Ermawati

Profil Penulis: Penulis lahir di RS Jalan Agus Salim Jakarta Pusat, menempuh pendidikan dasar di Cibubur; dan SLTP di Gandaria, Jakarta Timur, d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Muja Siluman Rase

Muja Siluman Rase

Senja masih merah, namun pekatnya malam berkejar kejaran memaksa menggantikan suasana erotik langit menjelang renta. Tiga sahabat yaitu Karna, Musa dan Tatang merencanakan pertemuan rahasia di kelamnya langit tanpa bintang. Ada nuansa aneh menggeliat batin Karna. Namun bukankah mereka sudah bersahabat sejak masih dibangku Sekolah Dasar. "Tak boleh ingkar janji. Aku harus datang ke pertemuan" bisik Karna.

Hari ini mereka berjanji untuk bertemu di warung sate Mang Ohim depan toko babah Liem. "Kamu harus ikut Karna, sebuah gua berisi siluman rase." demikian Tatang memaksakan keinginannya pada Karna.

"Karna, Mana si Tatang, koq belum datang? Tanya Musa begitu melihat Karna datang dan menarik tempat duduk disampingnya.

"Tadi katanya mau mengantar istrinya ke rumah bersalin dulu. Kemungkinan terlambat 10 menit Kang Musa."Jawab Karna dengan sopan.

" Mang Ohim, buatkan aku 10 tusuk sate ayam, nasi putih dan teh manis panas, ;seperti Kang Musa!" Teriak Karna sambil memunjuk makanan Kang Musa. Mang Ohim langsung membuatkannya. Tak lama kemudian makanan yang dipesan sudah terhidang dihadapan Karna.

"Oaak" Karna bersendawa sate nya tandas. "Hmmmmm Uenak " tukasnya sambil menyeruput teh manis panas. " Hei Kang Tatang, kami disini ... " Karna teriak sambil melambai kearah jalan raya. Kang Tatang baru muncul sambil cengengesan dan berlari-lari kecil.

"Ayo kita berangkat sekarang saja Karna, Musa. Keburu kemaleman di jalan. Jauh tempat tujuan kita. Tuh saya sudah sewa mobil Pak Kandar." Ujar Tatang sambil mendekat ke Mang Ohim penjual sate.

"Berapa Mang" Tanya Tatang ke Mang Ohim.

Semuanya Tujuh puluh ribu rupiah Kang, Jawab Mang Ohim.

"Nih Seratus ribu rupiah, kembaliannya buat Mang Ohim aja. Seraya Tatang menyambar dan menarik tangan kedua sahabatnya menuju mobil.

Perjalanan di malam hari lancar tanpa kemacetan. Tak sampai 2 jam kami sudah sampai di rumah Mbah Anan, kuncen pamijahan siluman rase. Letaknya di tengah rerimbunan pohon menyerupai hutan, namun ada juga satu- dua rumah lain terletak agak berjauhan.

"Kita harus minta izin dulu sama jin penunggu goa," kata Mbah Anan sambil bersiap melakukan Uka Uka, upacara minta izin pada penunggu gua yang akan kami datangi. "Ini rokok nya Kyai dan Nini Rase," Ia menyulut rokok dan menaruhnys di asbak. Herannya itu rokok terus-menerus ada yang menghisap tak mati-mati sampai menjadi puntung. " ini kopi pahitnya Ki... Ni..... dihabiskan yaaaa," Mbah Anan betkata dengan nada memohon. Karna, Musa dan Tatang melihat gelas-gelas itu volumenya juga terus berkurang seperti ada yang menyeruput.

"Makhluk gaib kasat mata sebangsa jin penunggu goa yang menghisap rokok dan meminum kopi pahit," itu penjelasan Mbah Anan seolah faham kebingungan ketiga sahabat. Setelah mendapat izin gaib dari sang marakahyangan di dalam goa, lalu lelaki tua aneh itu pun mengajak ketiga tamunya berjalan mendaki gunung. Menuju gua yang dihuni kerajaan siluman rase.

Tepat jam 12 malam, hanya Tatang yang màsuk ke dalam gua ditemani kuncen. Karna dan Musa menunggu di rumah Kuncen di desa dan serta merta tertidur lelap. Mereka berdua tak punya cukup keberanian untuk bertemu Siluman Rase. "Lihat dulu keadaan Tatang. Kalau dia berhasil baru saya mau ikut." Itu tadi alasan Musa kepada Tatang. Karna hanya mengangguk dan memegangi tangan Musa sejak pertama tiba di desa tersebut. Tidurnya pun satu selimut dengan Kang Musa. Entah mengapa sejak tadi tengkuk Karna terasa dingin dan bulu kuduknya berdiri. Apalagi sejak ritual 'uka uka' tadi, Karna masih takut.

Ternyata kuncen hanya mengantar Tatang sampai depan goa pertama. Tatang masuk sendirian dan menggelar kain putih di depan sebuah gundukan di dalam gua utama yang lebih besar dari gua pertama. Dia mengeluarkan kembang 7 rupa dari bitingan daun pisang. Lalu membakar kemenyan keatas bara arang batok kelapa yang sudah dibakarnya.

Sebentar mulut Tatang komat-kamit, "Hmmm bau wangi sekali , oh... apa yang ku lihat itu, sepasang suami istri berpenampilan seperti kyai dan nyai di pesantren mertua ku?" Batin Tatang bergemuruh. Tatang mencium tangan kedua orang tua itu- "Pasangan Siluman Rase berwujud manusia." Bisik Tatang keheranan. Dengan khidmat dan takzim Tatang mengutarakan maksudnya. Kedua dedemit jadi-jadian itu mengangguk-angguk tanda setuju. Lalu Aki Rase mengusap-usap kepala Tatang. Sepertinya ada kesepakatan.

"Kerocok....kerocok....!." bunyi perut si Tatang kelaparan. Aki dan Nini ketawa kecil. Kemudian si Nini melambaikan tangannya. Entah darimana datangnya bermunculan dayang-dayang dari segala arah disekitar Tatang, semuanya membawa makanan enak . " Ayam bakar, nasi putih mengepul dalam bakul, buah-buahan dan minuman segar degan kelapa muda." Tatang melahap semuanya. Sejenak ia teringat kedua temannya yang menunggu di rumah kuncen, Tatang menyembunyikan 2 buah paha ayam ke kantong baju koko nya.

"Nih aku bawakan 2 paha ayam" Tatang mengeluarkan makanan dari kantong kiri dan kanan baju kokonya kepada Karna dan Musa. Masing-masing satu buah di tangan kiri dan kanan. Tapi ketiganya kaget melihat 2 potong jempol anak bayi ada di tangan Tatang.

Selama perjalanan pulang semua terdiam. Hati penuh curiga ketiganya langsung menuju rumah Tatang. Benar saja, didepan gang ada bendera kuning. Maka mobil mereka pun berhenti dan ketiganya melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Suasana alam sudah tidak menyeramkan seperti tadi . Tapi jantung Karna masih berdetak cepat tak beraturan.

Senyum mentari sudah merekah menyambut kedatangan 3 sahabat. Herannya di depan rumah Tatang sudah banyak orang berkumpul. "Bayi Tatang yang baru saja dilahirkan istrinya, meninggal," ujar salah seorang pengunjung. Bergegas ketiganya mencari tahu ke dalam.

Karna dan Musa membiarkan Tatang membuka kain batik penutup mayit. "Wajahnya mirip kamu Tang!" seru Musa. Tatang mencium kedua pipi anaknya, istrinya bersandar di tepi ranjang menangis tanpa suara. " Akang tak menunggui saya melahirkan semalam, si kasep langsung menghembuskan nafas terakhir begitu dilahirkan. Tepat jam 12 malam Kang kejadiannya." lapor istrinya Tatang. Tatang menyentuh tangan istrinya perlahan.

Tiba-tiba Tatang teringat dengan kedua jari yang ada di saku baju kokonya dan matanya kompak melihat kearah kedua tangan bayi itu, Begitu pula dengan tatapan nanar Karna dan Musa. benar saja, "Hah, tak ada jari jempol tangannya. Paha ayam yang tidak dimakan Kang Tatang." Karna terperangah.

25 tahun telah berlalu. Ketiga sahabat tidak pernah lagi bertemu. Karna sudah menikah dan menjadi guru di desa nya. Musa menjadi tentara dan ditugaskan jauh di Irian barat. Entah masih hidup atau sudah mati. Tatang menjadi pedagang kaya raya di kota besar. Khabarnya pun tak pernah lagi Karna dengar.

Suatu ketika sekolah tempat Karna mengajar mengadakan studi wisata dengan tema Bandung Purba. Mereka mengunjungi museum Bandung dan kemudian berwisata ke situs Bandung Purba di desa Cipatat, Bandung Barat. Gua Pawon. Artinya gua dapur. Karna yang kurus bisa menyelusup masuk kedalam gua dan melihat situs tempat peralatan dapur diletakan. Manusia purba, gerabah dan tungku api purba yang asli dari dalam gua sudah dipindah ke museum di Bandung. Dimana-mana di dalam gua hanya terdapat kotoran kelelawar. Karna celingak celinguk kesana kemari " Koq tidak ada tanda-tanda keberadaan monyet atau kera atau siluman rase?" Karna merasa heran. Apakah cerita Tatang 25 tahun yang lalu itu bohong.

Ah.... Karna tertawa sendirian. Padahal waktu itu ia ketakutan setengah mati lho. Dan bertekad menyembunyikan semua rahasia itu sendiri. "Dasar Kang Tatang Bangkawara..." sumpah serapah Karna dalam hati sambil menertawakan kebodohannya sendiri.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya asyik banget bu. Penuh bumbu misterius. Hehehe.

29 Jun
Balas

Hebat bu, ceritanya bagus.

30 Jun
Balas

ikut deg2an bu membacanya he..he

30 Jun
Balas

Thanks Kang Yudha. Belajar nulis cerpen tapi masih kaku.

29 Jun
Balas

Terimakasih Bu Diana

29 Jun
Balas

Masaaaa! Tirimakasih ya sudah manpir

30 Jun
Balas

Iya Bu Fitri kaya film2 Thrill ya. Baru belajar nulis bu

30 Jun
Balas

Wuih, syereem dan thrilling....

30 Jun
Balas

Cerita misteri tapi lucu. Hihi..

29 Jun
Balas



search

New Post