Mahfud Aly

Ayah Remekan Rengginang

****

Fira namanya. Usianya baru 6 tahun sebulan. Kelas TK B. Sangat mandiri. Banyak pekerjaan yang ia lakukan sendiri dengan pengawasan.

Ramadhan ini puasa. Rutin. Meski baru latihan. Sahur bersama. Azan Zuhur berbuka. Dianjurkan puasa lagi. Magrib berbuka lagi. Meski di sekolah, banyak penjual jajanan.

"Teman-teman bilang puasa. Tapi jajan, Ayah. Mbak Fira gak."

Selama bulan puasa, ia tak mau diberi uang jajan.

"Nanti Mbak Fira ikutan beli kalau pegang uang," katanya.

Sebagai ayah yang compang-camping dalam ilmu parenting, saya sangat bersyukur memiliki putri perempuan pertama yang luar biasa.

Ngaji berangkat sendiri. Tak mau ditunggui. Kecuali saat ujian kenaikan jilid. Ia baru minta.

"Ayah, mbak Fira ujian. Tungguin ya."

Sekolah pun sejak Paud, hingga kini. Cuma antar jemput. Tidak ditunggui. Meski teman lain semua ditunggui orang tua. Fira sangat mandiri.

Kelebihannya banyak. Ia anteng. Berbeda dengan adiknya Rizwan. Agak aktif. Fira sangat momong. Ia yang menepuk punggung adiknya saat ngaji jilid satu.

"Mbak saja yang tungguin, Adik."

"Terima mamasih, Mbak."

"Adik pintar kok ngajinya, Ayah."

"Jajannya yang banyak. Uang Mbak Fira abis. Adik minta jajan terus."

Mereka saling dukung. Meski ya seperti wajarnya anak-anak. Kadang mirip Tom and Jerry.

Kakak yang serius dan adik yang usil. Cocok! Yang sering teriak merasa terganggu tentu saja sang kakak.

Meski usil, sang adik sangat fair. Ia pandai meminta maaf. Mbak tetap mau memaafkan meski perlu dibujuk dulu.

Perempuan cerdas dan mandiri, kelemahannya tentu saja: keras kepala dan harga diri.

Di atas segala-galanya, mereka sangat menyenangkan.

*****

Pohon Syukur Fira. Idenya bundanya. Hanifah Nila Wardani. Kertas karton lebar. Dilukis pohon besar berdaun hijau. Seperti catatan amal.

Tahun lalu kotak bintang. Tiap perbuatan baik dari Mbak Fira dicatat, diwakili satu bintang. Terawih dicatat. Bantu Bunda beli tomat, bawang putih, bawah merah diwakili satu bintang dan seterusnya.

Sebulan dihitung. Sempurna.

Tahun ini berbeda. Pohon syukur. Cara kerjanya sama. Setiap perbuatan baik dicatat dengan kata-kata deskriptif di kertas kecil, lalu ditempelkan. Seolah daun, bunga, dan buah.

Sederhana tapi luar biasa.

Mbak Fira sudah besar. Ia sudah bisa diandalkan. Ia mau diminta tolong. Jika belanja dan banyak item, ia minta bunda catat di kertas. Ia juga sudah bisa itung-itungan uang.

Jadi aman.

Saya sebagai juri tak terlihat. Mengamati dengan rasa haru. Sering kali saya periksa, apa saja catatan amal putri sendiri. Ternyata banyak hal.

Bundanya pun cukup fair menilai. Jika mbak Fira membantu dengan inisiatif sendiri, deskripsi pun jelas.

"Mbak Fira anak yang luar biasa. Menawarkan bantuan lipat baju bersih, dan memasukkan ke 4 lemari sesuai label secara benar. Alhamdulillah."

Saya mrebes mili. Bersyukur. Tugas saya sederhana. Mendukung dengan sedikit kata. Banyak ciuman dan pelukan. Saat bunda instruksi. Saya kebagian tersenyum.

Sejujurnya, tanpa Pohon Syukur Fira, saya sungguh sangat bersyukur pada Allah Yang Satu dikarunia keluarga remekan rengginang yang luar biasa.

Terima kasih istri, putri yang keren menewen, dan putra yang ganteng serta fair. Barakallah! Maafkan ayah yang masih terus belajar. Huaa!

Ini rahasia sebenarnya, kalau bukan kepada gurusianer yang dirahmati Allah, saya tak akan buka omong tentang ini.

Adik Rizwan itu berbakat jadi komika.

Stand up comedian.

Lucu sekali. Hihihi!

Lamongan, 11 Mei 2019

Barakallah!