Temenku hari ini cerita, adiknya yang sudah cukup umur baru saja dapat pacar. Adiknya seorang lulusan Akabri marinir, ajudan seorang petinggi angkatan. Dengan pangkat dan melihat postur fisiknya, sangatlah mudah bagi dia mendapatkan seorang gadis cantik. Wani milihe. Bahkan banyak orang tua yang ingin menjadikan dia mantu. Mapan, tampan, dan khusuk dalam agama. Pingin apa lagi. Pacarnya tidak pernah cerita siapa ayah dan juga keluarganya. Ketika sang adik datang unjuk muka, dirumah pacarnya, yang menemui adalah ayahnya. Setelah berkenalan, si adik temanku langsung disodori Al Quran , dites ayahnya, diperintahkan untuk membuka surat tertentu, dan ayat tertentu. Disuruh membaca ayat tersebut. Makna ayat tersebut terkait hubungan antara wanita dan pria. Tentu saja dites seperti itu si adik merasa grogi meski dia seorang angkatan yang sudah sering digembleng banyak latihan kemiliteran. Ternyata ayah sang pacar juga dari angkatan. Angkatan Udara. Selain tinggi jabatan juga tinggi tingkat keagamaannya. Ternyata dalam seleksi ini sang adik lulus. Pacarnya bercerita andaikan si marinir gagal dalam tes pertama, buta dalam membaca Al Qur an, maka dia akan gugur dan tidak bisa melangkah ke jenjang selanjutnya. Gagal memiliki dirinya. Memang harus begitu. Adalah kewajiban orang tua memilihkan yang terbaik buat anak anaknya. Apalagi memilihkan untuk anak perempuan, yang kelak si laki laki menjadi imam atau pemimpin bagi keluarga, istri dan anak anaknya, agar mereka selamat dunia serta akhiratnya. Jika seorang ayah tidak memperdulikan dan pasrah bongkokan anak gadis dalam memilih pasangan hidup niscaya anak gadisnya bisa bisa keliru dalam memilih jodoh dan tidak akan bahagia dalam rumah tangga dan hidupnya. Meski jodoh ditangan Tuhan, tetapi diwajibkan bagi manusia untuk berikhtiar, berusaha dan berdoa.