Pagi itu terlihat cerah. Lantunan takbir terdengar merdu dari toa mesjid. Membangkitkan semangat masyarakat untuk segera berkumpul. Merayakan lebaran bersama-sama di mesjid yang menjadi ikon di daerah kami. Para jamaah mengenakan pakain terbaiknya. Senyum ceria tersungging tiada henti. Namun mereka malah kecewan setelah sampai dilokasi.

Pemerintah menghimbau masyarakat untuk melaksanakan shalat idul Adha dimesjid dekat rumah masing-masing. Untuk mengindari penyebaran virus corona. Tujuannya baik. Hanya caranya yang kurang tepat. Himbauan ini tidak pernah disampaikan sebelumnya. Terlebih lagi, selama ini daerah kami dinyatakan sebagai zona hijau. Pas hari lebaran, tiba-tiba berubah menjadi orange. Wajar jika masyarakat menjadi curiga.

Masyarakat menjadi kecewa. Mereka terpaksa memutar arah kendaraan. Sebagian terlihat tersenyum sambil menahan rasa malu. Sebagian lagi terlihat marah dan menggerutu.

Pengemis terpaksa mebubarkan diri. Harapannya hilang untuk bisa mendapatkan sedekah dari para jamaah. Tetapi yang lebih menyedihkan adalah para pedagang kecil. Penjual balon, es cream keliling dan pedagang asongan. Mereka terpaksa gigit jari. Jangankan mendapat keuntungan. Kembali modal saja, tidak. Mereka harus berkeliling jauh untuk menjual daganggannya yang hari itu, sengaja dibuat banyak.

Masyarakat pada dasarnya menghargai setiap keputusan pemerintah. Apalagi untuk kepentingan bersama. Tetapi aturan itu jangan sampai dibuat dadakan. Apalagi bila diada-adakan.