Mardiah Alkaff

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
TAK BERDAYA

TAK BERDAYA

Tatapannya lembut dan sayu, suaranya tidak pernah seperti ringkikan keledai. Diatas bangku kayu yang lapuk, si bungsu ada dalam pelukannya, tatapannya lurus tidak tahu arah. Kakak tertua dengan suara pelan dan hati hati menceritakan kejadian tadi siang di sekolah. Gurunya menagih bayaran sekolah lima bulan. Walau suara kakak terbata bata, Ibu tidak menjawab sepatah katapun.

Tatapanya kembali lurus menembus dinding bilik yang berlubang penuh rayap. Air matanya mulai menetes seperti butiran permata membasahi bajunya yang penuh jahitan. Si bungsu menatap wajah ibu sambil mengusap butiran air yang jatuh dari ujung matanya.

Ibu tetap tak bersuara. Kakinya yang terlihat tonjolan tulang, dijulurkan sambil menarik nafas panjang. Berkata hampir tidak terdengar. Bibirnya gemetar, "Maafkan ibu nak." Hanya itu yang keluar dari wajahnya yang keriput.

Perlahan sang kakak memeluk erat ibu yang lusuh. Dengan berurai air mata, suaranya pun hampir menghilang. "Maafkan aku juga bu..., a..aku telah membuat ibu sedih." Mereka hanya mampu berpelukan dalam gubuk kayu yang sudah miring berlantai tanah kering

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post