Mardiah Alkaff

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
SEKOLAH, TERLALU BANYAK PELAJARAN

SEKOLAH, TERLALU BANYAK PELAJARAN

PENDIDIKAN INDONESIA MENURUT BULE

( Seminar Internasional Minggu 2 April 2017 di Disdik Provinsi Jabar)

"Aku kasihan sama siswa Indonesia.”

“lha..kenapa Emma?” Tanyaku keheranan ketika menanyakan mengenai pendidikan Indonesia, di sela seminar.

“Pelajaran SMA Indonesia sangat banyak, bisa mencapai 18. Padahal ketika saya di Amerika dulu, hanya enam buah.” Begitulah rasa iba Emma, gadis Amerika yang hampir dua tahun tinggal di Subang Jawa Barat.

Emma merupakan salah seorang dari 100 volunter Pease Corps Amerika yang ada di Jawa Barat. Lulusan S1 Amerika, diharuskan mengabdi di negara berkembang minimal satu tahun. Mereka tinggal di pedesaan membantu pelajaran bahasa inggris. Tidak mendapat gaji, hanya uang makan dan tempat tinggal. Setelah menjadi sukarelawan, baru bisa kembali ke negaranya untuk melanjutkan pasca sarjana (S2) atau bekerja. Begitu negara Paman Sam membentuk generasi mudanya agar memiliki wawasan luas dan keberanian.

“Pelajaran di Amerika hanya enam, yaitu matematika, sains, bahasa Inggris, sejarah Amerika dan sejarah umum, geografi serta olah raga”. Gadis tinggi berkulit putih menjelaskan dengan bahasa Indonesia yang fasih, kadang diselingi bahasa sunda.

Gadis berambut pirang menjelaskan, jika pelajaran sedikit maka materi yang dikuasai akan lebih banyak dan mendetil. Namun jika pelajaran banyak, siswa akan pusing dan materi kurang dimengerti. Misalnya belajar bahasa Inggris yang terus menerus maka siswa akan memahami dan lancar berbicara.

Demikian pelajaran berharga tentang pendidikan negara kita, dinilai oleh negara maju. Tidak dipungkuri, prestasi belajar siswa saat ini, masih dilihat dari rangking dan angka. Artinya, penilaian kognitif menjadi prioritas. Proses dan pembentukan karakter masih terabaikan.

Andi siswa kelas 7, terpaksa tidak naik kelas dan harus pindah sekolah, karena nilai raport banyak di bawah KKM. Padahal dia rajin sekolah, suka membantu teman, bisa olah raga beladiri, tidak pernah membuat masalah di sekolah. hal ini merupakan gambaran kualitas pendidikan tanah air yang mengandalkan nilai dan angka. Jika keadaan seperti ini tidak mendapat perhatian, maka tetaplah negeri kita menjadi negara berkembang. Sudah pasti akan ketinggalan jauh oleh negara tentangga, Singapura atau Vietnam.

(Mardiah Alkaff, 17 April 2017)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Siip

18 Apr
Balas

Hatur nuhun..pak Dadan..msh belajar ya pak..

18 Apr



search

New Post