Mahfud Aly

Penulis remekan rengginang

**"*

Viral ini seru tapi nggilani. Ngguateli. Ngguapleki. Mbencekna. Suka tapi benci. Saya tertawa ikhlas sudah. Serangan gambar sedemikian banyak versinya.

Kata-katanya benar. Menohok. Benar sungguh. Ketika kebenaran begitu telanjang, saya tertawa.

Tetapi satu yang saya sayangkan. Tak sedikit diksi yang jorok. Gambar pun digarap asal-asalan. Kurang elegan. Tetapi ini budaya pop. Pop culture.

'Tuman' itu syukurin. Bukan bersyukur. Tapi agar yang dimaksud jera. Di sini disimbolkan dengan tamparan. Kaplokan.

Saya jengkel tapi senang. Sila cari di timeline apa saja. Anda pasti sua. Jika diksi pakai bahasa daerah gunakan Google translate. Hihihi!

Saya ambil contoh yang versi grup Santri. Saya jadikan gambar ilustrasi di atas. Intinya bertanya tentang keberanian seorang santri yang sudah cukup ilmu, tapi gak berani praktik. Qurratul uyun itu kitab kuning. Kitab upin-ipin. Isinya adab dan tata cara untuk memasuki gerbang pernikahan. Lengkap. Bahasa saya: kamasutra versi benar.

Banyak ilmu, banyak hal yang perlu dipelajari di kitab ini.

Toh, ilmu cukup tapi jodoh belum datang. Apomu apan?

Apomu apan itu bahasa editor Media Guru. Alkisah, ada naskah penulis yang luar biasa.

Ia menulis panjang lebar. Sayangnya keyboard laptopnya huruf K rusak, otomatis semua huruf terketik tanpa K.

Editor gulung-tikar.

Editor ngakak guling-guling.

Editor merana sejadi-jadinya.

Bagaimana ia harus mengedit? Luar binasa.

Butuh tujuh purnama untuk menyelesaikan editan itu. Disertai derai air mata. Allahu Akbar.

Demikian y pemirsah.

Pesan saya hati-hati. Takutnya tersindir. Hihihi.

Tinaro, 12 Maret 2019

See you dada.