru, kalau pulang Dora kan jalan kaki sama ibu.” Jelas Dora kepada ku.

Akhirnya kami berdua jalan kaki dari sekolah menuju salah satu rumah makan yang menjual ayam crispy. Sampailah kami di tempat penjualan ayam crispy.

“Hore... alhamdulillah Dora akhirnya bisa makan ayam crispy bu guru.” Kata Dora bahagia sambil memelukku.

“Iya, bunda pesan dulu ya ayamnya.” Kataku.

“Tapi dimasukkan ke dalam kotak kosong ini ya bu guru. Pakai nasi ya bu guru.” Pintanya sambil senyum-senyum kegirangan.

“Bu guru, terima kasih ya. Maaf aku merepotkan ibu guru. Nanti ibuku datang ke sekolah buat mengganti uang ibu guru.” Jelasnya kepadaku.

Aku pun hanya tersenyum saja melihat tingkah lucu dan polosnya. Kami pun pulang ke sekolah, dengan bangganya dia memperlihatkan ayam crispynya kepada teman-teman lalu ia langsung cuci tangan dan makan. Ketika ibunya datang, Dora langsung berpelukan dan mengatakan kepada ibunya bahwa bunda Tami sudah membelikan ayam crispy untuknya.

Begitulah ceritaku tentang kegiatanku sehari-hari sebagai guru TK, mendengarkan celoteh anak yang dapat membuatku bahagia. Cerita ini memberikan pesan bahwa ajarkanlah anak sejak dini untuk berkata “maaf” bila salah, dan “terima kasih” jika diberikan sesuatu atau ditolong orang lain. Kemudian kebahagiaan tidak hanya berupa uang saja tetapi hal seperti menolong dan membuat orang bahagia adalah kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post