Menggibah, menggunjing ataupun menggosip dewasa ini seolah menjadi biasa bahkan seolah orang bangga dengan menjadikan sebagai hobi. Ada yang hanya karena ngobrol ngelor-ngidul akhirnya menggibah atau ada yang sudah biasa kumpul ghibah membicarakan kelemahan ataupun kekurangan orang lain menyampaikan aibnya, menjadi konsumsi sesama teman sehingga membuat hubungan tidak saling nyaman.

Islam memandang ghibah sebagai sebuah dosa dengan mengibaratkan menggibah dengan memakan daging saudaranya sendiri mengapa sampai seperti itu?

Luar biasa perumpaaanya, seseorang yang dighibahkan tentu tidak akan merasa nyaman dalam sebuah lingkungan karena harga dirinya, aibnya dibuka, seolah kesalahannya benar-benar salah dan orang lain akan menyambungkan dengan kesalahan yang lain sehingga kumpulan orang yang menggibah meligitimasi, "Emang dia seperti itu!" meski hal tersebut benar ataupun tidak.

Menggibah selain tidak membuat orang lain yang digibahkan tidak nyaman, ia juga membuat dosa juga membuat perkara yang sia-sia dalam hidupnya, dengan menggibah ia akan senang bisa mengetahui aib seseorang, kemudian mencari tahu aibnya yang lain atau hal kecil yang jadi objek pembicaranya itu kesalahan kecil dibuat diperbesarkan sehingga jadilah ia makhluk yang sibuk mengurusi dosa orang lain, belum lagi meski tidak ia lisankan tapi hatinya penuh prasangka dan overthinking. Menggibah juga membuat orang akan menjadi hasad dan membuat orang lain jadi hasad.

Stop ghibah, sehingga kita bisa menyibukkan diri dengan perkara-perkara baik, mengamalkan yang baik dan melisankan yang baik.