Maijoso

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BERSATU PADU MEMBENDUNG PERGAULAN BEBAS

BERSATU PADU MEMBENDUNG PERGAULAN BEBAS

Oleh : Maijoso

Akhir-akhir ini kita disuguhi tontonan yang sangat tidak menarik dengan maraknya tawuran antar pelajar dan mahasiswa yang banyak menelan korban. Hanya gara-gara masalah sepela mereka saling menyerang, membunuh dan membuat kerusakan. Belum lagi prilaku destruktif lainnya, seperti pesta miras, kecanduan narkoba, free sex, pornografi, kebiasaan membolos, menyontek, kemalasan, ketidak-jujuran, ketidak-disiplinan, ketidak-hormatan pada orang tua dan guru dan sederet prilaku tidak terpuji lainnya, ditambah lagi kerendahan prestasi, kenihilan curisity, apalagi kreativitas dan inovatif. Hal ini akibat rapuhnya fondasi morality yang saat ini berada pada titik terendah, dengan porak porandanya tatanan nilai agama dan masyarakat. Maka kalau ditelusuri secara mendalam hal ini akibat kegagalan pendidikan terhadap remaja. Yang berakibat pada krisisi moral anak bangsa. Melihat kondisi seperti ini perlu pemikiran ulang, kebijakan ulang, redefinisi dan reorientasi, sekaligus reformasi dan reposisi mengenai pendidikan anak bangsa. Salah satunya adalah upaya meningkatkan peran serta orang tua, guru, tokoh agama dan masyarakat serta segenap elemen bangsa.

Dalam pepatah Arab disebutkan bahwa “Syubbaanul yaum rijaalul ghadd” yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Perlu disadari bahwa generasi muda merupakan potensi bangsa, karena di pundak merekalah harapan bangsa ini bisa lebih maju.” Satu lagi pepatah Arab mengatakan “inna fi yadi syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim hayataha” artinya: sesungguhnya di tangan dan langkah pemudalah urusan dan hidupnya suatu umat/masyarakat.

Pemuda harus dibekali dengan pola pemikiran dan skill yang positif, sehingga dapat memberikan masukan dan energi yang positif bagi masyarakat, bangsa dan negara. oleh karena itu, semangat belajar, semangat menambah pengetahuan dan wawasan harus selalu tumbuh. Generasi muda harus bisa mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan sebagai bagian dari perkembangan dunia, karena sejarah bangsa ini akan ditentukan oleh pemudanya. Perlu disadari bahwa pemuda yang cerdas dituntut memiliki jiwa kepemimpinan, karena mereka merupakan kader pemimpin, calon pemimpin bangsa. untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan, harus disiplin di segala bidang, tangguh secara fisik dan mental.

Problematika remaja, kapan dan dimanapun, selalu menjadi persoalan pelik yang sulit terpecahkan. Secara global, ada dua faktor yang memotori terjadinya dekandensi moralitas remaja yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yakni hal-hal yang timbul dari diri remaja itu sendiri, juga disebabkan pengaruh eksternal yang cukup besar, seperti faktor keluarga, lingkungan, pergaulan, globalisasi informasi,media masa dan sebagainya. Kesemuaannya mempunyai pengaruh yang demikian hebat dalam menjerumuskan tunas-tunas bangsa.

Tidak bijak bila hanya menjadikan remaja sebagai satu-satunya objek tudingan di atas kebobrokan moralitasnya. Sebab, dalam pandangan psikologi, usia remaja adalah usia yang masih belum bisa untuk membangun dirinya sendiri dan masih membutuhkan bimbingan. Masih terjadi ketidakseimbangan antara emosi dan rasio, dan tindakannya seringkali bergerak atas tuntutan emosi negatif. Keadaan ini masih ditopang lagi dengan beraneka ragamnya informasi, tradisi dan budaya tak sehat yang melingkupi dunianya yang sangat sulit untuk dihindari.

Mengingat problem kenakalan remaja adalah problem yang telah meng-global, penyebabnya pun tidak datang dari satu pihak, satu instansi atau satu kalangan saja, namun datang dari berbagai dimensi yang beraneka ragam, yakni dimensi agama (minimnya penanaman nilai karakter dan agama), sosial, budaya, edukasi dan informasi. Maka tidak adil jika penanggulangannya harus dibebankan pada satu pihak tertentu saja.

Naifnya, gejala kenakalan remaja yang telah mewabah ini tidak dihadapi dengan penananganan yang seimbang dan serius dalam menangani problematika ini. Juga tidak adanya sinergitas berbagai pihak: birokrat, aparat, aktifis pendidikan, ulama, orang tua, pendidik dan berbagai lapisan masyarakat.

Dalam level keluarga sering abai dalam memberikan perhatian kepada para remaja. Para orang tua sibuk dengan urusan karirnya masing-masing. Sehingga meskipun kegiatan-kegiatan keagamaan di madrasah cukup padat, akan tetapi praktek di rumah kurang mendukung maka hasil pendidikan pun minim, bahkan nihil. Semua ini menghambat setiap usaha rekonstuktif terhadap amoralitas remaja, yang sekaligus menghambat gerak langkah bangsa yang bertatih-tatih ini untuk maju.

Untuk itu, semua kalangan, semua elemen masyarakat, harus sama-sama merasa mempunyai tanggung jawab besar untuk memulihkan moralitas remaja yang sudah berada di bawah titik nadir ini. Semua harus saling berusaha dan bersatu padu secara continyu dan maksimal membimbing, memberikan perhatian dan teladan yang baik kepada para remaja.

Alhasil, bila kesadaran seperti terpampang di atas telah tumbuh, berarti sekarang kita sedang menanti munculnya kejayaan masa depan, kejayaan Indonesia raya kejayaan Islam. Aamiin..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post