Mahfud Aly

Lelaki yang terkombang-kambing tulisan

****

Saya pastikan: S.Pd., adalah gelar akademik terbaik.

Sungguh. Saya tak bercanda.

Saya sangat serius.

Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia.

Tujuan berpolitik adalah memanusiakan manusia.

Tujuan ilmu kedokteran adalah memanusiakan manusia.

Tujuan ilmu ekonomi adalah memanusiakan manusia.

Tujuan teknologi adalah untuk memanusiakan manusia.

Tujuan penelitian adalah memanusiakan manusia.

Agama adalah untuk memanusiakan manusia.

Tujuan budaya dan sastra adalah tidak lain, untuk memanusiakan manusia.

Jika semua bidang itu bertujuan untuk satu: mencerdaskan bangsa, menuju gerbang emas kejayaan maka muaranya hanya satu: manusia merasa dimanusiakan. Mereka ada dan terus mengada. Berjaya. Saling membantu. Bahu membahu. Bekerja sama. Untuk kemaslahatan umat. Saya menyebutnya renaisans.

Muaranya adalah guru. Guru itu memiliki makna sangat luas.

Pencerahan. Light. Cahaya. Manusia yang telah dibekali petunjuk. Wahyu dan hadis. Ijma dan kiyas.

Sempurna.

Islam adalah kesempurnaan. Penyempurna. Akhir dan melengkapi. Menambal yang kurang. Mengoreksi yang menyimpang. Sempurna.

*****

Jika aksioma di atas diterima, gelar sarjana Sagala Saketek (S.Pd.) adalah gelar terbaik.

Di kampung atau pedalaman, seperti desa saya, guru itu bisa dan (diharapkan) jadi apa saja. Sungguh.

Pagi jadi guru, siang hingga malam, ia bisa jadi beraneka rupa menu dan layanan. Sudah serupa menu nasi Padang.

Guru itu profesi.

Tapi cuma satu dari puluhan profesi lain yang diakui.

Bukan sertifikasi atau surat tugas.

Kearifan lokal. Kepercayaan.

Penghormatan.

****

Pagi jadi guru.

Jam satu jadi petani.

Ada TPQ, ia jadi guru ngaji.

Jumat, ia pengkhotbah.

Shalat, jadi imam.

Ada yang meninggal, jadi Mudin.

Ada khitan, jadi calak.

Ada acara, tugas doa.

Lahiran, baca maulid.

Sunatan, ceramah.

Pengajian, mauizah Hasanah.

Program pemerintah, jadi relawan.

Kadang jabat RT atau BPD.

Saat nikah jadi saksi.

Saat cerai, diminta wejangan.

Saat anak panas, diminta jadi dukun.

Anak rewel, diminta jampi-jampi.

Ada listrik mati, dipanggil.

Ada maling, dipanggil.

Ada kecelakaan, diminta pergi duluan ke kantor polisi.

Ada perselihan, diminta jadi penengah.

Ada tahlil, pimpin doa.

Ada masjid, jadi takmir.

Ada rumah dibangun, jadi pemimpin doa.

Semuanya.

S.Pd. itu bukan hanya sarjana pendidikan.

S.Pd. itu sarjana penggugur dosa.

S.Pd. itu sarjana penuh doa

S.Pd. itu sarjana pemakmur desa.

S.Pd. itu sarjana penuh diplomasi.

Saya akan marah jika ada guru, bergelar S.Pd. dan minder karenanya.

Saya akan muangkel jika ada guru bergelar S.Pd. dan merasa jadi manusia paling tak berguna.

S.Pd. bukan Sarjana Sagalo Saketek.

Ia ada sebagai wakil ulama dan tugasnya satu: mencerahkan.

Sudah ah!

Barakallah.

Terima kasih untuk Bunda Rhadia F atas idenya. Bismillah.

Tikung, 26 April 2019