Marindra Retno Asmarani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

ALFATEHA

Alfateha.......

Terbangunku mendengar suara adzan, berdiri urat saraf mengiringi langkahku tuk mengambil air wudhu, sholat dan menyiapkan semua kebutuhan putri dan suamiku.

Mulai dari memasak, mencuci, dan mengeluarkan motor Yamaha Kuning yg kusayangi. Ku ambil jas hujan kesayangan dan helm INK, kupanasi dengan suka cita, seindah semangatku tuk mendatangi tempat bekerjaku yang barokah.

Yah, SMP 1 SUMBERWRINGIN, sebuah SMP yang letaknya jauh dari rumah tinggalku, sekitar 45 menit perjalanan. Tepatnya d bawah gunung raung, begitulah kira kira orang orang sekitar menyebutnya,

Pagi ini kurasakan berbeda, setelah berpamitan pada suami tercinta, kubawa putri kami utk sekolah, dan melanjutkan perjalan ke tempatku bekerja, sudah menjadi kebiasaanku, pikiran terbang kemana mana, sambil menghitung menit demi menit, sampai di daerah sukosari, aku bergelut dengan hatiku.

Tanpa berpikir panjang, kubaca surat Alfateha.....dari Bismillah......sampai Amiin.....gak terasa aku mulai menghitung.....satu...dua.....tiga.....empat....dan akhirnya 45 alfatehah.....tanpa kusadari sudah berada d pintu gerbang SMPku tercintah.

Aku sendiri kaget.....ya Allah alhamdulillah aku sampai d sini. Ku langkahkan kaki ke ruang guru, d mana hanya segelintir orang yang hadir, ada Ks ku, aku dan guru matematika, beginilah kami, sekolah di daerah pegunungan, d mana teman2 atau rekan rekan guru tidak datang ontime.

Bel berbunyi, menandakan jam 7.00 dan pelajaran segera dimulai. Saya langsung ke kelas saya, kelas 8C. Anak anak mulai menyiapkan kelas dan menyiapkan semua buku d atas meja mereka, 3 tahun yang lalu, kelas ini hanya segelintir anak yang duduk d bangku. Mereka tidak k kelas karena membantu orangtua mereka memetik kopi d kebun. Mereka lebih senang memetik kopi daripada duduk mengikuti pembelajaran.......

Alhamdulillah, Tahun ini masuk kelas sudah tidak ada lage yang tidak masuk dengan alasan memetik kopi.......alfateha..........

Aku absen satu persatu muridku, ada 5 orang anak tidak hadir, aku bertanya tanya apakah mereka petik kopi? Ada Savek, Aditya,......itu yang aku ingat. Di hatiku masih ada rasa takut....ada rasa kwatir.....karena latar belakang siswa siswiku berbeda beda, kebanyakan mereka tinggal dengan nenek dan kakeknya, orang tua mereka.....ada yang bercerai, kerja ke luar negeri bahkan mereka hanya tinggal dengan saudara kandungnya.....tanpa orangtua di samping mereka, sungguh miris mendengar itu semua.

Bel jam istirahat telah berbunyi, menunjjukkan pukul 8.20 menit, karena hari ini hari jumat. Kaget aku melihat orangtua salah satu murid yang aku ajar tadi ada d ruang tamu SMPN 1 Sumberwringin,ternyata orang tua dari Savek, kakeknya.

Yah beginilah fenomena SMP kami, latar belakang siswa, menjadi pemikiran kami untuk lebih memperhatikan mereka, kenakalan, kebrutalan, kemalasan, bahkan kekerasan mereka terhadap apapun menjadi tanggung jawab dan prioritas kami agar mereka tetap terdidik dan belajar di sekolah ini.

Sebagai pendidik, kita bukan hanya membuat mereka pintar, tetapi perbaikan karakter mereka sangatlah penting. Di mulai dari memperbaiki karakter mereka, dengan memberi contoh bicara sopan, datang tepat waktu d kelas, pakaian yang sopan, menggunakan bahasa indonesia dengan baik, karena cara berbicara mereka sangat kasar. Bahasa Madura, adalah bahasa ibu dari sebagian besar murid kami. Kadang berbicara biasa saja mereka sering meyelipkan kata kata yang tidak pantas kita dengar, seperti....maaf (patek), (cobeh),(motak), (taeh), dan masih banyak lage.

Dengan kesabaran dan tanggung jawab kami, mulai berubah sedikit demi sedikit. ALfateha.

Sebagai pendidik, kita di tantang untuk menjadi motivator, fasilatator, bahkan menjadi pengacara atau hakim. Bisa menjadi ibu dan bapak mereka. Dimana mereka adalah anak anak yang membutuhkan kasih sayang orang tua, mereka membutuhkan kita untuk menjadi teman mereka, mengajarkan mereka bagaimana bersikap, bertingkah laku dan berkarakter. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi teman, orangtua bahkan menjadi kakek dan nenek mereka.

Kenakalan yang mereka buat, kejahilan yang mereka lakukan, ucapan yang terlontar tanpa basa basi adalah contoh kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka.

AlFateha

Semuga murid murid yang kusayangi, dengan berbagai latar belakang mereka, sama dengan semangatku berangkat dari rumah tinggalku. Semuga semuanya mendapatkan kebarokahan.

Amiiinnnn

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa bu, menginspirasi sekali

07 Sep
Balas

Subhanallah.. Luar biasa bu

07 Sep
Balas

Makasih bapak.....atas supportnya.....saya berusaha belajar menulis....semuga awal yg indah ini bisa membuat saya lebih semangat utk menulis...

07 Sep
Balas

Semoga upaya dan ketulusan ibu mendapat balasan dari Alloh SWT, dan Alloh memberikan hadiah terindah, berupa kesuksesan puta putri dan anak didik di dunia dan akhirat..Aamiin

08 Sep
Balas



search

New Post