Mahfud Aly

Lelaki terkombangkambing tulisan

Selengkapnya
Navigasi Web
FILM OSHIN YANG TAK ASING (1983)
Adegan Oshin dan ibunya (hua!)

FILM OSHIN YANG TAK ASING (1983)

Jika Anda sudah tua, berarti Anda tahu dia? Ea! Saya bercanda, tapi serius.

Oshin adalah drama Jepang yang sangat terkenal di era 80-an. Jika sekarang booming Drakor (Drama Korea), maka dulu ada DraJep (Drama Jepang) hits sekali. So, anak muda jaman now, dengarkan saya. Jika kau sekarang menyebut dirimu penggemar garis keras drama dari Asia Timur, percayalah kau bukan yang pertama. Dulu nenek dan ibumu sama alay-nya denganmu sekarang. Ea!

Jepang 1907. Oshin yang malang. Usianya baru 7, saat ayahnya, Sakuzo Tanimura, menyuruh putri kecilnya jadi pembantu. Ia terpaksa. Miskin membuat ayah tega. Sejak itu hidupnya adalah rentetan kisah sedih. Di usia sangat belia, Oshin harus menerima perlakuan kasar, pukulan, kata-kata merendahkan dari majikan. Ia memilih bertahan, demi keluarganya.

Oshin sadar ia miskin, ia tak punya pilihan. Ia miskin tapi bukan pencuri. Saat ia dituduh mencuri, ia marah. Ia tak bisa terima. Miskin boleh, tapi mencuri tak akan. Ia meradang. Ia bisa tahan dihina. Tapi dituduh mencuri tanpa bukti, ia tak terima. Oshin tak punya banyak pilihan. Ia pilih kabur saja. Ah, nasibnya lepas dari kandang serigala, memasuki hutan rimba.

Musim dingin pada puncaknya. Badai salju menggila. Ia hampir mati membeku. Tubuh ringkihnya tak kuasa melawan rasa dingin dan perut lapar. Ah, ia segera binasa. Beruntung ia diselamatkan tentara. Oshin tinggal bersama mereka beberapa lama. Hingga musim dingin berlalu, salju mencair. Ia bernapas lega.

Film dibuka dengan Oshin kecil. Tipikal gadis miskin, dengan wajah melas. Cantik tapi menyimpan seribu luka. Walaupun miskin, Oshin kecil berpendirian kuat, rajin dan optimistis. Oshin adalah anak petani miskin. Ayahnya bekerja menggarap tanah milik orang lain. Ia melarikan diri dari rumah. Ia terpaksa melakukannya.

Ayahnya ingin menjual dirinya pada lelaki kaya di kampungnya. Ia tak terima. Ia marah dan kecewa. Sejak itu, ia bekerja di rumah juragan beras yang baik hati, yang menganggapnya anak sendiri. Meski begitu, ia bekerja sungguh-sungguh.

Drama jepang ini panjang sekali. Ceritanya sangat mengharu biru. Sederhana tapi luar biasa. Di episode berikutnya, Oshin berganti majikan. Bertumbuh menjadi remaja jelita. Ingin jadi penata rambut terkenal. Lalu nekat kabur ke Tokyo.

Di sana ia menolak menjadi pelayan bar. Ia menikah, namun masalah tak kunjung berpisah darinya. Ia dibenci mertuanya. Ih, mbencekna sungguh! Ia berusaha bertahan. Membesarkan anaknya. Ia berjuang dengan usaha toko ikan, lalu Jepang dilanda gempa bumi. Ia terlunta-lunta. Negara Jepang kobarkan perang.

Hidupnya semakin berantakan. Kesusahan datang silih berganti. Hingga satu titik, ia meraih kebahagian. Senyum di wajahnya kembali cerah. Ia bisa tertawa. Sesuatu yang sudah lama ia lupa. Dengan perjuangan tak kenal lelah dan kerja keras tanpa batas. Ia berhasil. Ia menjadi pengusaha wanita sukses di Jepang. Ia memiliki jaringan ritel besar di Jepang.

Drama ini terlalu banyak menguras airmata. Adegan berjalan natural, tetapi dampaknya tak terduga. Airmata jatuh tiada henti. Sebagai buruh garap, ayahnya hanya dapat sedikit beras untuk makan. Sementara ia punya keluarga besar.

Oshin tinggal bersama ayah, ibu, saudara-saudaranya dan seorang nenek (ibu dari ayah Oshin). Karena beras yang ada tidak cukup untuk mereka, ayah berniat membuang ibunya ke gunung. Ia hanya berharap semakin sedikit mulut yang disuapi, mereka bisa hidup lebih lama lagi.

Sesimpel itu. Tapi daya kejutnya pada penonton sungguh luar biasa. Saya nangis gulung-gulung.

Hidup itu keras, Bro. Aku tak akan kuat. Biar kau saja. Hahaha!

Catatan akhir:

1. Film ini tayang di Jepang tahun 1983. Saya lahir 1984. Hihihi!

1.

F

2. Di Jepang, drama ini meraih share 63% (wow).

3. Sutradara, Sin Togashi mengangkat Oshin ke layar lebar, dibintangi oleh Kokone Hamada, Aya Ueto, Goro Inagaki, Pinko Uzumi

4. Film hanya fokus pada masa kecil Oshin saja.

5. Entah kenapa, jika saya mengulas film ini, saya selalu ingat film ‘Keluarga Cemara.” Arswendo memang wow!

Menulis ini, tiba-tiba rambut saya memutih. Ea. Kantung mata saya ada lima. Ea. Wajah saya terlihat keriputnya. Ea. Tangan gemetar, napas sesak.

Ah, saya belum makan malam ternyata. Hahaha! (Aly/ea).

Tinaro, 2 Februari 2019 (Sabtu)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Oshin yang fenomenal...saya juga suka. Meski tak sepenuhnya paham ceritanya karena waktu itu saya masih SD.

02 Feb
Balas

Benar, Bunda. Dulu booming sekali. Barakallah. Barakallah.

02 Feb

Rangkaian tulisan yg menarik pak semenarik cerita Oshin, jadi kangen dengan film ini....

02 Feb
Balas

Iya. Mari dinikmati. Saya menulis sepenuh hati. Bunda Eliana. Ini resensi. Barakallah

02 Feb

Keren Pak, paparan yang asyik tuk dibaca dibalut untaian tertata rapi. Betul Pak, saya selalu nonton serial Oshin, memang mengharu biru, namun sarat makna kehidupan di dalamnya. Sukses selalu dan barakallah

02 Feb
Balas

Barakallah. Bunda. Kompor gas. Bunda dan Pak Syaikhu semangat ya. Saya tunggu balapan serunya. Barakallah.

02 Feb

Oshinnnn...film favorit..tapi jangan katakan saya sudah tua...tidak relaa..hi .hi...Film yang mengandung banyak pembelajaran....tentang kekuatan mental menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan...Asyik2...Barakallah Pak Aly..

02 Feb
Balas

Bukan tua. Matang. Hihihi!

02 Feb

Nontonnya di rumah tetangga,tipinya hitan putih.Oh Oshin...

12 Feb
Balas

Anda benar. Hihihi. Barakallah. Bunda Fila.

12 Feb

Oshin. Drama luar legendaris tempo dulu. Saya suka filmnya apalagi tulisan ini. Mantap

02 Feb
Balas

Hihihi. Barakallah. Kak. Saya sudah intip catatan Editor. Keren.

02 Feb

Aku sukaaaa.... Sayangnya, suka lihat di tetangga. Gak punya tipi sendiri sih....hihihihi....

02 Feb
Balas

Ah, penulis favorit saya hadir di sini. Pak Arif. Barakallah.

02 Feb



search

New Post