mardiah toha

Lahir di Surabaya. Menyelesaikan sekolah dasar dan menengah di SD Muh XI, SMPN 2 dan SMAN 2. Melanjutkan S1 FMIPA jur. Fisika UNAIR dan S2 Univ. Gresik Ma...

Selengkapnya
Navigasi Web
HANDPHONE.(hari ke-43)

HANDPHONE.(hari ke-43)

“Awas !!!..”

Secepat kilat Bejo mengerem sepeda hingga mau terjungkir, karena pengereman yang mendadak.

Ade dan Firman menghampiri dengan wajah penuh rasa khawatir, dipandangi dengan seksama wajah Bejo…. Tapi yang kelihatan wajah dengan senyum hambar yang dipaksakan.

“ Kamu melamun ya Jo… Aduh hampir saja tadi” Entah karena melamun atau sedang berfikir sepeda yang digayuh Bejo tibatiba mengarah ke kanan ke jalan raya dan hampir saja tertabrak mobil.

“ Berhenti dulu Jo….nih air minum saja untuk menghilangkan rasa kaget”

Firman menyodorkan botol berisi air putih, Bejo langsung minum tanpa berkata apa-apa. Dalam sekejab air dalam botol telah beralih kedalam perut Bejo. Diusap sisa air dipinggir bibir sambil menghembuskan nafas panjang. Lega perasaan Ade dan Firman melihat ekspresi wajah bejo yang kembali normal penuh ketenangan.

Udara mulai terasa panas Matahari sudah memancarkan cahaya dengan kekuatan penuh hingga terasa menyengat ke kulit. Padahal tadi pagi udara terasa dingin setelah semalam diguyur hujan. Tiga sahabat ini akhirnya beristirahat dipinggir jalan dekat aliran irigasi sawah. Bersebelahan dengan aliran irigasi terhampar sawah hijau membentang bagai permadani… dengan kilauan embun sisa pagi yang tertimpa cahaya Matahari. Suasana yang elok untuk dinikmati, dari jauh terlihat bapak ibu tani sedang menaburkan pupuk dipersawahan. Cimong menghampiri Bejo mengusap usapkan bulu dibadannya ke kaki Bejo, cimong juga menujukkan rasa khawatir pada sahabat tuannya. Bejo tersenyum melihat tingkah pola cimong lucu dan menggemaskan.

“ Aku gak apa-apa cing kucing “

“ Tuh … majikanmu cemburu” cimongpun berlari kecil beralih ke Firman seolah memahami apa yang dikatakan Bejo. Deru suara kendaraan lalu lalang ditambah dengan bunyi lonceng gemerincing milik cimong membuat keadaan semakin berisik.

Ade merogoh saku treaning hendak mengambil handphone tiba-tiba wajahnya menjadi tegang seperti habis disengat kalajengking.

“ Haa…handphoneku gak ada, jangan-jangan terjatuh, tapi dimana jatuhnya….aduuuhhh”

“ Kayaknya tadi dirumah pak Saidi kamu sempet buka De…”

“ Bukan… itu milik Bejo, aku tanya jam dia langsung sodorkan handponenya”

“ Iya, apa jatuh dijalan ya…coba kamu misscall Fir…”

“ Aku gak bawa De, habis buka WA dari kamu tadi pagi langsung aku taruh meja “

“ Ketika di rumah Pak saidi, Hp kamu ada gak sih De…”

“ Aku gak tahu …Fir…” nada suara Ade penuh kesedihan, bagaimana kalau sampai hilang betulan.

“ Aku tahu, pasti jatuh ketika kita berkelahi dalam rumah… aku yakin 100%”

“ Iya … aku yakin sekali…bagaimana…haruskah kita balik ke rumah itu ? “

Bejo mengambil handphone dari sakunya menekan nomor dan siap menelfon….dengan sabar ditunggu sahutan dari seberang, tapi tak kunjung diangkat.

“ Tut….tut…tut…nada panggil terdengar tapi tak ada yang mengangkat. Masih aman tapi dimana posisinya. Wajah ketiganya tertunduk, langkah apa yang harus diambil. Bejo berdiri dan langsung mengambil sepedanya siap untuk menggayuh lagi. Rasa kaget dan penatnya sudah berangsur hilang, tenaganya pulih berkat sebotol air putih pemberian Firman.

“ Kita balik ke rumah di rumpun bambu, sambil mencari sepanjang jalan lihat dengan teliti semoga bisa kita temukan” suara Bejo memutuskan situasi dengan nada sedikit perintah.

Mereka telisir jalan setapak demi setapak tapi tak kunjung ditemukan benda yang berlebel Hp, hingga sampai di persimpangan menuju rumah pak Saidi dan rumah dirumpun bambu.

“ Lurus aja…” intruksi Bejo pada kedua sahabatnya. Keduanyapun mengikuti tanpa komentar sambil terus melihat kanan kiri mencari Hp Ade.

“Jaga kucingmu Fir…. Jangan sampai jauh dari kita, kita bawa masuk sepeda sampai depan rumah”

“ Ayo De…berdoa saja semoga memang betul terjatuh didalam…dan kamu bisa terhindar dari amarah mamamu…he…he…he…”

“ Iya Jo…” nada suara Ade lirih tak terdengar penuh dengan nada putus asa.

Mereka berhenti pas di depan rumah, setelah memasang sandar sepeda secara bersama masuk ke dalam rumah. Suasana sunyi, sepi tak ada tanda-tanda keberadaan orang. Mereka melangkah berlahan sambil waspada terhadap disekeliling. Ade memandangi setiap sudut rumah, tak ada satupun area yang terlewatkan. Hingga akhirnya mata Ade tertuju pada lemari buku, seketika matanya terbelalak bola matanya seakan mau meloncat keluar.

“ Kita dulu kan jatuh disini, buku ini terjatuh berantakan…tapi kenapa sekarang jadi rapi dan….”

Ade tak meneruskan kalimatnya, disapunya pingir lemari dengan tangannya…dibalik telapak tangan dan…. tak berdebu berbeda saat pertama masuk penuh dengan debu.

Tanpa ada yang menyuruh mereka merapatkan badan, Firman mendekap cimong dengan erat jangan sampai terlepas sesuai perintah Bejo sebelum masuk. Dengan bergerombol mereka memasuki ruang disamping lemari bulu, sama seperti saat pertama masuk ada aroma beda. Dulu mereka tak tahu aroma apa yang dirasakan tapi setelah kejadian tadi pagi mereka sadar aroma yang mereka cium adalah aroma kopi.

“ Hey….lihat…benda ini yang jatuh saat kita dulu masuk ”

“Cermin…mungkin gantungannya terlepas…lihat pakunya sudah berkarat “

Dengan tetap bergerombol mereka berkerumun melihar cermin, cermin pecah menjadi beberapa bagian tak ada yang istimewa hanya sebuah cermin. Seisi ruangan mereka teliti ada tempat tidur kecil mungkin cukup untuk satu badan, kotor dan berbau diatas kain sprei banyak kotoran cicak dan daun kering, diseberangnya lagi terlihat meja tulis dengan kursi kayu bermotif ukiran.

“Meja dan kursi ini kelihatan habis ditempati, tidak ada debu…”

Bejo dan Firman mendekati Ade menuju meja tulis, ingin membuktikan kata-kata Ade

“ Iya betul…kusam tapi bersih”

“Apa kira-kira isi lemari itu ya…” Ade menunjuk lemari besar dekat tempat tidur. Dengan sekuat tenaga Ade berusaha membuka lemari, tapi sia-sia…terkunci rapat.

“De…lihat…bukankah ini milikmu….” Bejo mengangkat tangan dan pada genggamannya ada sebuah benda yang tak asing. Mata Ade bersinar penuh rasa gembira karena Hp nya tak jadi hilang.

“Lhoh …Jo ini tadi ada dimana ?, kita kan gak masuk kesini tadi pagi…kok bisa ya….”

“Yang penting sudah ketemu…Doa mu dikabulkan De…”

“ Alhamduliillah…”

“ Yuk …keluar…kita pulang…”

“Sebentar…” Bejo mendatangi sebuah pigura didinding yang dipasang terbalik, sepertinya foto seorang wanita tapi sudah kabur, tak begitu jelas. Bejopun mengembalikan dengan posisi seperti semula. Selanjutnya bergegas mereka keluar dari rumah, sampai di luar dipandanginya rumah dengan seksama. Sebenarnya rumah ini milik siapa… siapa yang menempati…begitu banyak misteri membuat kepala mereka penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab.

“ Ke bengkel aja ya…kita rundingkan disana…”

“ Ya Fir… sekalian istirahat sebentar sebelum pulang ke rumah, badanku rasanya pegal semua”

Merekapun meninggalkan rumah di rumpun bambu, tanpa disadari ada sepasang mata mengawasi mereka dari balik rimbunnya tanaman.

Cerme, 18 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Salam literasi bapak ibu semua..

18 Jul
Balas



search

New Post