Mardiyanto

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Begini Performa Pelajar Indonesia! Guru Wajib Tahu.

Begini Performa Pelajar Indonesia! Guru Wajib Tahu.

Hasil studi Program for International Students Assessment (PISA) tahun 2015 baru saja dirilis tanggal 6 Desember tahun 2016 lalu. PISA merupakan studi internasional yang menyasar kemampuan dalam bidang literasi membaca, matematika, dan sains siswa yang berusia di atas 15 tahun. Program ini digagas oleh the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan dilaksanakan setiap tiga tahun sekali. Indonesia sudah berpartisipasi sejak tahun 2000, jadi sudah sebanyak enam kali (2000, 2003, 2006, 2009, 2012, dan 2015) turut andil dalam studi internasional ini. Hasilnya, kualitas literasi, matematika, dan sains siswa-siswa Indonesia tak banyak bergeser masih berkutat pada kategori rendah.

Hasil PISA dapat diakses publik melalui laman https://www.oecd.org/pisa/ . Pada tes dan survey PISA 2015 diperoleh data bahwa Singapura adalah negara yang menduduki peringkat 1 untuk ketiga materi sains, membaca, dan matematika disusul Jepang diurutan kedua, dan Finlandia di posisi ketiga. Bagaimana dengan siswa-siswa Indonesia?

Dari hasil tes dan evaluasi PISA 2015 tingkat penguasaan siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian siswa-siswa Indonesia untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi. Peringkat dan rata-rata skor Indonesia tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survey PISA pada tahun sebelumnya yang juga berada pada kelompok penguasaan materi kategori rendah.

Tingkat penguasaaan membaca (literasi) menjadi titik keprihatinan karena berada pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat daya tahan membaca siswa Indonesia masih rendah (SM, 5/1/2017). Padahal penguasaan literasi menjadi ujung tombak dalam penguasaan materi dalam semua mata pelajaran. Rendahnya kemampuan membaca siswa akan turut mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi atau dalam mengerjakan tes atau evaluasi, mengingat soal tes matematika maupun sains adalah dalam bentuk cerita yang membutuhkan tingkat pemahaman membaca dengan baik.

Namun demikian, Indonesia patut bernapas lega karena OECD tidak sekadar melakukan tes dan evaluasi kemampuan literasi, matematika, dan sains. Akan tetapi menjangkui respon siswa terhadap rasa kenyamanan dalam pembelajaran. Hasilnya, adalah indeks kesenangan belajar sains (index of enjoyment of learning science) Indonesia yang cukup tinggi yaitu 0,65, lebih tinggi dari pada indeks yang didapatkan oleh negara-negara yang memperoleh skor tinggi seperti Singapura sebesar 0,59 atau bahkan Jepang -0,33. Hal ini menunjukkan, anak-anak Indonesia cenderung belajar dalam suasana nyaman dan tidak penuh dengan tekanan. Berbeda dengan negara-negara maju di mana siswa belajar dalam penuh tekanan dan target yang tinggi. Meski siswa-siswa negara maju memiliki nilai sangat bagus secara akademis, namun demikian secara non akademis masih lebih baik siswa Indonesia.

Kebahagiaan Semu?

Stephen D. Krashen (2002), seorang pakar pendidikan dan bahasa mencatat bahwa kecerdasan kognitif (aptittude) itu penting tetapi tidak lebih penting daripada attittude (sikap). Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kecerdasan harus lengkap, tidak sekadar mumpuni dan cakap dalam bidang bahasa, matematika, dan sains dengan skor tinggi, akan tetapi mereka harus memiliki sikap-sikap terpuji yang melekat dalam dirinya seperti, motivasi, empati, kecemasan, citra diri (harkat), pribadi terbuka, dan sikap terhadap guru.

Oleh karena itulah OECD tidak sekadar menilai dari segi faktor aptittude (kecerdasan kognitif), tetapi juga menyorot faktor eksternal, yakni sikap (attitude). Hasilnya memang cukup mengejutkan karena siswa-siswa Indonesia belajar dalam suasana gembira, namun memiliki nilai akademik yang rendah. Sebab, idealnya jika siswa belajar dalam kondisi riang dan gembira diproyeksikan akan meningkat pula nilai akademiknya. Mengapa bisa seperti itu? Apa pangkal persoalannya?

Hasil riset Deasyanti (2013) memberikan gambaran bahwa siswa Indonesia merasa senang dan gembira ke sekolah karena bertemu dengan kawan-kawannya. Guru juga turut andil dalam memberikan efek senang siswa di sekolah meski tidak terlalu signifikan. Kehadiran guru justru kerap berdampak negatif karena kerap bertindak otoriter, intimidasi, maupun kekerasan dalam bentuk verbal maupun fisik.

Dengan demikian, hasil riset PISA yang menunjukkan indeks tingkat kesenangan siswa masih dalam tataran luar dan belum menyentuh faktor esensial dalam pembelajaran, yakni pelibatan diri dan kebermaknaan dalam belajar. Hal inilah yang mengakibatkan meski siswa Indonesia senang berada di sekolah tetapi rendah dalam nilai akademik karena pada umumnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum maksimal.

Hal ini berbeda dengan negara-negara maju peringkat atas PISA seperti Singapura dan Jepang, meskipun tingkat kebahagian di sekolah tergolong rendah, tetapi mereka mampu unggul dari sisi akademik karena mereka terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif. Hal ini juga ditunjang tingkat literasi negara-negara tersebut yang tergolong tinggi.

Di balik kelebihan dan kekurangan tersebut, indeks kebahagiaan siswa Indonesia mesti dilihat secara positif sebagai sebuah aset berharga dalam mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia. Masih berkutatnya performa siswa Indonesia dalam kategori rendah selama bertahun-tahun menunjukkan reformasi pendidikan belum menyentuh esensi pendidikan, yaitu pelibatan diri dan kebermaknaan dalam belajar. Dua simpul inilah yang mesti segera digarap sehingga siswa tidak hanya senang untuk sekolah, tetapi senang dalam belajar.

Mardiyanto, Guru SMP N 2 Sukoharjo Wonosobo

Digunting dari Koran Wawasan, 27 Maret 2017.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post