Terabaikan

*

Raja Siang membakar tubuh hingga mesin pendingin tidak mampu memberi kesejukan ke sekujur tubuhku. Gerah. Ide untuk menulis pun mandek tanpa kata. Kuanyunkan langkah menaiki anak tangga.

Barangkali akan menyegarkan pikiran apabila dibawa santai dan menemukan jawaban. Saya memperhatikan ruangan gladi resik, Asesmen Nasional Berbasis Komputer. Memastikan semua peserta mengikuti dengan konsentrasi dan semua perangkat di dalam ruang telah tersambung dengan baik.

Tapi beberapa peserta didik menghampiri dan menyalam sambil bertanya, Ibu mau kemana? Kami mau ikut dong, katanya. Saya tidak menolak karena bersama siswa ada cerita yang menarik. Sesekali terdengar bahasa gaul yang lucu dan saling meledek.

Sambil memperhatikan mereka, saya pun terbayang ada beberapa spot tanaman yang membutuhkan perhatian untuk disiram dan tanahnya digemburkan. Lalu saya mengajak berkeliling sambil memungut sampah yang tercecer di lantai. Angan dan mata berbenturan. Entah kenapa mata ini menangkap bayangan seminggu yang lalu. Bunga yang berada di dalam pot yang berada di samping selasar kelas tampak kering layu dan lunglai. Bukan sekedar lunglai tapi tidak bernapas. Berapa lama terabaikan? Apakah petugas tidak memperhatikan sehingga tidak tersentuh?

Sayang sekali jika tidaksegera dieksekusi. Bersama peserta didik kami mengambil pot tersebut kemudian menurunkan ke lokasi tertentu. Di sana ada bunga yang siap untuk dipindahkan ke pot. Siswa ditugaskan memilih bunga yang paling mereka senangi dan menjadi tanggung jawanya untuk merawat samapi bunga tersebut tumbuh dan berkembang.

Saya memperhatikan mereka saat mengerjakan aktivitas tersebut. Mereka bertaman sambil bercanda. Tanpa terasa 6 pot bunga sudah berdiri dengan manja dengan penataan yang rapi. Daun-daun bunga ditiup angin dengan manja. Saya pun mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang harmonis dan hangat. Pot bunga yang terabaikan kini menjadi properti pendukung. Suasana semakin asri menambah keindahan lingkungan sekolah.

*

Jakarta, 13 September 2022