Semakin hari kemerosotan moral generasi muda semakin terlihat secara nyata. Termasuk perilaku peserta didik. Seakan tidak mengenal nilai dan etika. Mereka tidak mampu melakukan komunikasi yang baik. Baik verbal maupun non verbal.

Membentak sudah hal yang biasa. Ngotot membantah meski argumentasi tidak nyambung. Percaya diri untuk berbohong. Bercanda kelewatan. Menyakiti teman sudah dianggap sebagai lelucun. Ego semakin tinggi. Merasa benar sendiri. Orang tua dan guru pun tidak ragu dibantahnya. Namun demikian, perilaku buruk seorang anak, bukanlah murni kesalahan mereka.

Seorang anak terlahir bagai kertas putih tanpa coretan. Berkembang dan tumbuh dalam sebuah lingkungan. Diasuh dan dibimbing oleh orang tua, guru dan lingkungannya. Maka orang tua, guru dan semua orang yang berada dalam lingkungannya, memberi sumbangsi untuk menggoreskan coretan dalam pembentukan karakter dalam diri seorang anak.

Pendidikan karakter pada seorang anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, guru dan lingkungan. Guru sebagai orang tua disekolah, wajib memberikan bimbingan. Bukan malah menghina apalagi memojokkan dan mempermalukan peserta didiknya, setiap berbuat salah. Memang diperlukan ketegasan. Tetapi tidak berarti dengan tindak kekerasan.

Harus ada kerjasama dengan orang tua dirumah. Bagaimanapun, keluarga adalah tempat pertama, dan utama anak-anak menerima pendidikan. Orang tualah yang paling bertanggung jawab akan segala perilaku anaknya. Olehnya itu, orang tua tidak boleh abai hanya karena kesibukan. Atau menyerahkan sepenuhnya kepada guru.

Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karakter seseorang. Ada anak yang terlahir dari keluarga yang baik-baik. Menempuh pendidikan di sekolah yang unggul. Namun, hancur hanya karena pengaruh lingkungan.