Marlis Fatma

Guru SMAN 1 Rao, Kab. Pasaman. Prov. Sumatera Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mana mungkin kulepas jilbabku

Mana mungkin kulepas jilbabku

MANA MUNGKIN KULEPAS JILBABKU

Jilbab bukan hijab. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala. Sedangkan hijab merujuk kepada tatacara berpakaian yang sesuai dengan tuntunan agama yaitu menutup seluruh aurat bagi perempuan.

Tamat sekolah dasar 1990, aku telah mengenakan jilbab karena sekolah MTsN tempat aku menuntut ilmu mewajibkan semua siswa perempuan mengenakan jilbab sesuai syariat Islam. Persepsi jilbab sebagai aturan akademis lebih melekat dibenakku dari pada jilbab sebagai kewajiban agama bagi muslimah. Maka tak heran jika di luar sekolah aku masih sering buka tenda istilah yang digunakan untuk orang yang melepas jilbabnya.

Di era sembilah puluhan tersebut, ada satu kelompok kejahatan yang di sebut Ninja yaitu kelompok yang melakukan berbagai tindakan kriminal seperti pencurian, perampokan, issu biskuit beracun dan sebagainya. Pelaku kejahatan tersebut menggunakan kain penutup kepala dan wajah seperti di film ninja. Jadi kami siswa MTsN dan MAN sering dipanggil ninja. Kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang disebut ninja menyebabkan timbul fitnah terhadap orang-orang yang berjilbab.

Kami anak-anak sekolah agama cenderung di anggap anak kedua oleh pemerintah tetapi tidak menyurutkan semangatku melanjutkan pendidikan di jalur agama yaitu MAN untuk pemantapan pengetahuan dan pengamalan ajaran Islam. Namun aku belum istiqomah, jilbab hanya kukenakan jika bepergian ke luar rumah, sedangkan di rumah jilbab kulepas walaupun bertemu dengan laki-laki yang bukan mahramku. Hal ini karena Iman yang tidak sekuat batu karang dan terkadang masih seperti baling-baling di atas bukit sehingga tidak ada rasa bersalah dan berdosa atas perilaku ini.

Hingga suatu ketika, di awal tahun aku kuliah di UNAND, ada teman laki-laki datang ke tempat kos. Aku yang sedang bersantai ria dengan teman-teman kos, dengan entengnya menerima tamu tanpa menggunakan jilbab dan pakai rok selutut (sungguh aku malu kalau mengingat kejadian ini).

Selepas kepergian tamu tersebut, datang tetangga sebelah kamar menemuiku yang juga berjilbab. Dia menanyakan, mengapa ku tidak memakai jilbab saat bertemu dengan teman laki-lakiku? Dia bukan mahramku. Dia tidak berhak melihat auratku, tak sepantasnya aku berpenampilan seperti itu (katanya). Kalimat panjang lebar yang diuraikannya, sempat membuatku “shock”, tetapi hanya sesaat dan belum mampu merubah perilakuku. Apakah hidayah itu begitu mahal?

Hidayah itu diberikan Allah pada orang-orang yang dikehendakiNya. Hidayah itu harus dijemput dengan usaha dan do’a. Persepsi inilah yang membuatku berusaha mencari hidayah Allah. Menanamkan keyakinan dalam hati bahwa jilbab tidak hanya membungkus kepala tetapi juga membungkus hati. Artinya berjilbab bukan karena peraturan akademis atau mengikuti trend berbusana saja, namun karena kesadaran diri untuk taat pada perintah Allah yaitu menutup seluruh anggota tubuh yang merupakan aurat.

Keyakinan ini kutanamkan dalam hati, tanpa paksaan dari siapapun jilbab selalu kukenakan setiap bertemu dengan laki-laki yang bukan mahramku, tidak peduli di luar atau di dalam rumah, tidak ada dispensasi. Selama mereka bukan mahramku maka melihatkan aurat atau rambut pada mereka hukumnya sama yaitu dosa. Namun hidayah ini baru kuperoleh pada tahun ketiga kuliah. Terlambat mungkin! Dan aku bertekad untuk tidak akan melepaskan lagi. Insya Allah...

2002 adalah tahun wisudaku. Sebagaimana lazimnya foto ijazah adalah rambut disasak, berkonde dan make-up layaknya pengantin. Tentu saja untuk berfoto seperti ini tidak pakai jilbab. Aku memilih untuk tidak melepas jilbabku, tanpa disasak, konde atau make-up. Sebab aku telah berjuang meraih hidayah itu, mana mungkin kulepas lagi demi selembar ijazah. Pihak kampus mengizinkan dengan syarat aku harus menulis pernyataan di kertas bermatrai yaitu “dengan ini menyatakan bahwa foto yang saya cantumkan diijazah adalah foto berjilbab, jika terdapat masalah sehubungan dengan hal tersebut di atas sepenuhnya menjadi tanggungjawab saya”. (Duuuh... segitunya). Aku siap dengan resiko apapun yang akan ditimpakan atas foto berjilbab di ijazahku. Termasuk kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Beberapa teman sempat meminta aku untuk membatalkan pernyataan tersebut, menurut mereka apa salahnya foto tidak berjilbab, bukankah cuma di ijazah? Hmm.... benar cuma di ijazah. Tetapi bukankah ijazah itu yang sampai hari ini aku gunakan?, dari mencari pekerjaan sampai mengurus bahan naik pangkat, sertifikasi dan sebagainya. Aku tidak bisa bayangkan jika foto tidak berjilbab itu dilihat banyak orang sampai hari ini. Aku bersyukur telah memilih keputusan yang tepat pada saat itu.

Alhamdulillah, saat ini jilbab bukan benda asing lagi. Apalagi sejak adanya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat yang mewajibkan pegawai memakai jilbab disetiap instansi pemerintah dan sekolah. Bahkan acara-acara pesta pun orang-orang mengenakan jilbab. Kondisi ini berbanding terbalik dengan keadaan dulu, sekarang masyarakat justru memandang asing orang yang tidak berjilbab dalam suatu acara di masyarakat.

Marilah gunakan jilbab sebagai syariat Islam bukan karena Perda atau trend yang sedang melanda negeri ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

saya bisa merasakan karena saya juga pernah mengalami ...itu terjadi tahun 1993 saat saya masih SMA ...inspiratif bunda ...salam kenal ....

27 Dec
Balas

Trms. Salam kenal juga bu

27 Dec

Subhanallah, hidayah itu mahal, maka untuk mendapatkannya perlu peejuangan bahkan setelah mendapatkanya. Sukses selalu dan barakallah

27 Dec
Balas

Amiiin ya allah. Trms bu

27 Dec

Semoga tetap istiqamah bu. Salam sehat dan sukses bu ..

27 Dec
Balas

Amiiiin. Trms bu. Salam kenal

27 Dec

Smg kita termasuk orang2 yg istiqomah. Dan Allah Maha Tahu apa yg trbaik utk kita.

27 Dec
Balas

Smg kita termasuk orang2 yg istiqomah krn Allah Maha Tahu apa yg terbaik utk kita

27 Dec
Balas

Tetaplah istiqamah bund di jalan Allah.

27 Dec
Balas

Insya allah. Trms bu. Salam kenal

27 Dec

Istikamah membawa karamah. Salut. Sukses berkah.

27 Dec
Balas

Istikamah membawa karamah. Salut. Sukses berkah.

27 Dec
Balas

amiiiiiin. trms

28 Dec

Saya selalu mengalami diskriminasi, terutama dalam mencari kerja di th 90-an, gara2 mengenakan jilbab. Tapi alhamdulillah semua Allah ganti dgn yg jauh lebih baik.. Smg istiqomah

27 Dec
Balas

smg kita termasuk orang-orang yang istiqomah. amiiiin

28 Dec



search

New Post