MARDIYANTO

Namaku Mardiyanto, lahir di desa Ajibarang Kulon, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas dikaki gunung Slamet sebelah barat pada tanggal 26 Oktober 1970. Menga...

Selengkapnya
Navigasi Web

Belajar dari Kekalahan

BELAJAR DARI KEKALAHAN

Pada saat berkecamuknya perang Uhud, umat Islam sesungguhnya sudah mencapai kemenangan karena berhasil membuat pasukan Quraisy Mekah kocar-kacir dan melarikan diri. Pasukan muslim mengejar dan mulai mengambil harta rampasan perang yang tercecer dan tertinggal.

Melihat pasukan inti memunguti harta rampasan perang pasukan panah yang menjadi pelindung pasukan muslim dari serangan arah belakang tergiur untuk ikut serta dalam pengambilan harta rampasan perang. Abdullah bin Zubair sebagai komando pasukan panah melarang dan mengingatkan anggota pasukanya, “ Jangan tinggalkan markas ! Ingat pesan Rasulullah jangan sekali-kali tinggalkan markas apapun yang terjadi.”

“ Bukankah kita sudah menang dan musuh lari, mari kita turun mengambil harta rampasan perang,” jawab beberapa anggota pasukan panah, lalu turunlah 40 orang dari 50 pasukan panah .

Komandan pasukan Quraisy Mekkah Khalid bin Walid memutar pasukan kearah belakang pasukan muslim yang sudah lowong dan menyerang dengan pekikan yang hiruk pikuk. Diserang secara tiba-tiba oleh pasukan kavelery dari arah belakang membuat pasukan Muslim terjepit dan terdesak. Sementara mendengar pekik sorak serangan pasukan Quraisy yang tadinya melarikan diri melihat sinar kekuatan dan mendapat energy baru sehingga berbalik menyerang dari depan. Diserang dari depan dan belakang dengan kekuatan yang besar maka pasukan Muslim menjadi kocar-kacir dan terdesak sehingga menuai kekalahan.

Dari kekalahan pasukan muslim pada perang Uhud dapat kita ambil ibrah/ pelajaran :

1. Ketidak patuhan pada pemimpin membuat sebagian pasukan panah turun meninggalkan markas dan melemahkan pertahanan.

2. Tergoda oleh silaunya harta dunia yaitu harta rampasan perang membuat pasukan panah bernafsu untuk ambil bagian.

3. Perasaan sudah hebat berhasil mengalahkan lawan menjadikan pasukan Muslim lemah.

Dalam dunia nyata sekarang ini perang pasukan Muslim ternyata belum berakhir karena perang masih tetap berkecamuk walaupun sudah terlihat pasukan kuda dan sabetan pedang serta tidak terdengar letusan senjata api. Perang saat ini lebih berat karena musuh tidak kelihatan bahkan musuh seperti kawan dan kawan banyak yang di pihak musuh. Betapa sulitnya membedakan mana kawan mana lawan karena cassingnya sama yaitu Muslim. Mereka terpecah menjadi 2 golongan yaitu Muslim sejati melawan Muslim munafik.

Bentuk perangnyapun sudah berbeda bukan lagi perang fisik akan tetapi perang opini, perang politik perbutan kekuasaan, perang informasi, perang statement. Kebenaran dan keburukan menjadi bias tergantung dari sudut mana kita memandang. Pemegang media informasi menjadi jagoan dalam memutar balik fakta dan dengan mudah menentukan siapa yang akan tampak benar dan siapa yang akan tampak salah.

Menganbil pelajaran dari kekalahan pasukan Muslim pada perang Uhud kita harus waspada dan sadar diri jangan sampai kekalahan tersebut terulang kembali pada perang saat ini.

Pertama, kita harus taat pada komando dan pimpinan. Kebenaran yang harus kita pegang dan harus kita yakini adalah berdasarkan Al Qur’an dan as Sunah sebagai rujukan untuk bertabayun jika terjadi perbedaan pendapat. Karena pada perang ini semua akan menampilkan kebenaran dari versinya masing-masing.

Kedua , kita jangan mudah tergiur dengan tawaran harta dunia. “ Siapa berani bayar lebih tinggi dia yang saya pilih,” jika ini sudah jadi prinsip sebagian umat Islam sudah tampaklah kekalahan di pihak kita. Kemiskinan telah membuat sebagian umat Islam rela menjual kemerdekaan dan hak pilihnya. Dinegara yang mayoritas muslim mengapa bisa dipimpin oleh kaum minoritas non muslim atau kalaupun itu seorang muslim hanya muslim KW yang masih perlu dipertanyakan kualitas aqidah, ahlaq dan ibadahnya.

Ketiga, kita umat muslim walaupun secara jumlah mayoritas jangan merasa telah menang. Perasaan merasa hebat inilah yang membuat kita lengah tidak sadar musuh mengintai dan mencari kelemahan, peluang untuk menjatuhkan kita. “ Biarlah suara saya jual toh masih banyak suara muslim yang lain “ jika jargon ini sudah menjangkiti mental banyak kaum muslim maka runtuhlah benteng pertahanan kita.

Mari kita jadikan kekalahan umat Muslim dalam perang Uhud menjadi pelajaran bagi kita agar kita tidak menjadi pecundang ditengah masyarakat kita sendiri. Kita harus selalu ingat , “ The War never Stop “

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul sekali Pak, harus selalu mengambil hikmah dari suatu kejadian terlebih dari suatu kekalahan, agar dapat lebih baik. Sukses selalu dan barakallah

05 Jan
Balas

Terimakasih Bund.

05 Jan

Mengambil hikmah sejarah agar lebih hati-hati melangkah...Sehat dan sukses, Pak Mar...

05 Jan
Balas

Trimakasih Bund, Salam kenal, Salam Literasi.

07 Jan

Semoga kita tergolong orang-orang yang patuh pada pimpinan, tidak serakah, dan tidak sombong... aamiin... sukses selalu pak Mardi

05 Jan
Balas

Aamiin.

05 Jan



search

New Post