Tantangan pembelajaran anak SMP di era disrupsi
Tantangan Pendidikan di Era Disrupsi Teori disruption pertama kali dikenalkan oleh Christensen. Disruption menggantikan “pasar lama” industri dan teknologi untuk menghasilkan kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh. Ia bersifat destruktif dan creative. Distrupsi tampil sangat masif dan diluar kebiasaan tidak hanya menyasar sekor industri kecil tapi perusahaan besar pun tak luput dari ancaman era ini. Keterbukaan dan kecanggihan menjadi kata kunci bagi para pemimpin untuk terus mentransformasi dan meningkatkan kualitas produksi agar tetap mampu bersaing dimasa yang akan datang. Fenomena baru yang disebut disrupsi, yang merupakan bagian dari globalisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disrupsi didefinisikan hal tercabut dari akarnya. Selaras dengan pengertian di atas Dr. Imam Machali, ketika menjadi narasumber Stadium General yang digelar pada hari Selasa (20/8) di Fakultas Ilmu Tarbiyah IAIN Surakarta menyampaikan bahwa revolusi industri 4.0 adalah istilah trend terkini yang menggambarkan kecanggihan sistem teknologi, komputerisasi, internet, cyber yang digunakan di segala bidang (kecerdasan buatan). Dampak artificial intelligence ini adalah sejumlah pekerjaan hilang tergantikan produk-produk kecerdasan buatan, sejumlah profesi mapan akan hilang, bermunculan keterampilan-keterampilan baru yang dibutuhkan modal penting di abad artificial technology. Tantangan dampak revolusi industri 4.0 yakni hilangnya sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan tahun 2015-2025 digantikan oleh mesin otomatis, dan diperkirakan, 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada di hari ini.Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah sedang terjadi perubahan fundamental atau mendasar, yaitu evolusi teknologi yang menyasar sebuah celah kehidupan manusia. Tidak hanya menyasar pada pasar modal seperti perusahaan pendidikan pun juga terdampak imbas dari “anak haram” ini. Era ini telah memunculkan inovasi teknologi di semua sektor karena dipicu temuan baru di berbagai bidang seperti quantum komputing, teknologi nano, mobil otonom, robotik, bioteknologi, Internet of Things, dan Artificial Intelegence yang sudah menjadi bagian beberapa masyarakat kekinian. Perkembangan yang luar biasa tersebut pastilah membawa dampak. Seperti yang pernah diucapkan oleh Erik Brynjolfsson bahwa Technology has always been destroying jobs, and it has always been creating jobs. Teknologi membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya, namun pada waktu yang bersamaan pula muncul banyak peluang kerja baru di depan mata. Pada era ini dunia akan mengalami percepatan-percepatan dan cenderung sulit dikontrol, semakin transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas. Hubungan komunikasi, informasi, dan transportasi satu sama lain menjadi dekat sebagai akibat dari revolusi dan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam halnya sistem pendidikan kegiatan belajar mengajar tentu akan mengalami perubahan, ruang kelas yang tidak lagi monoton dengan lingkungan yang menjenuhkan, akan lebih efektif, efesien dan penuh inovasi. Guru/dosen/tenaga pendidik tidak lagi berkompetisi antar individu satu dan individu lainnya melainkan dengan robot-robot yang sudah diprogram lebih kuat hafalannya, lebih cepat geraknya dan tentu tidak mengenal lelah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.Rentetan panjang yang menjadi tantangan dalam dunia pendidikan konvensional ialah munculnya MOOCs (Massive Open Online Courses) yang menawarkan beberapa daya tarik tersendiri dengan segala kemudahan yang diberikan. Lembaga kursus online besar tersebut mempunyai empat fitur utama, tidak adanya persyaratan khusus secara resmi, peserta yang mengikuti bebas dari zona, materi disampaikan sepenuhnya secara online dan kursus dirancang untuk ribuan pengguna. Di Indonesia, kemunculan era disrupsi diawali banyaknya starup-starup baru yang terus tumbuh dengan sangat gemuk, seperti Bukalapak, Tokopedia, Gojek, dan masih banyak lainnya yang lahir sebagai marketplace alternatif yang memudahkan konsumen maupun produsen dalam bertransaksi. Titik awal ini kemudian berkambang dan merambah pada sektor pendidikan yang memunculkan era baru dalam proses pembelajarannya. Belajar yang biasanya terfokus pada satu titik ruang dan waktu yang telah diatur, kini dilakukan dengan lebih fleksibel sehingga pada era millenial ini batas wilayah administrasi, sosial budaya semakin tipis. Perkembangan dunia teknologi dan informasi telah membentuk keadaan tersendiri melalui media sosial (medsos). Medsos telah memberikan kebebasan semua individu untuk berbicara dengan menggunakan akun pribadinya. Media sosial menjadi dunia kebebasan tanpa batas, tanpa nilai bahkan norma. Kondisi ini memberikan ruang bagi pelajar untuk mencela keadaan guru jika mereka tidak menyukainya. Tidak jarang siswa menyampaikan ketidakpuasan dan atau ketidaksukaan kepada guru melalui akun medos. Celaan kepada guru menjadi kekhwatiran tersendiri pada lingkungan sekolah. Hal tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk sindirian melalui medsos, telah menjadi sesuatu yang dapat merusak ketentraman suasana pembelajaran di kelas. Pada keadaan tersebut lingkungan sekolah seakan tersandera oleh kebebasan medsos. Selain hal-hal yang mengkhawatirkan berupa celaan dan obrolan yang cenderung negatif, teknologi juga membawa dampak yang positif dengan adanya inovasi yaitu adanya kursus-kursus online yang dapat dimanfaatkan oleh siswa di luar sekolah tanpa tatap muka. Pelayanan terhadap kemudahan belajar dengan sistem online menjadi sebuah fenomena sekaligus tantangan baru dengan munculnya pelaku-pelaku bisnis yang menawarkan kemudahan pembelajaran dengan manusia. Tidak hanya menyasar pada pasar modal seperti perusahaan pendidikan pun juga terdampak imbas dari “anak haram” ini. Era ini telah memunculkan inovasi teknologi di semua sektor karena dipicu temuan baru di berbagai bidang seperti quantum komputing, teknologi nano, mobil otonom, robotik, bioteknologi, Internet of Things, dan Artificial Intelegence yang sudah menjadi bagian beberapa masyarakat kekinian. Perkembangan yang luar biasa tersebut pastilah membawa dampak. Seperti yang pernah diucapkan oleh Erik Brynjolfsson bahwa Technology has always been destroying jobs, and it has always been creating jobs. Teknologi membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya, namun pada waktu yang bersamaan pula muncul banyak peluang kerja baru di depan mata. Pada era ini dunia akan mengalami percepatan-percepatan dan cenderung sulit dikontrol, semakin transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas. Hubungan komunikasi, informasi, dan transportasi satu sama lain menjadi dekat sebagai akibat dari revolusi dan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Referensi:
https://vicon.uin-suka.ac.id/index.php/ACoMT/article/download/1042/597/
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar